Caca berlari dilorong rumah sakit sambil sesekali menyeka air matanya, nafasnya sekarang seakan sesak mendengar nama dari seseorang yang Kakak nya ucapkan tadi.
Dia terus saja berlari dan tidak sadar dirinya sudah berada diluar bangunan rumah sakit, tepatnya dihalaman depan Rs itu.
Caca menundukkan kepalanya melihat sepasang sepatu miliknya ia menahan segala emosi dan perasaan yang sudah bercampur aduk tidak karuan, kedua tangan nya mengepal.
Caca menggelengkan kepalanya dan menjambak rambut nya frustasi, ia harus apa sekarang.
"TASYA!" orang itu mengambil lengan kanan Caca dan menariknya, sehingga Caca dapat berhadapan dengan orang itu.
Caca melepas lengannya dari genggaman itu, "kenapa kesini?."
"Sya-" Caca memberi isyarat dengan mengangkat telapak tangan didepan wajahnya, artinya Caca menyuruh dia untuk diam.
"Lo kenapa ngejar gue?, kalau bokap gue tau gimana?."
"Sya gue-."
"Rifan udah! Gue gak mau bahas ini dulu!, gue mau pulang gue mau sendiri!. Mending lo juga pulang! Tuh" tunjuk Caca kearah teman Rifan disana, "bawa pergi temen lo itu. Biar bokap gue gak tambah marah!," jelasnya.
"Sya, kita bisa omongin ini sama bokap lo."
"Lo seharusnya ngerti apa yang bokap gue bilang tadi!, mending sekarang lo pergi!. Gue juga mau pulang, gue capek."
"Gue anterin" Rifan meraih lengan Caca namun segera ia tepis.
"Gue bisa pulang sendiri!."
"Sya!."
"Gak Rifan!" Caca membalikan badan dan berjalan menuju jalanan dimana dia akan menaiki taxi.
"Tasya tunggu" Rifan pun segera menyusul langkah Caca yang sedikit berlari.
Caca sudah menemukan taxi, ia memberhentikan taxi itu dan segera membuka pintu penumpang dibagian belakang.
Ketika Caca akan memasuki taxi, dari belakang Rifan mencekal lagi pergelangan tangannya.
"Lepas!."
"Sya!, jangan kayak gini!."
"Gue gak papa!, gue cuma capek Rifan! Gue mau pulang."
"Kalau mau pulang gue anterin!, jangan bikin gue khawatir sama yang lainnya!."
"Gue gak papa."
"Kalau lo gak papa kenapa lo cengen sama keras kepala kayak gini."
"Udah deh! Lo udah buang waktu gue!, gue mau pergi!."
"Apa ini semua karna orang itu?, Aksal? Siapa dia Sya?."
Caca terdiam.
"Tasya!, jawab gue! Lo harus cerita siapa Aksal!."
Caca menepis lengan Rifan dengan kasar, "lo gak perlu tau siapa dia! gue mau pulang!" Caca segera memasuki mobil saat dirinya sudah lepas dari Rifan.
Rifan terus mengetuk pintu kaca sampai taxi itu melesat pergi dari hadapannya, Rifan mengerang kesal ia tidak bisa mengejar taxi itu.
"Bos!" Sahut Taufik saat mereka sudah berada didekat Rifan.
"Gimana Bang Adit?" Tanya Rifan dengan lesu.
"Dia baik Bos!, mending kita sekarang ngebut kejar Caca takut nya ada apa - apa. Dan setelah itu kita mau ngomong sesuatu sama lo tapi gak disini," jelas Taufik.
"Ya udah ayo kebut" titah Rifan berlari menuju parkiran menghampiri motornya, semoga saja ia dapat menyusul Caca.
🌸🌸🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
NATASYA (sudah selesai-revisi)
Teen FictionUntuk Pembaca Harap Bijak!! Follow dan Votte,, Menulis bukan perihal yang gampang!. Hari yang dilewati Natasya begitu Sulit, bukan hanya tentang dirinya yang mengejar cinta Rifan. Masalalu yang sudah dilupakan sekarang harus kembali mengusik kehidup...