79

71.6K 4.5K 1.9K
                                    

"Apa bun?" Dengan kening mengerut, Reynald menatap tak percaya pada sang Ibu. "Bunda lagi becanda sama kita? Serius, gak lucu bun."

"Becanda apa Rey?" ucap papah Jun yang tiba-tiba datang dari dalam rumah menarik atensi ketiganya. Ia mendekat dan dengan ekspresi remeh menatap anak sulungnya. "Apa kamu lupa? Kamu sendiri yang meminta ini tempo hari yang lalu."

"Papah dan bunda hanya sedang mewujudkan keinginan kamu."

Mendengar itu Reynald terdiam kehilangan kata-katanya karna ucapan yang menohok dan sangat tepat itu. Ini seperti boomerang untuknya.

Eli syok dengan apa yang didengarnya. Tangan Elisa meremas ujung lengan jaket yang kebesaran ditubuhnya.

Mata papah Jun melirik pada Elisa, gadis itu kini menundukkan kepala. "Lagian saat itu Elisa juga pasti setuju untuk bercerai dengan kamu. Jadi tidak ada masalahkan?"

Deggg!

Jantung Elisa sudah berdetak tak karuan menambah rasa menekan pada dirinya. Seolah kini ada banyak ribuan pisau yang tengah menikam didadanya. Hingga Elisa sendiri sulit untuk bernapas normal.

Ia menggigit bibir bawahnya menahan setiap rasa nyeri dan sesak yang mendadak menyerang didada. Air mata dipelupuk seakan siap untuk jatuh kapan saja namun gadis itu terus menahannya.

Tapi kenapa selalu seperti ini?!

Kenapa disaat Elisa merasa begitu bahagia selalu saja ada batu besar yang menghantamnya. Apa Eli benar-benar tidak boleh bahagia?

"Bentar pah." ucap Reynald kala logikanya berjalan setelah blank untuk sesaat.

"Apa bercerai bisa semudah itu?" Reynald memberanikan diri menatap mata sang ayah memberikan banyak protes dan menuntut.

Dengan tenang papah Jun menyunggingkan senyuman miring. "Apa yang gak bisa dilakuin sama billionaire kayak papah, Rey?"

Ucapan itu seperti batu yang menghantam kekepalanya. Untuk sesaat Reynald memejamkan mata menahan emosi didalam dirinya.

"Gak mungkin bisa, enggak." Reynald menggeleng, pemuda itu menunjukkan aura menentang yang sangat kentara. "Apalagi kita gak merasa sudah menandata--"

Ucapan Reynald terpotong karna merasakan Elisa tiba-tiba melepaskan tautan tangannya. Pemuda itu lantas menoleh bingung pada Elisa yang kini menatap kedua orang tuanya setelah meneguk ludah secara susah payah.

"Saya permisi pergi dulu bunda, papah Jun." ucap Elisa terdengar lirih pada kedua pasangan paruh baya itu, ia tersenyum getir.

Kemudian gadis itu menoleh kesamping, menatap Reynald untuk sebentar. Sesaat, didalam matanya Reynald bisa melihat pandangan terluka dari Elisa. Sampai kemudian gadis itu berbalik dan melenggang pergi.

Sudah cukup! Elisa sudah tak sanggup lagi mendengar perdebatan yang seolah berusaha semakin menghancurkan hatinya. Sakit sekali!

Selama ini Elisa hidup dengan kepingan-kepingan hati kecil yang tak berbentuk. Setidaknya saat ini Elisa harus berusaha untuk tak membuat kepingan itu semakin pecah dan hancur.

Reynald yang melihat, tentu saja tak bisa diam saja. Ia sontak menyerukan nama Elisa berharap gadis itu akan berhenti. "Elisa!"

Namun bukannya berhenti, Elisa malah semakin mempercepat langkahnya untuk keluar dari area rumah Reynald. Tidak! Reynald tidak ingin Elisa pergi lagi darinya! Dia bisa gila jika gadis itu pergi!

Reynald berniat akan mengejar Elisa namun detik itu juga lengan atasnya ditahan kuat oleh seseorang. Hampir seperti dicengkram.

Pemuda itu seketika menoleh kaget pada orang yang menahannya. "Papah Jun?!"

My Bad HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang