SF : 26

53.6K 3.5K 110
                                    

"PAPA MANDINA PAT DONG. ASA SUDAH LAPAL INI."

Damar yang sedang merapikan kemejanya mengusap wajahnya lelah. Ini belum sejam sejak kepergiaan Adel ke Batu, tapi rasanya Damar sudah lelah. Saat memandikan Asa tadi menguras waktunya. Asa enggan untuk keramas, padahal anaknya itu sudah tidak keramas sejak dua hari lalu, dan Damar tidak ingin kalau putrinya tampil tidak harum.

Jadilah dia dan Asa melakukan aksi bujuk di bujuk, yang berakhir dengan sogokan es krim agar gadis ciliknya mau keramas. Belum lagi Asa yang sangat pemilih dalam hal pakaian. Dan rambut anaknya ? Tentu dibiarkan terurai, selain karena masih basah, juga karena Damar tidak pandai dalam hal ikat rambut dan sebagainya.

Dan kini ? Saat dia dengan terburu berpakaian, anaknya sudah berteriak entah untuk keberapa kalinya Damar tidak tahu. Damar tidak menyangka bahwa hal yang menurutnya sederhana, ternyata sangat melelahkan.

"Hebat kamu Del, ngurus rumah, ngurus aku dan Asa tiap hari tapi enggak pernah ngeluh sama sekali."

Entah kenapa, Damar ingin menunda semua pekerjaannya dan menyusul ke Batu sekarang. Dia benar benar merindukan istrinya itu.

"PAPA ENDAK PELU DADAN, YANG DADAN ITU WEWEK KOK. CEPAT NA PAPA, ASA LAPAL."

"IYA SEBENTAR. PAPA MAU AMBIL JAS DULU."

.
.
.

"Papa apa aja buwat dalam kamal ? Tenapa lama ? Asa capek tundu Papa, pelutna Asa sudah bunyi-bunyi apina Papa bewom kelual kamal."

Asa yang duduk pada kursi penumpang sebelah Damar tidak henti mengoceh sejak mobil yang dikendarai Damar keluar dari kompleks perumahan mereka. Bahkan putrinya itu menatapnya tidak suka saat Damar keluar dari kamar tadi.

"Kan Papa baru pakai baju, pakai dasi juga. Makanya lama."

"Tapina Mama endak bitu kok. Mama pake bajuna bental aja."

"Yah, kan Mama itu hebat. Makanya Papa nikahi Mama."

Asa diam, entah apa yang ada dipikirannya. Matanya seolah menerawang jauh, membuat Damar merasa bingung.

"Kenapa ?"

"Asa lindu Mama." Jawab Asa lesuh.

Tidak tega juga Damar melihatnya, ini kali pertama Asa terlihat lesu. Bahkan saat anaknya ini sakit, Asa tetap memiliki semangat segudang. Dan alasan dibalik sikap aneh sang putri sangat dimengerti Damar. Karena sejujurnya dia juga merindukan istrinya, pasti saat ini Adel masih di jalan atau mungkin baru tiba di Batu, mengingat jarak antara Malang ke Batu tidak memakan waktu sejam.

"Papa juga rindu Mama. Tapikan tadi sudah janji kalau gak bakal rewel. Lagi pula Mama disana untuk ngurus nenek buyutkan ? Jadi di sini, Asa enggak boleh rewel. Nanti Mama sedih."

Mendengar kalimat sang ayah, Asa menatapnya dengan mata yang mengerjap beberapa kali. "Asa endak wewel kok Papa. Asa lindu ja sama Mama, Mama sana anti makan apa ? Mama anti tidulna mana ? Sana ada namuk banak, low Mama gigit namuk bamana ? Low Mama sakit sana bamana ? Endak ada Asa sama Papa sampingna Mama, Mama sakit anti tasihan. Endak ada olang ulus Mama."

Ya Allah, dia dan Adel benar benar menciptakan anak yang sangat manis. Perhatian Asa membuat Damar hendak menangis.

"Papa juga rindu Mama, tapi disana kan Mama tidak sendiri. Ada nenek Haja, kakek Haji sama yang lainnya. Jadi Asa jangan sedih lagi. Nantikan kita juga susul Mama ke sana."

"Mama sana lama endak ?"

Damar tidak tahu harus menjawab apa, karena dia sendiri juga tidak tahu berapa lama Adel di sana. Dan berbohong bukanlah sifat Damar, apalagi membohongi anak kecil. Bisa bisa itu juga menurun pada putrinya nanti.

.
.
.

Memasuki kantor, Asa bersenandung riang, seolah tidak pernah bersedih sebelumnya. Tangannya yang digandeng oleh sang ayah diayungkan kedepan dan belakang, tidak lupa senyum yang tidak lepas dari bibir mungilnya.

"Eh, ada Asa. Tumben ikut papa ke kantor."

Anton, sekretaris Damar menyapa saat melihat Damar yang menggandeng Asa di depan mejanya.

"Di lumahna Asa endak ada olang, jadina Asa ikut Papa keja. Kalo Asa keja anti dapat uang."

"Uangnya buat apa ?"

"Bat hewi samay goleng. Om Aton keja bat beli apa ?"

"Om kerja biar dapat banyak uang. Mau cari istri. Asa mau jadi istrinya Om ?"

Tepat saat Anton menyelesaikan kalimat tanyanya, saat itu juga sebuah jitakan yang cukup keras pada kepalanya. Siapa lagi pelakunya jika bukan Damar Abimanyu, bapak dari Asa yang kini menatapnya kaget.

"Papa endak boweh bitu, anti dosa."

"Tu Pak Bos. Anaknya aja tahu dosa, masa Pak Bosa kagak sih. Sakit ini pak." Ledek Anton saat melihat wajah pasrah Damar kala ditegur oleh Asa.

"Ini uga Om Aton. Tenapa mita Asa jadi islina Om. Endak boweh tahu. Asana masih nanak tecil, om dah besal. Jadi cali islina yang besal juga. Endak boweh nanak tecil. Ayo Papa, masuk dalam, bial Om Aton keja dapat uang bial bisa cali isli olang besal." Ajak Asa pada sang Ayah.

Meninggalkan Anton yang kini mengusap dadanya sembari mengucap kata sabar.

"Ya Allah Pak Bos, anakmu kalo ngomong ngena banget. Serasa di cerahami ulama."

.
.
.

"Sekarang, Asa duduk manis di sofa, makan baksonya. Papa mau kerja dulu. Oke."

Damar mulai memotong kecil kecil bakso untuk sarapan sang putri, tadi sebelum sampai di kantro, Damar membeli sarapan lebih dulu. Bakso adalah sarapan utama untuk putrinya pagi ini, sedangkan dia sudah memakan roti di rumah tadi. Lain halnya dengan sang putri yang tidak sempat sarapan karena mengoceh pagi-pagi.

"Asa makan telus Papa keja ?"

Damar mengangguk, mengiyakan perkataan anaknya.

"Ya ote aja. Asa capek hali ini."

'Capek apa kamu nak, orang beli bakso tadi Papa yang gendong kamu kok.' Batin Damae.

Putrinya benar-benar ajaib. Bisa membuatnya sangat gemas bisa pula membuatnya mengusap dada karena meredam rasa gemas yang berlebih.

"Papa anti talo pulang, mampil di sumaket duwu yah. Asa mo beli ketimun." Ujar Asa, menyuap potongan bakso yang sudah didinginkan Damar.

"Buat apa heh ?" Tanya Damar, ikut ikutan menyantap bakso. Lapar juga dia menghadapi Asa. Demi Tuhan, ini bahkan masih pagi, tapi dia sudah selelah ini ? Lalu apa kabar siang hari nanti, kemudian sore dan malamnya ?

"Asa mo pake masel, bial kulitna Asa mulus selti Mama. Masel ketimun bagus Papa, segal."

Ya, Damar lupa, anaknya ini perempuan. Mewarisi sebagian besar sifat sang istri yang peduli pada kecantikan. Walau sikap cerewet Asa sangat naudzubillah.









🍀🍀🍀

Back again. Gimana ?? Suka ??

Kalau suka jangan lupa komen.. see you next part yah. Semakin banyak komen, semakin cepat Up Part selanjutnya. Okey ?? Okey aja.

Maaf kalau ada typo, silahkan dikoresi agar bisa segera diperbaiki.

Sweet Family ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang