SF : 50

51.7K 3.4K 152
                                    

Hari yang bersejarah untuk putri centil bin cerewet Damar dan Adel, hari ini adalah hari ulang tahun Asa yang ke 3. Sejak pagi tadi, keluarga besar Damar dan Adel sudah disibukkan membuat beberapa jenis makanan untuk dihidangkan pada tamu nanti. Memang acaranya tidaklah meriah, mereka hanya mengundang anak yatim juga beberapa teman Asa sewaktu balita itu masih bersekolah. Beberapa tetangga juga sudah datang membantu.

Sementara kesibukan tengah terjadi di dapur juga halaman belakang kediaman Abimanyu, di kamar sendiri, tepatnya kamar yang ditempati bintang utaman hari ini dalam suasana hening. Lain dari pagi biasanya yang rusuh, itu disebebkan karena Asa, bocah cerewet, banyak tingkah dan ngambekan masih pulas dalam tidurnya. Sama sekali tidak terganggu dengan goncangan pada tempat tidurnya akibat ulah sang ayah yang bergerak ke sana kemari.

"Mas, awas itu anakmu dibelakang. Kegencet, nangis tahu rasa kamu Mas. " Peringat Adel yang baru saja memasuki kamar dengan secangkir teh hangat, kemudian meletakkannya diatas meja kecil disudut ruangan.

"Tidur jam berapa semalam? Tumbenan gak bangun pagi dia."

Damar merasa sedikit heran, biasanya sang putri akan bangun lebih awal dan merusuh di kamar.

"Sebelum Mas pulang sih dia sudah tidur. Kata Mama jam 9 udah tidur di kamarnya Darin."

Semalam memang Damar pulang agak larut, dan saat memasuki kamar, dia sudah mendapati gadis mungilnya tertidur. Damar pikir Asa baru saja terlelap, mengingat bocah itu masih memegang erat botol susunya.

"Kecapen kali Mas. Kemarin gak berhenti gerak dia." Ujar Adel, seraya meperbaiki letak selimut putrinya yang masih terlelap.

Damar bangkit dari pembaringannya, meraih handuk yang selalu tersedia di nakas sampingnya kemudian beranjak ke kamar mandi.

"Ya kalau gak banyak gerak berarti bukan anak kita Del."

Memang benar, mengingat Asa hanya diam ketika sedang tidur saja membuat Adel tersenyum kecil. Mungkin kata ibunya benar, bahwa sifaf Asa yang seperti itu 100% berasal darinya. Suaminya sendiri hanya menyumbang pahatan wajahnya saja.

Melihat Asa yang mulai menggeliat tidak nyaman, Adel pun beralih menyingkap gorden dan membuka jendela kamar. Membiarkan cahaya pagi memasuki kamar mereka yang sedari tadi temaram.

"Mama... "

"Loh, sayangnya Mama baru bangun? Udah siang ini nak."

"Asa habisdey Mama. Mana diah nah? "

Ya Allah, anak ini matanya saja masih terpejam, tapi sudah minta hadiah. Adel hanya bisa tepok jidat mendengarnya, dan untuk menghindari celotehan Asa lainnya, Adel segera meraih tubuh berisi sang putri, memindahkannya pada gendongannya dan berlalu dari kamar.

"Mo pi mana? Diah na Asa bewom ada."

"Hadiahnya nanti, sekarang Asa mandi dulu. Nanti banyak teman-teman Asa yang datang."

"Mandina di kamal Mama. Endak mo lual."

Asa mulai berontak saat melihat sang ibu membawanya ke kamar mandi dapur. Membuat beberapa orang yang sedang menyiapkan makanan di dapur tertawa pelan.

"Lolang-lolang tawa Asa. Endak mo mandi sini, mona dikamal." Makin menjadi rengekan Asa, membuat Adel sedikit kewalahan.

"Kamar mandi di kamar dipakai sama Papa. Siapa suruhAsa bangunnya lama."

"Endak mo tok, Mama salah ini, endak banun Asa. Asa mona banun wawal Mamana endak banun Asa."

Mengelak memang, padahal sudah dibangunkan sewaktu masuk waktu subuh. Akhirnya dengan paksaan juga bantuan dari sang ibu mertua, Asa akhirnya mau mandi juga. Walau dengan raut wajah cemberut tentu saja.

.
.
.

Menuju ruang tamu tempat dilaksanakannya acara syukuran pertambahan umur sang putri, Damar Adel kompak menggunakan pakaian berwarna navy, Adel dengan pakaian syar'i nya, begitupun Damar yang mengenakan pakaian kokoh. Asa sendiri tampak tersenyum lebar digendongan sang ayah, balita itu mengenakan pakaian dengan warna senada, gamis mungil tampak melekat pada tubuh berisinya, juga rambut yang kembalk di kepang dua.

Tadinya Adel ingin mengenakan hijab pada sang putri, tapi apa daya Asa menolak. Daripada Asa membuka hijabnya ditengah-tengah acara, lebih baik tidak dipakaikan saja.

"Yang ulang tahun sudah datang. Sini cucunya nenek, biar nenek yang gendong."

Tiba di ruang tamu, Asa langsung beralih gendongan. Bocah itu digendong secara bergantian seraya mengucapkan doa dan harapan mereka untuk si cerewet itu, seperti tahun-tahun yang lalu, tidak ada acara tiup lilin dan menyanyikan lagi Selamat Ulang Tahun. Hanya acara doa bersama saja sebagai bentuk syukur atas bertambahnya umur dari seorang Asahila Tiara Abimanyu. Tidak ada pesta besar-besaran juga potong kue, hanya acara sederhana dengan mengundang beberapa anak yatim juga kunjungan ke panti asuhan pada sore hari nanti.

Seperti itulah acara ulang tahun yang digelar oleh keluarga Abimanyu juga keluarga Hj.Sukri. Definisi pertambahan umur cukup di syukuri dan membagikan rezeki pada orang yang membutuhkan, dan untuk yang ingin memberi kado sendiri hanya dari pihak keluarga. Diluar dari itu, mereka tidak akan menerima, kalau pun diterima, akan dikembalikan kembali. Yang terpenting sudah sampai di tangan tuan rumah.

"Samat ulang tahun adek Asa, tambah cantik, tambah pintal, endak boleh cengeng, halus seling bagi-bagi kalo punya jajan sama Kak Una, endak boleh pelit. Ini Kak Una kasih hadiah. Bukanya nanti kalau sudah malam kata Mama. Kata Mama juga endak bisa datang, Mama owek-owek telus."

Nah, sudah ditebak itu siapa bukan? Itu adalah Luna, disela doanya tentu akan ada keuntungan untuk dirinya sendiri, bocah dengan segudang pemikiran untung rugi. Sepupu dari bocah yang pelitnya minta ampun.

"Iya endak pewit tok, Asa mona hemat aja, endak boweh bolos. Anti Awoh malah."

Plus suka ngeles. Itulah ciri khas Asa.

Selanjutnya bocah itu sudah berada dipelukan orang tuanya, pipi gembilnya diciumi dengan gemas, membuat siapa saja menahan senyum dengan tingkah keluarga itu, selalu tampak harmonis.

"Selamat Ulang tahun anak Papa." Ujar damar singkat.

"Iya Papa, maasih. Janan upa anti diahna ya, Asa kan habesdey, jadi halus ada diahna. Asa mo diah lumah bebi, ehhh endak jadi. Mona diah apel banak-banak ya? "

Ini lagi, mana ada orang berulang tahun memesan hadiahnya sendiri. Membuat Damar kian gemas saja.

"Semoga jadi anak yang rajin dan sholeha, insya Allah jadi kakak yang bisa menjaga adiknya nanti, nurut sama orang tua ya nak."

Asa yang mendengarnya mengangguk antusias, walau tidak terlalu mengerti dengan kalimat sang ayah. Yang ditangkap oleh pendengarannya hanya menjadi kakak, tentu bocah itu sudah senang luar biasa. Segera Asa berlih memeluk sang ibu yang duduk di dekatnya kemudian menciumi perut rata Adel.

"Adek, asamitum. Ini Kakak Asa, anti kalo kamu lual janan nanis-nanis ya, endak boweh. Pokokna diam telus, janan begak-begak, anti kamu begak atuh anti, diam aja iyah? "

Ya Allah, benar-benar bocah ini, minta dicubiti pipi berisinya itu. Asa seolah-olah tampak seperti orang yang sangat amat berpengalaman sajaa dalam hidup, bak tetua saja bocah itu.

"Kan nanti kalau adeknya bergerak terus jatuh, kan ada Asa ini yang nolong." Canda Adel, ingin mengetahui respon sang putri.

"Iya Asa towong tok ya, tapina kalo Asa sibuk bamana? Asakan Mama keja sama Papa. Malin ikut Papa keja, bal ada duit nunna, mo beli samay doleng sama baso sama kue. Anti Asa towong adekna talo Asa endak sibuk iyah Mama? "

Semaunya Asa saja, bocah yang pikirannya hanya makan dan makan memang beda.











🍀🍀🍀

Asa kembali lagi setelah waktu yang cukup lama. Maaf baru sempat Up, sibuk soalnya.

Dan untuk yang minta Up terbaru TakdirKah dan Be With You, belum bisa dalam waktu dekat ini, saya akan menamatkan Sweet Family lebih dahulu, jadi Upnya mungkin akan ngegas. Mungkin yaaa

See you next part. Jangan lupa komentarnya, typo harap dikoreksi.  See You.

Sweet Family ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang