"Mama, Asa dah mandi, dah halum. Salang mo pi banja-banja di sumaket sama Papa. "
Adel yang sedang memakan buah terperanjat saat mendengar celotehan Asa yang entah datang dari mana dengan wajah yang penuh bedak.
"Ini yang pakaikan bedak siapa? " Tanya Adel, mengusap wajah sang putri, meratakan bedak yang sepertinya diusap asal oleh Asa.
"Bedak na balu, Asa pakena banak bal halum telus, anti talo endak halum, Asa endak cantik selti Mama."
Sikap ini yang selalu Adel gemasi dari Asa, putrinya ini selalu ingin tampil seperti dirinya.
"Salang Asa mo pandil Papa bal cepat pi sumaket, katana nenek Ipah mo ada cala-cala di lumah. Mama cala-cala apa ?"
Meski mengatakan ingin memanggil sang ayah dan bergegas, nyatanya Asa malah duduk nyaman dipangkuan Adel dan mengusapi wajah ibunya itu, membuat Adel terkekeh gemas.
"Adek Aska mau diakikah, makanya ada acara." Ujar Adel.
Memang benar, beberapa hari lagi tepat seminggu kelahiran Aska, dan semua sanak keluarga sepakat untuk mengadakan akikah untuk ponakannya itu. Dalam hati, Adel memanjatkan doa agar putri cantiknya tidak membuat ulah.
"Anti banak olang?" Tanya Asa dengan nada antusias yang terdengar jelas dalam nada suaranya. Bahkan mata bulatnya berkedip lucu, membuat Adel gemas dan tidak kuasa untuk menciumi pipi bulat putri cerewetnya.
"Loh loh loh, ini kok Mama bisa cium Asa, tapi kalau Om gak boleh sih ?"
Adel tersenyum tipis, menyapa adik iparnya yang berjalan kearah mereka. Asa yang tersenyum senang karena diciumi oleh sang ibu menoleh, masih dengan senyum tipisnya yang kini berubah jadi bibir yang memgerucut lucu.
"Om Agas ya lom mandi tok mo cium-cium Asa, ya endak boweh tok. Bau, anti Asa endak cantik lagi. "
Bagas, yang mendengar celetukan Asa itu hanya bisa melotot kaget juga mengelus dadanya dan menggumamkan kata 'sabar' berulang kali. Rasa-rasanya, tidak ada satu haripun yang dilewatinya tanpa ocehan Asa yang menyudutkannya. Masih untung kalau itu benar, lah semuanya hanya khayalan dan bualan Asa semata.
"Memangnya Om Bagas belum mandi ya ?"
Dalam hati, Bagas mengucap sabar sebanyak-banyaknya, karena kakakknya yang baru menyandang status Ayah beberapa hari lalu itu ikut nangkring dalam obrolan khayalan Asa. Pasti Asa akan semakin menjadi, maka demi mencari aman, Bagas memilih mengeluarkan senjata rahasianya, hal yang membuat Asa tidak bisa mengkhayalkan sesuatu yang tidak-tidak lagi.
"Mbak, Mas, aku keluar bentar yah. Mau jalan-jalan ke mall."
"IKUT TOK, ASA MO PI JALAN MALL."
Nahkan, terbukti, Asa berteriak lantang, membuat Adel harus menutup telinganya karena lengkingan suara Asa yang membahana. Sementara Darin tersenyum tipis, keponakannya memang begitu, yah jika tidak begitu bukan Asa namanya.
"Jangan teriak, nanti adik Aska bangun. " Tegur Adel. Tapi yang namanya Asa, yah masa bodoh. Asal dia bahagia saja. Buktinya anak itu sudah berkelenjot pada kaki kiri Bagas dan terus mengeluarkan bujukan agar diikut sertakan ke mall.
"Lah bukannya Asa mau ikut Papa ke supermarket ya ?" Tanya Adel bingung. Anaknya ini asal ikut saja.
"Banja di sumaketna Papa sama Mama saja, Asa mona pi mall. Om Agas ajak Asa yo!"
"Bilang om ganteng dulu, baru om ajak."
Mendengar celetukan sang adik, Darin mengambil bantalan sofa dan melempar Bagas yang kini menampilkan cengiran lebarnya.
"Ehhh, Om Darin lempar om ni Sa."
"Endak boweh lepal lepal om na Asa, Om Dalin tok ya lepal lepal sih, anti Om Agas na Asa akit tok."
Marahnya Asa adalah kebahagiaan tersendiri bagi Bagas, apalagi dia yang menjadi alasan dibalik kemarahan Asa, sungguh menggemaskan. Tapi perlu dicatat, Asa hanya membelanya saat bocah itu memiliki maksud tersendiri, seperti saat ini.
"Akalang Om Dalin mita maap tok, anti Awoh malah, buat dosa tapina endak mita maap. Anti Awoh malah, Om Dalin masuk naka, mo masuk naka ?"
Mulai lagi, Asa dalam mode pendakwah, membuat Darin gemas sendiri dan mengendong Asa penuh rasa bahagia. Membuat bocah itu berteriak senang karena tubuhnya diputar.
"Asa tebang, yey Asa tebang. Mama Asa tebang. Hahahahahahahaha."
Yah, kembali, tawa kebahagiaan sicerewet terdengar, membuat siapapun senang mendengarnya.
.
.
.Seperti pintanya untuk ikut, saat ini Asa sudah cantik dengan gamis cream juga jilbab mungilnya, tidak lupa ciput rajut yang dibelikam nenek Haja kemarin. Bagas sampai dibuat takjub melihat keponakannya yang tampak imut dengan hijab itu, sesekali Bagas mengambil gambar Asa secara diam-diam, kalah sampai si cerewet itu tahu, bisa narsis tingkat dewa dia.
Dengan tangan yang berada dalam genggaman Bagas, kepala Asa celingak celinguk mengitari pelataran Mall, bibirnya menyunggingkan senyum ceria.
"Om Agas mo banja apa?" Tanya Asa tanpa menatap Bagas sama sekali, sekali lagi, fokusnya hanya ada pada toko toko di mall
"Asa mo banja boka-boka, Om Agas mo? " Tanya Asa lagi, kali ini sambil berhenti tepat di depan penjual boneka.
"Memang Asa punya uang buat beli boneka? "
"Endak ada, abil bokanya dulu, anti besok balu bayal, anti pulang minta uang nun sama Papa bayal bokana."
Intinya itu, Asa berniat berhutang. Membuat Bagas kepalang malu saja, dilihat oleh beberapa pengunjung yang justru merasa lucu dengan tingkah Asa.
"Belanja di mall, gak boleh bayar besok. Harus sekarang, uang tenun juga tidak cukup."
Tapi yang namanya Asa yah bocah ngotot, lihat saja tatapan tidak pedulinya dengan tangan yang menengadah.
"Minta apa? " Tanya Bagas tidak mengerti.
"Minta HP tok, mo tepon Papaku. Mo beli boka-boka."
Dan Bagas, dari pada mendapat masalah karena Asa pasti mengatakan yang tidak tidak dan memojokkannya, Bagas lebih memilih mengambil bhoneka yang berada di etalase, bhoneka beruang yang ukurannya lebih besar dari pada Asa dan menyerahkannya pada pegawai toko.
"Sudah, tidak perlu telepon Papa. Sekarang kita bayar bhonekanya terus di simpan di mobil."
"Ya kudu bawa tok. Tasihan talo bokana sedili di mobil. Anti sepi, telus nanis."
"Kalau dibawa juga kasihan. Memangnya Asa mau gendong? Kalau Om tidak mau, bonekanya besar, belum lagi nanti Asa minta gendong."
Berpikir keras, Asa menatap dirinya juga boneka beruang itu dengan seksama. Sebelum mengangguk bak orang dewasa.
"Bokana besal, endak bisa bawa. Ebak-ebak anti bokana sipan sini, anti Asa sama Omna asa puwang balu abil."
Setidaknya keras kepala keponakannya itu tidak berlaku hari ini.
Saya kembali lagi setelah sekian lama. Maaf pendek, ini aja ngetiknya disela kesibukan, semoga kalian suka yahhh. Dan jangan lupa vote commentnya. See you next part!!!!!!
Jangan lupa follow IG saya NNNA_NNA di tunggu loh yahhh. See you !!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Family ✅
Rastgelemenjadi orang tua diusia muda bukanlah halangan besar bagi seorang Damar Abimanyu dan Adelia Sukri. Mereka sudah diberi sosok balita cantik bernama Asahila Tiara Abimanyu, balita berusia 2 tahun 8 bulan dengan berbagai tingkah yang kadang membuat ke...