SF : 45

56.4K 3.6K 97
                                    

Mata bulat Asa mengerjab beberapa kali dengan mulut yang menguap lebar, dengan badang yang berbaring terlentang, Asa merentangkan kedua tangannya. Saat ini sudah sore hari saat putri cerewet Adel itu terbangun, beberapa menit setelah bangun dari tidurnya, Asa sama sekali tidak berniat untuk meninggalkan posisinya. Masih terlalu malas untuk beranjak dari tempat tidur.

Saat ini di dalam kamar dia seorang diri, orang tuanya sudah bangun sejak tadi, dan ini adalah rekor terlama Asa tertidur.

"Asa nantuk." Gumama Asa disela uapannya, meraih guling diujung kakinya, Asa berbaring miring dan kembali menutup matanya. Berniat untuk masuk lagi kealam mimpi.

"Eh, anak cantiknya Mama sudah bangun."

Tapi gagal, saat Asa baru saja membuka matanya, suara merdu sang ibu sudah terdengar. Membuat Asa dengan enggan kembali melek, mendapati ibunya yang sudah cantik dengan pakaian rumahnya.

"Mama." Rengek Asa. Dengan usaha keras, Asa bangkit dari berbaringnya. Duduk menyenderkan diri pada dada sang ibu.

"Mau mandi ?" Ujar Adel menarawkan, Asa sudah besar, anak itu sudah bisa menolak. Dan jika dipaksa bisa tantrum, meski kadang mereka memaksa jika itu sesuatu yang tidak baik. Tapi tentu, lebih dulu mereka akan menanyakan pendapat Asa dulu.

Merasakan anggukan sang putri, Adel tersenyum sebelum meraih Asa kedalam gendongannya untuk dibawa kekamar mandi. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Asa tidur lama dan saat ini masih dalam mode ngambang. Adel yakin, beberapa menit lagi pasti putrinya ini akan kembali cerewet. Asa, cerewet dan tukang ngadu adalah paket lengkap.

Usai mandi, Asa merengek meminta untuk memakai baju tidur kuda poni, baju yang dibelikan oleh Fandy saat mereka di Batu. Satu paket dengan baju tidur unicorn Luna, dan karena Asa tidak mau memakai baju lain selain itu, Damar kembali kerumah mereka untuk mengambilnya, juga beberapa pasang baju miliknya dan Adel untuk beberapa hari kedepan. Mertuanya melarang keras untuk kembali dalam waktu dekat, mengingat Adel sedang hamil muda dan kesibukan Damar pada pekerjaannya yang tidak memungkinkan suaminya itu berada di dekatnya.

Apalagi mereka memiliki anak pertama yang hiperakitif, tentu bukan hal mudah jika Adel menanganinya seorang diri. Damar dan orang tua juga mertuanya khawatir jika Adel terlalu lelah dan bisa berakibat pada kehamilannya.

"Ante, nama adekna sapa ?"

Saat ini, Asa berada dikamar Darin dan Savana. Dengan hanya mengenakan celana dalam dan tubuh yang sudah dibedaki, Asa sudah nangkring dikamar untuk melihat sepupu kecilnya.

"Loh, Asa belum tahu ya."

"Iya, tadikan Asa dilumah sakit bulu-bulu pulang. Jadina endak sepat tanya namana adekna."

Savana yang sedang mengganti celana bayinya tertawa pelan, Asa selalu menghibur dimanapun anak itu berada. Dan tentu bocah kecil itu selalu menjadi pusat perhatian karena tingkah dan wajahnya yang menggemaskan.

"Nama adiknya Aska Manul Abimanyu." Ujar Savana. Asa yang sedang mengelus pipi berisi Azka tersentak kaget, tubuhnya hampir saja jatuh dari ranjang jika tidak ditahan dengan cepat oleh Savana.

"Hati-hati sayang, kalau jatuh nanti sakit loh." Tegurnya lembut. Savana memperbiki posisi Asa, menggeser sedikit posisi keponakannya itu agar duduk di tengah-tengah.

"Loh, nama adeknya selti nama Asa. Tok bitu, endak boweh sama-sama." Asa cemberut saat merasakan namanya sama dengan sang sepupu.

"Sama ?" Heran Savana. Bukankah memang Abimanyu itu nama keluarga ? Lalu ?

"Iya, tok namana Asa juga. Asa itu namana bat nanak wewek tok."

Saat menangkap maksud Asa, Savana tidak bisa menahan tawanya, membuat Asa terheran-heran.

Sweet Family ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang