~~~~~~~~~~~~~~~
Aku ini pecundang yang bersembunyi di dalam kandang
tidak mau keluar sampai akhirnya aku sadar.Aku telah kehilangan seseorang yang selalu aku pandang,
"Maafkan aku, seorang pecundang yang meninggalkan bunganya"
~~~~~~~~~~~~~~~Dari arah kiri koridor rumah sakit terlihat wanita paruh baya bersama suaminya datang dengan keadaan gelisah dan keringat dingin yang mengalir dipelipisnya, ia berjalan dengan tergesah - gesah menampilkan wajah nya yang linglung setengah mati.
"Oca!" Lirih wanita itu saat melihat pintu ruang operasi masih tertutup rapat dengan lampu merah yang masih menyala tertancap di tengah atas pintu bewarna coklat tua itu.
Suaminya mendekatkan diri dan menempelkan kedua telapak tangan pada kaca buram yang menghiasi pintu, dimana pintu itu menutup ruangan yang didalamnya ada gadis cantik yang tengah berjuang melawan maut.
"Maafin saya" ucapnya dengan nada lirih sambil menunduk.
Wanita paruh baya itu terus menangis, hati suaminya pun hancur dan memilih kembali memeluk menguatkan istrinya meninggalkan pintu yang masih tertutup rapat.
"Kamu tidak salah" ucap suaminya dengan lembut.
"Harusnya saya om yang ada disana!, bukan anak om" ucapnya lagi dengan diiringi tangisan yang mengebu - gebu.
"Saya yakin anak saya gadis cantik yang kuat" jeda suami wanita itu, "sama seperti kamu!. Kamu dengan teman - teman kamu adalah gadis yang kuat Oca!, saya yang harusnya minta maaf sama kamu."
"Engga om, say-" ucapan gadis itu terpotong karena dari dalam ruang oprasi dua suster keluar dengan berlarian dan kemudian masuk kembali kedalam ruangan dengan membawa beberapa peralatan tambahan untuk operasi mengabaikan pertanyaan yang dikeluarkan dari mulut suami wanita itu.
"Ayah!" Panggil Radit.
Radit menghamburkan pelukannya untuk menguatkan Rian yang sudah terduduk didepan ruang operasi.
Liana sebisa mungkin menguatkan dirinya yang hampir saja ambruk kelantai, namun apalah daya kecelakaan ini sangat mendadak membuat dirinya tidak berdaya mendengar putrinya masuk rumah sakit dengan keadaan yang mengenaskan.
"Bunda!!!" Teriak Radit kala melihat Liana sudah tergeletak dilantai.
Secepat mungkin Radit dan temannya pun membantu Rian menggendong Liana yang sudah tidak sadarkan diri.
"Di!, gue takut Caca kenapa - kenapa" ucap Oca pada Nendi yang sedari tadi berdiri dibelakang memegangi kursi roda yang digunakan Oca.
"Lo banyakin berdo'a, kita serahin sama yang di atas semoga melalui dokter Caca bisa selamat" ucap Nendi dengan lembut sambil menangkup wajah Oca.
Oca mengangguk lesu lalu menunduk "gue pingin keruangannya Ranti" Nendi bergerak mendorong kursi rodanya menuju ruangan Ranti dimana gadis itu juga tidak sadarkan diri, beserta teman - temannya yang berkumpul disana.
Dimana Rifan berada?.
🌸🌸🌸
Flash back on
KAMU SEDANG MEMBACA
NATASYA (sudah selesai-revisi)
Teen FictionUntuk Pembaca Harap Bijak!! Follow dan Votte,, Menulis bukan perihal yang gampang!. Hari yang dilewati Natasya begitu Sulit, bukan hanya tentang dirinya yang mengejar cinta Rifan. Masalalu yang sudah dilupakan sekarang harus kembali mengusik kehidup...