Chapter 41

113 38 0
                                    

Fyi: By the way, cerita ini aku skip aja, jadi langsung ulangan karena kalo gak di skip, alurnya jadi kepanjangan.

Happy reading.

|
|
|


Penilaian Tengah Semester 1.

Semua murid pasti belajar untuk mempersiapkan diri pada ulangan pertama ini. Ada yang sudah merangkum bab yang telah dipelajari dan ada yang belajar kebut semalam kalau kamu menggunakan cara belajar seperti apa?

Saat ini Luna memutari seluruh meja di kelasnya guna mencari nomer duduk yang sesuai dengan absennya. Urutan nomer ditempel dari meja ke meja, jadi absen berurutannya seperti zig-zag. Juga ulangan ini masih duduk dengan teman sekelas. Luna berhenti di meja kedua barisan meja dua. Lalu ia duduk di kursinya dan ia melihat nama absen sebelahnya, yang ternyata anak cowok. Sepertinya setelah ulangan selesai akan terjadi beradu argumen.

Luna mengeluarkan papan ulangan beserta alat tulisnya. Kemudian Luna menoleh ke samping untuk mengetahui tetangga sebelah. Ternyata Hany duduk di meja sebelahnya, dia sedang membaca buku yang tebalnya minta ampun. "HANY!" Tanpa aba-aba Luna berteriak memanggil nama Hany, namun orang yang mempunyai nama tidak ada sahutan bahkan sekedar menoleh pun tidak.

Hmm... Ini mencurigakan bagi Luna melihat Hany yang tidak terpanggil. Kalau begitu sebagai bukti sahabat yang paling----baik, mari bantu Luna untuk mengganggu Hany belajar. Lumayan dapat pahala.

"DOR! BELAJARNYA SERIUS AMAT!" Luna mengagetkan Hany dengan menggebrak meja. Ia tersenyum-senyum, pasti Hany akan reflek membuang bukunya akibat dikejutkan.

Hany terkejut tapi masih tetap membaca. "Rumus menghitung pecahan adalah..."

Yahhh, tidak sesuai harapan. Uhh Luna jadi sebal deh!

Luna menjadi terheran-heran akan tidak ada reaksi apapun dari Hany, memperhatikan buku yang dibaca oleh Hany dengan serius, berpikir isi buku itu ada apa hingga Hany tidak menengok--lagi. "Hany yang gak kedengeran atau suara gue yang kecil banget yaaa..." Padahal Luna menggebrak mejanya Hany cukup keras. Oke, Luna baru tahu Hany dalam mode diam saat belajar.

Baik. Luna akan mencobanya sekali lagi, jika gagal akan mencoba satu kali lagi  dan jika GAGAL lagi, Luna akan mengambil mikrofon punya Mamanya, tapi tanpa bilang-bilang ambilnya. Sebelum itu ia berdeham dulu untuk mengeluarkan teriakan asli paling merdu, menurutnya. Ingat hanya menurutnya! "HAN---"

"DUAR! HANTU!" Justru ini Luna yang dikagetkan oleh seseorang dari belakangnya.

"Rumus pecahan apaan, Han?!" Luna jadi reflek bertanya kepada Hany. Jantung Luna berdetak cepat sehingga ia harus mengaturnya.

Hany pikir kalau Luna niat bertanya, maka ia menjawab, "Kalo mau tau, nih liat di buku aja." Hany menawarkan bukunya seraya membolak-balikkan lembaran kertas.

"Giliran nanyain rumus aja, langsung jawab. Tadi dikagetin diem aja kayak makhluk hidup." Sindir Luna tanpa menarik kata makhluk hidup. Kemudian Luna menoleh ke belakang. "Ini nih semuanya gara-gara Lo!" Jerit Luna kesal, menyalahkan Alfia yang mengagetkannya. Sedangkan Hany lanjut lagi belajarnya.

"Gue baru dateng kok dimarahin!" Alfia memprotes.

"Bodoamat, gue mau belajar dulu." Luna duduk di kursinya lalu menaruh kepala di atas mejanya, bukan memegang buku.

"Katanya mau belajar, kok ini malah tiduran?" Tanya Alfia mengusik ketenangan Luna.

"Ini gue lagi mau belajar." Jawab Luna masih dalam posisinya. Tidak berkutik.

Kami Sahabat Sejati [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang