Chapter 17

206 42 2
                                    

Berdiam diri di rumah dihari pekan ini, Ajeng memilih menonton televisi seraya membaca buku novel di ruang tengah. Ia dengan leluasa memilih acara televisi yang disukai. Ia juga ingin bersantai-santai sejenak terlebih dahulu.

Ajeng mengambil remot, mengganti saluran Televisi sebab tayangan film yang baru ditonton sedang iklan. Ajeng merasa jenuh saat melihat iklan yang ditayangkan di televisi tersebut.

Seorang wanita paruh baya menghampiri anaknya dengan membawa nampan yang berisi kue bolu dan susu bendera berwarna putih, wanita itu sempat membuatnya di dapur.

Maminya Ajeng, Sofi menaruh nampan tersebut di atas meja dan duduk disamping anaknya. Ajeng tersadar akan kedatangan Maminya, ia segera mengalihkan pandangannya untuk mendengarkan ucapan orang yang paling disayangnya.

"Semenjak kamu punya sahabat, sekarang kamu jarang meluangkan waktu bersama keluarga." Suara lembut dari Sofi mampu membuat Ajeng mematung. Memang benar apa yang dikatakan oleh Sofi. Ia baru menyadari bahwa sejak ia sudah masuk SMP menginjak umur tiga belas tahun ini, ia suka bermain keluar rumah. Bahkan ia berani ke Mall tanpa pengawasan orang dewasa.

Ajeng menutup dan menaruh buku novelnya ke atas meja, lalu ia membalas perkataan Sofi, walaupun ia bingung ingin menjawab apa.

"Maafin Ajeng, Mi, kalo kemarin gak ikut kumpul bareng sama Papi, Mami dan Kak Ara gara-gara Ajeng nginep di rumah salah satu sahabat Ajeng." Jawabnya.

"Kamu percaya sama sahabat-sahabatmu?" Tanya Sofi.

Ajeng mengangguk. "Percaya banget, Mi."

"Kamu udah sahabatan sama mereka berapa hari?"

"Tujuh hari."

"Masih baru kan?"

Ajeng kembali mengangguk.

"Dengerin ucapan Mami ya. Persahabatan kamu sama mereka kan masih baru. Mami minta jangan terlalu percaya banget, tapi cukup percaya aja. Mami takut misalkan kamu dikhianati oleh sahabatmu sendiri kamu pasti bakal sedih atau mungkin marah besar. Kan juga kalian juga masih baru kenal." Ucapan Sofi membuat kepala Ajeng penuh dengan tanda tanya.

"Jadi Ajeng gak boleh sahabatan sama mereka?"

"Bukan gitu. Kamu boleh sahabatan sama siapa aja. Tapi kamu juga harus bisa jaga-jaga diri."

"Maksud Mami apasih?"

"Jika memang itu bakal terjadi. Kamu akan segera mengetahuinya karena persahabatan baru itu harus menghadapi suatu masalah."

Sofi mengulas senyum tipis melihat anaknya itu yang tengah kebingungan, lalu ia bangkit dan juga membawa nampan tersebut. Setelah itu Sofi benar-benar menghilang dari pandangan meninggalkan Ajeng yang sedang dilanda sejuta pertanyaan melintas begitu saja diotaknya.

Namun sedetik kemudian ia berusaha tidak memikirkan perkataan itu lagi. Ia membaca buku novel kembali dengan memakan kue bolu buatan Sofi.

***

Keesokan harinya, semua murid seperti biasa berangkat Sekolah untuk melaksanakan upacara bendera yang selalu diadakan hari Senin. Berbeda dengan Senin minggu lalu yang menjadi petugas adalah Kakak Osis, namun sekarang yang bertugas adalah anak kelas 9 saja untuk mencontoh murid didik baru tahun ini.

Semuanya sudah berbaris rapi dan 5 menit yang lalu upacara telah dimulai. Kali ini semua harus lebih tertib karena namanya sudah tercantum di buku nilai. Alasan lain, agar tidak dihukum oleh guru di depan sana.

"Kok gue ngerasa upacaranya lebih lama sekarang ya dari Senin kemarin." Ucap Felina, tangan kanannya sambil menghormati sang bendera pusaka dengan diiringi lagu Indonesia Raya.

Kami Sahabat Sejati [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang