"Kalau gue bilang Elisa itu dulu gadis yang polos dan pemalu, apa kalian bakal percaya?"
Kedua tangan Reynald yang memegang map semakin menguat. Keningnya mengerut dan fokus membacanya pada map tersebut sudah menghilang.
Entah kenapa saat Reynald terpikir bagaimana keadaan Elisa sekarang. Setelah gadis itu menangis dan meminta segera pulang. Mendadak hal lain malah melintas diotak Reynald, seperti sepotong ucapan Imel tadi.
"Lo kenapa Rey?" Azril disebelah Reynald menoleh bingung melihat ekspresi Reynald.
Jadi gaess saat ini kedua pemuda itu sedang berjalan bersama dikoridor. Hendak pergi keruangan Bu Nurma karna sebelumnya guru tersebut memanggil mereka.
Padahal tuh ya, Azril sama Reynald pun baru dateng kesekolah. Baru juga duduk dibangku tapi udah gak diijinin napas lega dulu :'>
Hanya saja Reynald berjalan sembari membaca dan menghafalkan materi naskah kelompok seninya. Jangan lupakan kacamata berkaca lebar yang bertengger dihidungnya sedikit melorot.
"Lo pusing? Gue udah bilangkan jangan baca buku sambil jalan! Bandel sih lo!"
"Ah... Enggak Zril, bukan itu." sahut Reynald sembari membenarkan letak kacamatanya.
Azril mah suujon mulu ama Reynald :<
"Terus kenapa?"
Bukannya menjawab Reynald malah kembali termenung. Ia memikirkan ucapan Imel lagi. Elisa dulu pemalu? Kalau memang iya, pasti dulu gadis itu sangat manis.
Membayangkannya saja sudah membuat bibir Reynald bergetar tak bisa menahan senyum.
Sementara Azril meringis ngeri melihat Reynald yang menahan senyum. Sepertinya selain sakit, Reynald juga mulai gila.
"Oh ya!" Azril tiba-tiba teringat sesuatu membuat lamunan Reynald berhenti. Reynald kembali melihat kearahnya. "Soal kita liburan kepulau pribadi papah Jun..."
Kepala Reynald menoleh kearah lain saat ekor matanya menangkap sosok Elisa dari arah berlawanan.
Seketika Reynald memperbaiki cara berjalannya. Ia sontak berdiri tegak memandang lurus kedepan dengan pandangan tegas. Map ditangannya langsung ia kesampingkan. Menjadi seorang ketos yang berwibawa.
Ia sedikit terhenyak melihat Elisa kini tampak bercanda dengan Ayundha yang bersamanya. Reynald tau itu hanya ilusi yang dibuat Elisa.
"Kamu berbakat dalam berpura-pura baik, Li. Karna lebih menyakitkan saat kamu tersenyum daripada saat kamu menangis." -Reynald.
Elisa juga melihatnya dan sempat bertatapan dengan Reynald untuk beberapa saat. Tapi kemudian membuang pandangan kearah lain karna gugup.
Eli mendadak malu gaess karna saat melihat Reynald dia jadi keinget kejadian semalem. Ini otak Eli jadi mau Eli reboot deh biar ilang T__________T
Detak jantung Reynald semakin menjadi saat Elisa benar-benar akan melewatinya.
"Kita pake mobil sendiri-sendiri ya." kata Azril lagi membelah fokus Reynald.
"Ha? Mobil?"
"Iya."
"Tapi..." Reynald mendadak bingung mendengar ucapan Azril. "Kitakan bakal nyebrang laut, maksutnya mobilnya terbang gitu?"
Azril tergelak karna ucapan Reynald yang tak diduganya. Dia bahkan sampai tak bisa berkata-kata. Ini Reynald kenapa? Kok tiba-tiba jadi dungu sih?
"Ya pas nyebrang pake kapal lah! Tolong Rey, IQ lo gunain sedikit." kata Azril rada kesel sambil ngegaruk kepalanya gusar.
Ya kali ah IQ Reynald beneran turun! Tapi kalau iya, kenapa langsung drastis begini sih?

KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Husband
RomanceTerpaksa dijodohin sama siKetos letoy, Elisa rasanya hampir gila! Elisa si troublemaker disekolahnya. Suatu hari dijodohkan dengan Reynald ketos ramah namun judes hanya pada Elisa saja. "Senyumnya gak usah lebar-lebar kali entar robek tuh mulut baru...