Terpaksa dijodohin sama siKetos letoy, Elisa rasanya hampir gila!
Elisa si troublemaker disekolahnya. Suatu hari dijodohkan dengan Reynald ketos ramah namun judes hanya pada Elisa saja.
"Senyumnya gak usah lebar-lebar kali entar robek tuh mulut baru...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kedua bola mata Elisa menatap redup sosok Reynald disana. Dibalik wajah datarnya tetap saja Elisa tak bisa menahan desiran nyeri dihati untuk tak keluar. Tak lama pandangannya berpaling kearah lain.
"Lix mending kita ketempat lain aja kuyy." bisik Elisa ditelinga Felix.
"Mau kemana? Kamu mau makan nasi?"
"Heem mau makan, cepetan Lix. Kalau lama-lama disini takutnya malah gigit daging orang saking lapernya. Baksokan masih enak Lix heuheuheu. Kamu juga pasti laperkan?"
Disisi Bianca, ia terdiam melihat itu lalu atensinya beralih pada Reynald. Pemuda itu tampak tenang namun dibawah sana sebelah tangannya terkepal kuat.
"Yaudah kuyy makan bakso dari pada makan daging orang. Kanibal dong entar." kata Felix dan tertawa.
Ia membenarkan posisi gendongan untuk sebentar kemudian hendak berjalan pergi.
"Tunggu!" seru Bianca menahan mereka. Sementara Reynald menoleh bingung pada Bianca.
"Astaga Felix! Elisa kenapa? Kok digendong?" Bianca mendekat panik kearah Felix dan Elisa. Matanya membola lebar ketika mengetahui masalahnya. "Astaga! Tumit kaki Elisa!"
"Ini pasti sakit, ayo sini gue obatin dulu kakinya." Kedua mata Bianca menatap penuh harap dan cemas.
Tapi yang didapatnya malah gelengan kepala Elisa. "Makasih tapi gak usah."
"Lagipula sakit beginian mah gak ada apa-apanya. Toh masih ada gue yang bisa nyembuhin." tambah Felix tersenyum miring dan sekilas melirik Reynald.
"Oh?" Untuk sebentar Bianca termangu dan menoleh pada Reynald yang terdiam.
"Ayolah ini cuma sebentar aja kok, gue ada bawa..." ucapan Bianca menggantung seraya merogoh tas selempangannya. "Ini plester luka!"
"Sini Lix dudukin sini!" Bianca menunjuk bangku kayu panjang didekat Reynald.
Felix melirik Elisa sebentar setelah mendapat persetujuan. Pemuda itu mulai perlahan mendudukkan Elisa disana.
"A...!" Tangan Elisa menahan tangan Bianca yang berjongkok dibawahnya. "Itu... Pelan ya."
Tawa renyah namun lembut keluar dari bibir tipis Bianca. Beberapa pria yang lewat dan tak sengaja melihat menjadi terpanah. Bahkan ada yang sempat ingin jatuh.
"Astaga! Angel darimana dia?"
"Tawanya seperti alunan lagu merdu."
"Gak sakit kok tenang aja." kata Bianca tersenyum tapi Elisa hanya berwajah datar tanpa ekspresi.
Mungkin ini karna ketularan Pinkan gaess :3
Melihat Bianca yang menunduk dan memasangkan plester dengan telaten kekakinya. Sebuah khayalan mendadak menguasai otak Elisa. Saat ini Elisa sedang menendangnya hingga terjungkal. Lalu Elisa tindas kepalanya dengan kaki dan tertawa jahat.