60

82K 4K 1.1K
                                    

Langkah kaki yang tergesa-gesa dikoridor dengan kepala menunduk. Beberapa orang yang melihat hanya menatap aneh.

Gadis itu Elisa, ia masuk kedalam toilet dan langsung membasuh kasar wajahnya. Tak peduli pada air yang kini sudah berjatuhan kemana-mana. Beruntung toilet sekolah saat ini sedang sepi.

Apalagi jika ada pak Bon didekat sana. Sudah dipastikan ia akan dapat wejangan dadakan ~_~

Dipikiran Eli sekarang, wajahnya tak boleh terlihat bengkak bagaimanapun caranya. Dengan sedikit sesenggukan Elisa menengadah melihat wajahnya pada cermin.

"Ck! Gak ada bedanya dari dulu!" ujar Elisa menatap bengis kecermin. "Lemah!"

Tangan Elisa memegang kuat wastafel menyalurkan semua emosi disana. Sementara nafasnya memburu tak karuan. Ia sudah berhenti menangis tadi.

Ada satu hal yang ingin Elisa lakukan sekarang. Eli pengen banget pergi mukul Reynald sampai jadi zombie. Atau Eli giling aja dia kemesin fotokopi!

Tapi... Jangankan seperti itu melihat wajahnya saja Elisa gak kuat.

Elisa kesal pada diri sendiri, sangat kesal. Sudah tau kesal tapi kenapa dia gak bisa marah atau benci padanya?!

Sial!

Kepala Elisa menunduk dan tak lama kembali mendongak, menatap nanar cermin. Memang benar Elisa akui jika dibandingkan dengan Bianca. Ia kalah telak secara fisik.

Disisi lain Elisa kesal, karna pada akhirnya dia masih belum berubah. Ia masih orang yang sama seperti tiga tahun yang lalu.

Orang yang mudah tertipu.

Sebuah bayangan sosok Reynald yang tersenyum kemarin tiba-tiba tercipta pada cermin. Lantas Elisa menatap bengis.

"Mat— Aakhh...!"

Ucapan berganti teriakan kecil yang menyakitkan. Gadis itu memegangi perut bagian sampingnya yang mendadak terasa sangat sakit. Sakit kepalapun tiba-tiba menyerang tanpa ampun.

Gadis itu meringis, dengan kakinya yang bergemetar. Perlahan ia duduk berjongkok. Tangannya yang lain berpegangan pada apa saja yang bisa menjadi tumpuannya.

Ia mengigit bibirnya yang sudah membengkak. Berusaha menahan sakit yang semakin parah. Saking sakitnya, dia jadi tidak sadar pada rasa sakit dan asin dibibir yang mulai berdarah. 

"Ibu... Sakit... Ayah... Bang Jo..." lirih Elisa dengan mata terpejam menahan sakit.

Lagi-lagi ia hanya bisa menyebut seluruh keluarganya setiap seperti ini. Tubuh Elisa limbung dan jatuh pelan kelantai. Nafasnya memendek dan bibir memucat. Dengan sisa kekuatan ia mempertahankan kesadarannya.

"Elisa!" pekik seseorang melotot kaget didepan pintu toilet.

"Siapa... huh?" pikir Elisa yang hanya bisa melihat tubuhnya saja tanpa wajah.

Orang tersebut menghampiri Elisa dengan buru-buru. Namun langsung dikagetkan oleh Elisa yang kehilangan kesadaran.

"ELISA!"

Ditempat lain, Reynald dan Bianca melangkah keluar dari rooftop. Keadaan Bianca kini lebih rileks dari sebelumnya.

Ketika akan menuruni tangga tanpa sengaja sepatu Bianca menginjak sesuatu. Gadis itu terpeleset dan hampir saja jatuh. Jika Reynald tidak sigap memeganginya.

"Gapapa Bi?"

"Ah... Gapapa Rey, makasih." Bianca tersenyum sementara Reynald hanya terdiam.

Melihat itu Bianca terbingung. "Kenapa Rey? Lo kok keliatan kek gak enak badan."

My Bad HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang