What the hell!
Mengapa Felina dianggap keturunan tikus oleh Luna?Cobalah berpikir jernih. Sudah jelas dilihat menggunakan mata bahwa Felina ini manusia. Lalu disini siapa yang harus disalahkan. Fahri yang muncul tiba-tiba ataukah Luna yang menganggapnya keturunan tikus? Jujur Felina menjadi kesal dengan keduanya.
"Manusiaaaa.... Luna! Lo jangan ngomong macem-macem. Diem aja, oke." Mohon Felina dengan penuh harap agar Luna tidak berisik lagi. Lalu tatapannya beralih kepada Ajeng dan Alfia tetap tenang namun wajahnya terlihat bingung, tidak takut dengan tikus. Tapi kalau Hany sepertinya mengejar Gifta yang ingin pulang.
Kemudian Felina menatap Fahri kesal. "Bang Fahri, ngapain lempar tikus ke atas kasur?! Udah tau disini ada sahabat gue?" Tanyanya tak santai. Ia sangat mengetahui abangnya yang jahilnya kelewatan melempar tikus mainan, bukan tikus asli. Jika tikus asli, Felina pasti yang pingsan duluan.
"Dia siapa, Fel?" Tanya Ajeng.
"Diem! Lo jangan ngomong dulu!" Bentak Felina tanpa disadari karena tatapannya yang super galak masih fokus mengarah ke Fahri.
Fahri mengambil tikus mainan kesayangannya yang terpental jatuh ke lantai. Barang yang kesayangan inilah yang sering berhasil mengagetkan orang-orang. "Yaelah, sahabat Lo aja kali dek yang terlalu lebay. Masa sama tikus mainan aja langsung jerit-jerit." Ucapnya enteng lalu berjalan hendak keluar pintu. Fahri tak peduli, yang penting misinya kali ini tidak gagal.
Luna keluar dari tempat persembunyiannya. "Oh itu---"
"Stop! Lo gak usah ngomong!" Bentak Felina lagi. Kemudian Luna menutup mulutnya dengan telapak tangan, takut keceplosan. Mulai detik ini Luna tidak akan berbicara lagi, kecuali Felina yang menyuruhnya.
"Ayo Gifta gak usah takut. Cuman tikus mainan doang kok."
"Iyaa iya."
Suara Hany dan Gifta sangat jelas terdengar dan betul saja keduanya ini memasuki kamar Felina bersamaan dengan Fahri yang ingin keluar. Hany melepas genggamannya pada pergelangan tangan Gift dan menatap Fahri tak percaya. "Kak Fahri?" Kejutnya. "Kapan pulang ke Indonesia?" Tanyanya.
"Tadi pagi, Han. Jam 9 pagi." Jawab Fahri yang sudah sangat mengenal Hany.
"Berarti alasan Felina gak sekolah untuk jemput Kak Fahri?"
"Iya, Hany." Jawab Fahri, lalu segera bergegas pergi dari situ meninggalkan jejak kekesalan pada Felina dan kebingungan pada Ajeng, Alfia, Gifta dan Luna yang tercetak jelas di wajah mereka.
Gifta terduduk dipinggir kasur diikuti oleh Hany. "Abang Lo, Fel?"
"Iya." Jawab Felina.
"Masih kelas delapan ya?" Tanya Ajeng bergantian.
"Iya." Jawab Felina mengulang kembali perkataannya.
"Kenapa gue gak pernah lihat di sekolah? Apa Abang Lo sekelohnya bukan di SMP Winanta?" Tanya Alfia. "Terus samaaa---"
"Iya." Jawab Felina, kali ini tidak nyambung dengan pertanyaan.
Lama-lama mendengar jawaban 'Iya' yang berulang kali disebut oleh Felina, Gifta menjadi ikutan kesal. "Lo boleh kesel sama kita! Tapi jangan jawab iya terus dong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kami Sahabat Sejati [COMPLETED]
Ficțiune generală"Persahabatan sejati kami tidak akan mudah hancur bila tak ada satu pengkhianat." Berawal dari Hany, Felina, Ajeng, Alfia, Luna dan Gifta memasuki SMP Winanta. Mereka menjadi sebuah sahabat sejati dan berjanji akan saling menjaga satu sama lain. Ala...