45

97K 4.3K 247
                                    

"Astaga!"

Azril berjengit kaget melihat Reynald duduk dibangku kelas dengan aura yang menyorot seram. Ia mengerjapkan matanya kemudian tersadar.

Langkahnya pun mendekat pada Reynald. Ia duduk menghadap sahabatnya itu.

"Lo kenapa?" tanya Azril penasaran.

Reynald menoleh padanya. "Zril.. Kemarin gue..."

Pemuda itu menggantung ucapannya dan menunduk seolah memikirkan kata yang tepat. Membuat Azril semakin penasaran. "Apa? Kenapa?"

Reynald kembali mendongak. "Lo sama Bintang gimana?"

Poor Azril! Sahabatnya itu menatap datar Reynald. Itu bukan apa yang Azril ingin dengar. "Lo mikir-mikir kek tadi cuma mau nanyain itu? Gak guna deh!"

Azril berbalik, kembali duduk dengan benar dikursinya sendiri. Sedangkan Reynald sibuk meratapi kelakuannya kemarin. Astaga kenapa dia merasa otaknya tidak pernah berjalan dengan benar setiap bersama dengan Elisa.

Sampai ketika bel masuk berbunyi dan seorang guru telah masuk pun pemuda itu masih meratapi nasib. Bobby disampingnya mengernyit bingung. Aura Reynald disampingnya terasa tak menyenangkan. Tapi ia menepisnya dan berusaha tak peduli.

"Baiklah anak-anak silahkan ganti baju, bapak tunggu dilapangan." kata pak Muji kemudian melenggang pergi.

Bobby pergi terlebih dahulu meninggalkan dua temannya yang lain. Melihat itu Azril menghela napas. "Gue tau Bobby kecewa tapi gue gak tau kalo dia bisa semarah ini."

Azril memutar tubuhnya menghadap Reynald. Dan ia dibuat terkaget lagi melihat Reynald yang masih sama seperti tadi. "Rey....! Ayo!"

Reynald mendongak. "Kemana?"

Azril tergelak, pertanyaan apa itu! Astaga!

"Lo dari tadi gak dengerin pak Muji ngomong ya? Kita ada jadwal lari dilapangan." kata Azril membuat Reynald terpelongo.

Azril menggelengkan wajahnya lalu berdiri. "Ayo pergi."

Bukannya berdiri sahabatnya itu malah masih tetap stay dikursinya benar-benar membuat Azril lelah. Namun tak lama Reynald mendongak pada Azril. "Zril... Gue rasa IQ gue turun deh."

Azril mengangkat satu alisnya bingung. "Ha?"

Disisi lain Elisa sudah berada dilapangan bersama dengan ketiga temannya. Sebelumnya pak Muji berpesan, jika kelas mereka digabung dengan dua kelas sekaligus.

Tapi, Elisa tak menyangka jika yang dimaksut adalah kelasnya, Felix dan... Reynald.

Tapi... Dimana Reynald saat teman-teman kelasnya sudah berada dilapangan? Mata gadis itu menjelajahi kerumunan orang-orang.

"Door!" ucap seseorang bersama dengan dua tepukan dibahu Elisa yang tiba-tiba membuat gadis itu terlonjak kaget.

"Eh ayam!"

Elisa membalikkan badannya kesal. "Apasih! Ngajak gelud lo ya?"

Felix tertawa kencang namun secara bersamaan terlihat sangat keren. Memanjakan mata beberapa gadis yang melihat.

"Biarin! Salah siapa gak fokus, trus napa matanya jelalatan gitu?"

Elisa tergelak. "Whut? Jelalatan? Sembarangan! Jenyamukan aja gimana?"

Felix mengerjap, serius dia gak paham. Keduanya langsung berbaris rapi ketika pak Muji datang dan meminta untuk tertib.

"Selama beberapa minggu ini bapak gak bisa masuk mengejar karna harus menghadiri seminar diluar kota. Jadi gapapa ya olga kali ini digabung tiga kelas?"

My Bad HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang