🍀🍀🍀Sore hari, dimana Asa menghabiskan sepanjang sorenya untuk bermain di pekarangan rumah yang tidak terlalu luas itu. Tangan mungilnya sesekali memetik tomat yang belum matang, tomat yang sengaja di tanam oleh sang Ibu dia petik dan dijatikan mainan.
Saat menoleh kejalan, Asa melihat seorang anak yang mungkin berumur 6 tahun sedang berjalan dengan teman temannya. Senyum usil muncul pada bibirnya. Asa mendekat pada gerbang depan, kemudian...
"Hey..hey.." suara cemprengnya memanggil. Membuat anak anak yang berusia lebih tua darinya itu menoleh. Dan...
"Hey, tayo, hey tayo. Dia bis kota lamai, melaju melaju....." melongos menyanyikan lagu Tayo, si bus yang bisa berbicara.
Sontak saja anak anak itu gemas. Ingin memarahi juga tidak tega. Mana Asa mukanya ucul plus imut, yang ada anak anak itu hanya mengelus dada dan berlalu. Meninggalkan Asa yang tertawa. Seringnya bermain dengan Om Bagas membuatnya banyak mengerti, tentu saja yang tadi itu ajarannya Bagas. Bisa dipastikan Bagas akan mendapat ceramah panjang kalau sampai Damar tahu bahwa anaknya diajari tingkah usil.
"Asa bosan."
Asa melempar asal tomatnya, duduk pada teras dengan dagu ditopang. Matanya menatap pintu pagar, berharap yang dia nantikan segera datang. Dan itu terjadi tidak lama, karena selanjutnya, mobil putih sudah memasuki pekarang rumahnya.
"PAPA NA ASA PULANG...."
Berteriak girang. Asa berjingkrak senang, melompat menggumamkan kata 'papa Asa pulang' berulang kali. Membuat Damar yang baru keluar dari mobil tertawa, ini bukan kali pertama dia ditunggui oleh sang putri. Kemarin saja Asa sudah seperti pengemis yang berjongkok di depan pagar demi menungguinya pulang.
Damar membawa Asa dalam gendongannya, menciumi sekujur wajah sang putri yang beraroma wangi. "Hemmmm, wanginya anak Papa."
"Asa dah mandi, pake bedak sama Mama. Asa mau pake pafum, tapi pafumnya abis. anti beli ya Papa ?"
Eleh, ada maunya. Namun tetap saja Damar gemas, tingkah anaknya yang menjelaskan tanpa diminta sangat lucu menurutnya.
"Loh, itu kok ada tomat sih ?" Damar bertanya kala melihat banyak tomat yang masih muda beserakan dihalaman depan rumahnya. Matanya menatap pada Asa yang tersenyum, memperlihatkan gigi susunya yang berjejer rapi.
"Asa punya itu. Tadi Asakan lihat tomat banyak, telus Asa ambil. Telus tomatnya lucu, Asa ambil semua. Itu pohonna Papa, kok tomatnya endak ada ya ?"
Mendengar itu, Damar hanya bisa meneguk ludahnya kasar. Astaga, bisakah anaknya ini tidak melakukan tingkah pengrusakan pada tanaman ibunya ? Kemarin saja Asa mencabuti semua cabai rawit yang baru ditanam Adel dan dibuanya pada tempat sampah, sekarang merusak tomat yang belum masuk waktu panen.
"Nanti Mama marah." Gumam Damar. Dan benar saja, baru beberapa detik usai dia bergumam, suara Adel yang frustasi melihat tomat-tomatnya yang sudah tandas dari batangnya.
"Mama kok malah malah sih. Kata Pak Utas, dosa tau kalau malah malah. Mama endak takut dosa ya ?"
Bisa bisanya pelaku pekikan kesal Adel memberi ceramah. Pakai kata kata dosa lagi, seperti dia mengerti saja.
"Siapa yang rusak buah tomatnya ?" Tanya Adel, menahan kesal. Walau sudah tahu pelakunya, dia ingin melihat apakau kurcaci kecil itu akan jujur atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Family ✅
Acakmenjadi orang tua diusia muda bukanlah halangan besar bagi seorang Damar Abimanyu dan Adelia Sukri. Mereka sudah diberi sosok balita cantik bernama Asahila Tiara Abimanyu, balita berusia 2 tahun 8 bulan dengan berbagai tingkah yang kadang membuat ke...