73

85.2K 4.3K 782
                                    

"Kalian udah denger gak sih? Elisa sama Reynald balik deket lagi!"

Beberapa siswi yang berkumpul pada sebuah bangku didalam kelas memekik kaget. Ucapan salah satu orang dari mereka seakan seperti bom atom bagi diantaranya. Bahkan sampai mengundang beberapa siswi lain lagi untuk mendekat karna penasaran.

"What?! Seriusan lo?!"

"Gimana-gimana?!"

Mereka menatap satu orang yang berkata tadi dengan penuh tanda tanya dan saling memasang telinga baik-baik. Diantara mereka ada orang yang memang suka sekali menggosip dan ada orang yang memang menyukai Reynald.

Disekolah ini memang tidak sedikit orang yang menyukai Reynald terutama kalangan wanita. Cewek mana sih yang gak suka sama cowok ramah, baik, pintar dan tampan seperti Reynald?

"Iya, serius. Waktu itu gue sempet liat sendiri mereka berdua jalan bareng didistrik ujung kota yang ramai penjual setiap malam itu lho!"

"Astaga! Gak ikhlas gue!"

Banyak yang potek dan protes gak terima denger itu. Tapi mereka sontak terdiam dan saling berpandangan gugup saat sosok Pinkan memasuki kelas.

Sahabat Elisa itu berjalan santai menuju bangkunya pake muka datar. Salahin Conita yang nyebarin virus cuek bebek disekitarnya. Virus colokna tetangga yang aktif tadi kalah deh keknya :'>

Ketika Pinkan duduk dibangku, ia langsung menata buku dari dalam tasnya pindah keloker meja. Salah satu dari mereka yang berbincang tadi menghampiri. Ia berdiri angkuh disebelah Pinkan sambil melipat kedua tangan.

"Eh Pin! Lo kan suka sama Reynald, kok lo masih temenan lagi sama si Elisa? Lo gak tau apa kalau dia deket sama Reynald? Apa lo gak mikir kalo dia ngekhianatin lo?"

Gerakan tangan Pinkan berhenti, ia menghela napas dan mendongak malas. "Terus?"

"Apa urusan lo?"

Siswi itu terkekeh tak percaya mendengar ucapan Pinkan. Dengan tenang ia kembali menatap dan bicara pada Pinkan. "Ya bego aja gitu."

Menohok, tapi siswi itu malah kembali tergelak oleh ucapan Pinkan yang selanjutnya. Ucapan yang gak kalah menohoknya dengan ucapannya.

"Lo baru sadar? Eli aja bego, kenapa temen-temennya enggak?"

"Lagian..."

"Gue yang hidup, kenapa lo yang ribet sih?!" Pinkan menatap dengan aura tak menyenangkan.

Gadis yang bicara pada Pinkan itu menggertakkan gigi kesal sampai akhirnya memilih pergi. Untuk sebentar dia lupa kalau Pinkan itu terkenal bermulut pedas.

Setelah kepergian gadis itu, Pinkan mengeluarkan henset dari loker Conita dan memakainya. Karna sepertinya menunggu jam masuk sekolah hari ini akan sangat membosankan.

Sepasang mata menatap harap dan cemas kearah jam tangan kemudian berganti menatap keluar kaca mobil. Raut yang menunjukkan kening mengernyit itu tampak tak tenang.

"Den Rey lagi nungguin siapa?" pak Karim dijok depan sana menatap bingung Reynald dibelakangnya dari kaca mobil.

Yaps... pak Karim balik gaess setelah tujuh purnama merah darah :>

Pak Karim lelah ngelihat si tuan muda gak turun dari mobil. Tuan mudanya itu malah terus sibuk ngelirik jam tangan dan keluar jendela mobil. Sejak mereka sampai, dua puluh menit yang lalu.

"Enggak pak, cuma--"

"Non Eli ya?" potong pak Karim yang sialnya tepat bikin Reynald terkesiap.

My Bad HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang