Chapter 22

177 42 3
                                    

"Ohhh begitu." Luna mengangguk setelah diceritakan secara detail oleh Hany. Luna sempat terkejut ketika namanya di tulis juga. "Gue gak pernah benci kok sama Ajeng. Gue mah enjoy sahabatan sama siapa aja."

"Saking enjoynya, lo gak sadar kalau teriakan lo bikin telinga ketika hampir pecah!" Ujar Gifta kemudian merubah wajahnya menjadi lebih serius. "Gue juga seneng aja sih sama Ajeng, Felina dan lo semua, walaupun kadang sifat gue jutek."

Alfia menatap pepohonan disana dan sebagian murid yang mulai memasuki taman ini dengan canda dan tawa yang terukir dari wajah mereka. "Oke, gue percaya kalau Luna dan Gifta senang bersahabatan sama Ajeng." Ucapnya begitu, lalu ia melanjutkan kembali perkataannya. "Tapi masalahnya gue penasaran, siapa yang nulis itu. Kalo Felina?... Gak mungkin. Karena gue pernah lihat bentuk tulisan dia kayak apa." Lanjutnya.

"Sejak awal kita sahabatan, kayaknya banyak orang yang iri deh." Luna membuang plastik batagor ke sembarangan arah, lalu ia mengelap mulutnya dengan tisu.

"Lunaaaaaa! Jangan buang sampah sembarangan. Taman ini udah bersih, jangan kamu kotorin." Sambar Hany, memungut sampah itu dan dibuang ke tempat sampah. Kata Hany, tidak baik membuang sampah sembarangan, lebih baik membuang sampah pada temannya. Just kidding.

"Iya, Hany, tapi gak janji." Jawab Luna langsung mendapat sebuah jitakan dari Gifta.

"Menurutku jalan terbaik satu-satunya adalah sementara ini kita harus jauhi Ajeng dan Felina." Usul Hany. Lebih baik seperti itu, daripada semuanya akan berantakan.

"Lah kok gitu?" Tanya Gifta.

"Ohh gue tau, biar pelakunya itu seneng duluan kalau kita berpencar. Tapi itu gak bakal jamin nemuin siapa dia. Betulkan?" Luna menebak-nebak apa yang ada di pikiran Hany.

Hany mengacungkan jempol mendengar tebakan Luna yang sangat tepat. "Betul."

Luna menepuk pundaknya sendiri sambil tersenyum bangga. "Walaupun otak gue geser, tapi ternyata gue pinter juga." Gadis itu tersenyum bangga, merasa kepintarannya telah melebihi anaknya micin, bapaknya royco dan ibunya masako. Sekilas dari pemikiran aneh Luna.

Gifta kembali menjitak Luna. "Yaiyalah, kalo lo gak pinter ya gak masuk ke Sekolah ini." Ucapnya. SMP Winanta berisi kumpulan anak pintar dengan berbagai prestasi, tidak sembarang orang yang bisa masuk kesini.

Semuanya menyetujui.

"Balik ke topik awal." Ucap Alfia. "Jadi kita harus gimana buat bikin Ajeng gak salah paham sama Felina dan lo berdua?"

"Aku punya ide." Sahut Hany mendadak mempunyai pemikiran yang cemerlang.

Luna memasang telinganya baik-baik. "Apa?"

"Ett, aku gak bisa ngasih tau disini." Hany menunjuk banyak murid yang tengah bermain disini. Semuanya mengerti agar si pelaku tidak mendengar ide dari Hany.

"Rumah gue aja, gimana?" Tawar Gifta.

"Wahhh gue mah pasti gak nolak. Yang penting harus disiapin makanan dan minuman." Ucap Alfia sambil tersenyum sumringah. Entah kenapa lama-kelamaan ia menjadi suka makan, mungkinkah Alfia tertular oleh Ajeng? Ooh, hanya Alfia yang mengetahui.

Gifta menjitak kepala Alfia dengan santai membuat

Alfia mengelus keningnya sambil beristighfar di dalam hati.

Kami Sahabat Sejati [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang