87

2.8K 128 143
                                    

"E-Elisa?!"

Reynald membeku terkejut bukan main menangkap sosok Elisa yang berdiri cukup jauh dari tempatnya berada. Gadis itu kini tampak terdiam tak bergeming menatapnya dari sana. Reynald jadi takut Elisa salah paham pada apa yang baru saja dilihatnya. Rasa gelisah seketika menyeruak memenuhi hati Reynald.

Kaki Elisa bergerak berjalan menuju kearahnya. Dan disetiap langkah gadis itu, pikiran Reynald dipenuhi oleh hal-hal buruk.

Bagaimana jika Elisa langsung memutuskan meninggalkannya?

Apa kali ini ia benar-benar akan kehilangan Elisanya?

Ketika gadis itu sudah berada tepat dihadapannya. Reynald bisa tau semua yang dirasakan gadis itu hanya dari tatapan matanya saja. Jika yang dipikirkan Reynald tadi benar, bagaimana Reynald nantinya bisa melanjutkan hari-hari tanpa Elisa yang sudah menjadi bagian dari seluruh hidupnya?

"Paboo!"

Satu kata pertama yang diucapkan Elisa pada Reynald. Sesuatu yang jauh dari pikiran Reynald tadi. Hingga pemuda itu jadi mengerjap bingung. "Ha?"

"AND SHE IS SHEKKIYA, SHIBAL, PABO, GAESAEKKI, MICHOSSO, JINJJAA?!!" kesal Elisa tiba-tiba yang membuat Reynald terkejut bukan main dengan rentetan kata-kata kasar yang juga gak dimengerti Reynald. Oh jangan lupain matanya yang dah melotot siap makan siapa saja orang yang ada didepannya.

Ya begitulah gaess ngamuknya mutan- ups maksutnya Eli.
ヘ( ̄▽ ̄*)ノ

Mendadak saja mata Elisa menatap Reynald dengan memincing dan sengit, Reynald sontak tertegun karnanya.

'Bikin surat wasiat ga si ini harusnya?' batin Reynald tak tenang.

"Kamu! Kamu kok diem doang sih dicium sama dia?" tanya Elisa menyentak.

Belum sempat Reynald menjawab pertanyaannya ia sudah dipotong oleh ucapan cerocos Elisa. "Oh.... Kamu pasti seneng ya dicium sama cewe cantik? Rasa apa? Stroberi? Keju? Coklat? Apa kematian?"

"Main cium-cium bae, emangnya kamu pangeran kodok apa? Ato snow white? Ato Aurora?"

Karna Reynald yang mengerjap bingung dengan ucapannya, Elisa mendengus sembari membuang wajah dengan melipat tangan. Namun kali ini yang menarik perhatian Elisa adalah pipi Reynald. Tangan gadis itu jadi terulur meraih wajah Reynald.

Reynald yang melihat itu, sudah sangat siap jika Elisa mungkin ingin menamparnya. Itu sangat wajar untuk dilakukannya ketika memikirkan berada diposisi gadis itu.

Namun alih-alih menampar, Elisa malah membuang jarak diantara mereka. Kakinya berjinjit dan tangan kecilnya mengusap pipi Reynald dibagian yang tercium tadi. Berusaha dengan teliti untuk menghapus bersih jejak bibir yang tersisa disana.

Demi muka thomas kereta, Eli ga rela pipi mulus Reynald ada jejak si lada.
(。ì _ í。)╭∩╮

Raut wajah cemberut Elisa yang tak luput dari pandangan Reynald, baginya itu tampak berkali-kali lipat lebih menggemaskan. Mata Reynald jadi terus memperhatikan apa yang dilakukan gadisnya itu. Disamping itu, telinganya memerah karna jarak mereka yang begitu dekat. Dengan jelas ia bisa merasakan nafas hangat Elisa pada lehernya.

"Ck! Enak aja main cium-cium pipi Rey-ku yang mulus semulus jalan tol ini! Tol aja harus bayar dulu! Minimal pake Qris-lah!" gerutu Elisa membuyarkan lamunan Reynald.

WHAT?! QRIS?

"Sekarang liat kau sudah ternodai, Rey!" Elisa menunjuk kesal kearah Reynald.

Reynald terkesiap, lalu menangkap jari telunjuk Elisa yang mengarah padanya. Wajahnya yang penuh penyesalan berbicara sambil memohon. "Maaf, aku lengah, aku ga mengira Bianca bakal se-nekad itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Bad HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang