Pandangan Elisa yang sayu menatap manik mata pekat Reynald. Pemuda itu masih tetap sama dengan wajah dinginnya. Cekalan tangan Elisa pada lengan Reynald mulai melonggar kemudian lepas sepenuhnya.
Elisa yang menatapnya, tersenyum. "Em... Iya."
Gadis itu berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Reynald. Sementara Reynald untuk sebentar, ia menatap punggung Elisa yang semakin menjauh. Sampai akhirnya berbalik dan pergi kearah yang berbeda.
Keduanya saling melangkah menjauh pada arah yang berbeda.
"Sekali lagi, kita kembali jadi orang asing Li." -Reynald.
Sebenarnya Reynald sangat tak ingin melepasnya seperti ini. Ini bukan hal yang Reynald mau. Tapi jika dengan melepasnya bisa meringankan segalanya. Why not?
Kepala Reynald sedikit menunduk, sebuah senyuman hambar tercetak dibibirnya. Situasi yang Reynald rasakan saat ini hampir sama dengan yang dulu ia rasakan.
"Elisa!"
Mendengar seruan itu sosok Elisa dan Aaron yang berjalan bersama lantas berhenti. Mereka membalikkan badan, melihat Reynald yang memanggil tadi berjalan kearah mereka.
"Ya? Apa?" Elisa tersenyum simpul menunjukkan keramahannya saat pemuda itu sudah didekatnya.
"Ada yang——"
"Eh Li! Udah terlambat! Kita harus cepet-cepet." potong Aaron setelah melirik pada jam tangannya, mengambil atensi Elisa.
"Oh iya!" Elisa pun memekik melihat jam ditangan Aaron. Atensi Elisa berpindah pada Reynald. "Rey maaf kita bicara besok lagi ya, hari ini gue lagi ada urusan."
Setelah bicara begitu Elisa pun melenggang pergi bersama Aaron dengan terburu-buru. Reynald yang melihat itu hanya bisa menundukan kepala.
"Ditinggal lagi? Kapan lo bisa tahan bicara sama gue semenit aja?"
Saat itu pun Reynald membalikkan badan dan tersenyum hambar. Mungkin juga saat itu adalah awal dari sikap dingin Reynald pada Elisa. Karna mulai dari sana Reynald bertekad untuk tak lagi memikirkan cinta pertamanya.
Dengan tekad juga, kali ini Reynald benar-benar akan mencoba menghapus semua tentang Elisa dari hidupnya. Meskipun itu terasa sangat sulit dan terkesan mustahil.
"Lo selalu ingin pergi dari gue Li, sebegitu gak sukanya lo ke gue?"
Disisi Elisa, gadis itu berjalan dan menyugar poni rambut kebelakang karna sangat menganggu. Diwajah manisnya itu hanya ada raut datar tanpa emosi sama sekali. Walau sebenarnya ia tak tenang karna merasa seperti ada kesalahan besar yang baru saja terjadi.
Tapi Elisapun malah berusaha menertawakannya dengan canggung.
Meski didalam dada ada begitu banyak rasa sesak dan nyeri.Kali ini Elisa tak ingin menangisi apapun walau rasanya ada ribuan air mata yang ingin jatuh.
Ketika esok harinya disekolah, saat Elisa tak sengaja bertemu dengan Reynald dikoridor. Gadis itu langsung tergopoh berbalik dan bersembunyi dibalik dinding. Seolah saat ini ia tidak sengaja bertemu dengan malaikat kematian.
"Bentar! Kenapa gue sembunyi sih?!" gerutu Elisa kesal sendiri memikirkan apa yang dilakukannya sekarang. "Emang dia kunti apa, gue harus takut gitu?"
Elisa hendak kembali menunjukkan diri namun saat melihat wajah Reynald disana ia lagi-lagi langsung bersembunyi. Salahin hati Elisa yang gak sanggup ngelihat wajahnya :)
"Apasih! Kenapa gue harus gini?! Yakk paboo!" gerutu Elisa lagi memarahi diri sendiri tak habis pikir.
Gadis itu resah sendiri sampai kemudian ia malah mengintip dari balik dinding. Melihat Reynald yang berjalan sendirian disana. Pemuda itu memasang wajah dingin dan datar. Saat ada seseorang yang menyapanya dijalan, ia tidak menjawab atau sekedar berdehem untuk menyahut. Seperti yang biasa dia lakukan pada banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Husband
Roman d'amourTerpaksa dijodohin sama siKetos letoy, Elisa rasanya hampir gila! Elisa si troublemaker disekolahnya. Suatu hari dijodohkan dengan Reynald ketos ramah namun judes hanya pada Elisa saja. "Senyumnya gak usah lebar-lebar kali entar robek tuh mulut baru...