29. Musuh Sandy?

3K 115 1
                                    

Jam tujuh malam Caca masih setia bersama Rifan dan Rega menunggu kemunculan seorang dokter yang kini tengah memeriksa keadaan Tania di dalam, hari ini sangat melelahkan untuk Caca. Apalagi hari ini menjadi hari yang sangat dibenci oleh Rifan maupun Papanya setelah mengetahui apa yang Mamanya lakukakan dirumahnya sendiri, Rifan tidak tau kelanjutannya bagaimana kepada sang Ibu. Mungkin dia akan membenci Ibunya sendiri, ia sudah membuat Tania masuk rumah sakit dan sampai melakukan hal seperti itu.

Rega menghela nafas gusar sambil menyeka air bening yang ada dipelupuk matanya, ia menoleh ke arah anak laki - laki yang disampingnya terdapat seorang anak gadis cantik.

Rega beranjak dan memilih duduk disisi kiri anak laki - lakinya, sambil menepuk pundak Rifan "maafin Papah."

Rifan menoleh dan menggeleng, "ini bukan salah Papah."

Rega pun menggeleng keras "karena Papah sibuk, Papah jadi lalai menjaga keluarga kita. Kamu gak seharusnya ngeliat semua ini," Ucap Rega.

"Kalau aku gak liat mungkin aku gak bakalan tau ini Pah, dan asal papah tau! Aku bahkan Caca udah pernah mergokin wanita itu."

Rega mengangguk, "Papah akan pikirkan semuanya nanti setelah melihat kondisi Tania. Papah juga bakalan minta penjelasan sama Mamah kamu, sekarang sudah malam kamu anter Natasya kasihan dia."

Rifan menoleh kearah Caca yang melemparkan senyuman tulusnya, lalu mengangguk mengiyakan perintah Rega.

"Saya pulang dulu Pak" Rega mengangguk dan menerima tangan Caca untuk menyalimi punggung tangannya.

"Maafkan saya dengan kejadian yang tidak terduga ini."

Caca tersenyum, "ini sudah takdir Pak. Gak ada yang tau, semua ini udah jalannya tuhan."

Rega mengangguk "kamu hati - hati."

Caca dan Rifan pun berpamitan.

🌸🌸🌸

"Kok lo gak pernah cerita sih bos sama kita kalau lo anaknya Pak Rega" Krisna mengerucutkan bibirnya.

"Heeh tuh bener!."

"Syok kan kita dengernya" ucap Fulky.

"Gue gak mau punya temen yang gila harta."

"Dihh,, Fann kita gak gitu keles" Nendi menyeruput teh hangatnya.

Rifan mengangguk, "setelah gue temenan sama kalian gue tau sifat kalian satu persatu kayak gimana."

"Kita emang goblok Fan jadi temen lo, tapi kita gak kayak anjing kan?" Tanya Taufik.

Rifan terkekeh dan tersenyum lalu mengangguk, "thank! Buat kegoblogan kalian sama gue."

"Haha yoi dong Bro" Fulky memeluk Rifan dengan erat, tidak mau kalah Krisna dan Nendi pun ikut - ikutan berpelukan layaknya teletubis di depan semua orang yang melihat mereka dikantin terutama anggota Valensi disana.

"Dih anjirr,,, gay" celetuk Taufik yang tidak ikut berpelukan.

"Gue gak bisa nafas anjing" sahut Rifan yang dikerubuni tubuh ketiga sahabatnya.

Mereka pun melerai pelukan dan Krisna menatap Rifan jail, "tapi dipeluk Caca anget kan Pih? Gak bikin sesak."

"Paling bikin hati si bos konser disini" Nendi mengetuk dada Rifan dengan jari telunjuknya.

Rifan menatap Nendi dengan tajam, orang yang ditatap hanya terkekeh jail lalu mendudukan dirinya.

Di koridor seorang gadis berjalan terburu - buru beserta kedua teman yang mengejarnya dibelakang, setelah sampai dikantin dia tidak menggunakan mata nya melihat dan menjelajahi seluruh penjuru kantin untuk mencari keberadaan seseorang. Tapi dia sudah melihat dengan mata sehatnya ke satu titik, yaitu dipojok kantin.

NATASYA (sudah selesai-revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang