30. Cerita

3.1K 113 0
                                    

Sebagian part di Privat..
Jadi kalian
Follow Sama votte yaaa...
Makasihh buat para pembaca setia Natasya

memang berat sekali memperjuangkan cinta yang belum kita Raih. Sedangkan yang kita perjuangkan seenaknya pergi tanpa melirik kebelakang, mau berhenti namun sudah terlalu jauh.

~~~~~~~~~~

Rifan berjalan lebih dahulu didepan sambil memasukan tangan ke saku celana abunya, Caca berjalan dibelakang sambil memikirkan sesuatu.

Brukkk,,,

"Aww,," rintihnya sambil memegang dahinya, ia mendongkak menatap lelaki yang juga tengah menatapnya sambil menaikan satu alisnya tidak lama ia memutar bola matanya malas.

"Lamban!" Protesnya.

Caca mengkerut kening namun tidak ia hiraukan, ia lebih baik mendiami lelaki didepannya.

"Kenapa?."

Caca yang mendengar itu hanya merespon lewat gelengan kepala.

"Ada masalah?" Tanya nya lagi.

Caca menghela nafas dan berjalan menghampiri bangku kayu yang ada disisi ruang loker, disana sangat sepi pengunjung. Tidak jarang lagi kolidor itu sepi malah selalu sepi!, paling ruangan itu akan ada pengujungnya bila ada siswa/i yang mempunyai tujuan untuk menyimpan atau mengambil barangnya di loker.

"Ikutan gue ya?, mau balas dendam?" Caca hanya menggeleng sedangkan Rifan berdecak.

"Gue pergi!" Rifan yang hendak pergi pun dicegah langsung oleh Caca, ia mengambil sesuatu di saku seragamnya saat Rifan menghentikan langkah dan menoleh ke arahnya.

"Apa nih?."

"Surat cinta," Ucap Caca yang di respon decakan dari Rifan membuat Caca terkekeh.

"Itu kertas dari tukang kebun lo!, dia nemuin waktu adek lo jatuh" ucap Caca pelan - pelan namun pasti. Ia takut jikalau harus membuat mood nya Rifan turun lebih dalam, ia tau Rifan saat ini sedang mencoba untuk menutupi masalahnya kemarin dari keempat sahabatnya disana.

"Isinya?" Caca mengedikkan kedua bahu.

"Gue gak buka!, itu kan bukan hak gue."

Rifan menarik nafas lalu membuangnya, perlahan ia membuka dan membaca isi kertas itu.

Setelah membacanya, Rifan menutup kertas itu secara asal lipat dan memasukannya kedalam saku seragam.

Ia tidak habis pikir kenapa adiknya bisa menulis dan berpendapat seperti itu di atas kertas putih ini, dia menggeleng kan kepala dengan cepat!. Tidak!, ini hanyalah tulisan adiknya bukan fakta yang terjadi.

"Rifan, lo gak papa?."

Rifan menoleh dan mengernyit menatap Caca "lo?."

"Iya, lo! Rifan maksudnya."

"Aneh!" Rifan beranjak dan meninggalkan Caca.

Caca keheranan sendiri disana dan memilih menyusul Rifan.

"Apa sih?, lo yang aneh deh kayaknya! Kenapa lo?."

Rifan masih saja berjalan tidak menganggap Caca, seperti dulu.

"Rifan lo kenapa sih?, gak ada ranting gak ada daun! Gak ada juga angin yang bikin mereka jatuh. Kok lo gini sih?," jedanya Caca pun berdecak "ohh ya! Gue lupa lo emang kayak gini orangnya."

Rifan berhenti dan menatap datar Caca, Caca dibuat cemberut ia sekarang sudah memanyunkan bibirnya seperti anak kecil yang meminta untuk di belikan mainan.

NATASYA (sudah selesai-revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang