SF : 53

49.2K 3.6K 280
                                    

Kabar gembira, kakak ipar Adel, Mei, akan mengadakan acara syukuran tujuh bulanan di Batu. Acaranya akan dilakukan dalam 4 hari kedepan, dan tentu saja Adel harus hadir di sana. Tapi mengingat usia kandungannya yang kian membesar bahkan lebih besar dari yang seharusnya, Damar yang mencemaskan kondisi anak istrinya itu memilih untuk melakukan pemeriksaan sebelum keberangkatan mereka ke Batu.

Dan saat ini, mereka sudah berada di ruangan dokter Halima. Dokter kandungan yang sama saat Adel hamil Asa, tak ketinggalan si bocah cerewet itu juga ikut dan tampak anteng dalam pangkuan sang ayah dengan mata bulat yang memperhatikan monitor kecil dihadapannya.

"Ini benar kan, Dok?"

Dengan penuh rasa tidak percaya, Adel bahkan hampir meneteskan air mata saat melontarkan kalimat tanya itu, pun dengan Damar yang sudah menggenggam erat jemari sang istri.

"Benar Bu, jadi sudah tahukan penyebab perut Bu Adel lebih besar dari yang seharusnya. Jarang-jarang loh kehamilan kembar seperti ini tidak terdeteksi di pemeriksaan awal."

Benar-benar kejutan luar biasa, bahkan untuk dokter Halima sendiri. Karena sejak pemeriksaan awal sampai pada pemeriksaan bulan lalu, dia hanya bisa mendeteksi satu janin saja.

"Bayinya sehat kan Dok? Kok saya hanya bisa mendengar satu detak jantung saja?"

Dokter Halimah tersenyum tipis, saat ini kedua pasangan itu sudah duduk di hadapannya plus dengan bocah lucu yang sejak tadi hanya menatap dirinya dengan bingung.

"Alhamdulillah sehat Pak. Kenapa hanya satu yang terdengar, itu karena kedua detak jantung bayinya singkron, jadi kita hanya bisa mendengar satu saja."

(ini sama kayak tetanggaku ya guys, jadi dia tahu anaknya kembar itu pas lahiran. Pas USG yang terdeteksi cuman 1 bayi dan satu detak jantung aja. Kata dokternnya yang bantu persalinan itu karena si bayi saling tindih saat dalam perut dan detak jantung mereka selaras, jadi hanya satu yang tersengar."

"Di jaga baik-baik ya Bu kandungannya. Makan makanan yang bergizi juga jangan lupa minum vitamin yang sudah dianjurkan."

.
.
.

"Adekku ada dua loh. Kata dotelna ada dua, adekna kak Una satu aja, tok ya kalah sama Asa."

Begitu sampai di Batu, Asa yang sudah tidak tahan langsung pamer pada semua orang, terutama pada Luna sang sepupu yang nemplok pada gendongan Rian. Dan respon dari kalimat Asa itu sama persis dengan respon keluarga Damar saat mereka menyampaikan kabar kehamilan Adel sehari sebelum keberangkatan mereka ke Batu.

Bahagia, terharu juga cemas. Bahkan kemarin ibu Ifah sampai melarang menantunya itu untuk pergi, dan saat ini Hj.Maulina meminta agar putrinya tetap di Batu sampai melahirkan.

"Gak papa kok Bu. Insya Allah Adel baik-baik aja. Ibu jangan lupa doain Adel biar selamat sampai lahiran nanti."

Hj.Maulina tersenyum hangat, membelai pucuk kepala sang putri yang tertutup hijab. "Selalu Ibu doakan, biar anak dan menantu ibu selamat sampai melahirkan nanti. Tapi Ibu minta maaf ya nak, gak bisa temani kamu di kehamilan kedua ini, Mbak mu kan gak ada yang jaga kalau ibu pergi."

"Sokey nenek, ada Asa tok jaga Mama. Nenek endak susah watil ya, ada Asa. Asa ini loh sudah jadi ebak, sudah ada Adekna, salang adekna mo ada lagi. Asa hebat tok, anti Asa jaga Mama."

Belum selesai haru-haruan, Asa sudah nyempil dalam pembicaraan mereka. Membuat Damar yang akan membawa tas berisi pakaian mereka menggeleng gemas.

"Kemalin tok, dilumah nenek Ipah, nenek lalang Mama pegi sini. Katana anti watil nenek sama Mama talo di jalan, tapina Asa bilang sokey selti tadi. Tuskann nenek, nenek Ipah bilang Asa pandai, bisa jaga Mamana Asa. Talo Papa endak pandai, malin Papa tok endak batu-batu besih lumah."

Sweet Family ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang