Chapter 53

101 36 7
                                    

Pagi, matahari mulai muncul dari arah timur menyoroti kota Jakarta, tepatnya SMP Winanta. Suasana yang terlihat lebih asri dan teduh dikarenakan rerimbunan pohon hijau menjulang tinggi di Taman Sekolah membuat siapa saja betah disana. Angin kencang sehingga menerbangkan sebagian rambutnya yang hitam dan panjang.

Dia (cewek) tengah memakai topi hitam, kacamata hitam, dan jaket hitam. Sementara dia (cowok) juga sama memakai topi hitam dan kacamata hitam, namun bedanya dia tidak memakai jaket hitam hingga baju olahraga yang ia kenakan terlihat jelas dilihat dengan kasat mata.

Hanya mereka berdua yang baru datang, hingga tidak ada seseorang pun yang mengetahui keberadaan mereka. Sebenarnya ini bukan bagian rencana, lebih tepatnya hanya untuk berdiskusi sebab rencana bagian C sudah terlaksana dengan baik. Hanya tinggal menunggu hasilnya saja.

"Terimakasih karena Anda benar-benar memenuhi permintaan saya untuk datang lebih awal." Cewek itu sedikit menundukkan kepalanya lalu membenarkan kacamatanya yang sedikit miring. Tata bahasanya sangat formal sekali, namun cewek itu tidak keberatan sama sekali berbicara seperti ini.

"Iya. Sudah beberapa kali Anda selalu mengucapkan terimakasih terus-menerus." Jawab cowok itu dengan kesal. Ia sampai bosan mendengar kata terimakasih berulang kalinya. Kalau saja semua masalah sudah selesai, cowok itu pasti akan marah-marah tak jelas.

Dia yang membuat cowok itu kesal, hanya tertawa kecil lalu berkata dengan masih menyisakan tawanya, "Haha, hanya saja saya merasa tidak enak karena sering melibatkan banyak orang untuk membantu saya." Lalu ia memasang wajah serius, "Semalam saya sudah mengirim sebuah video kepada Ajeng. Berkat anda dan yang lainnya, saya jadi tidak terlalu pusing berpikir cara lain."

"Tapi masalahnya, jika dia telah pergi dari sekolah ini apakah masih ada satu orang--lagi?"

Cewek itu mengangguk cepat. "Iya." Dia mengalihkan pandangannya ke samping dan menghembus napas pelan. "Menurut pengamatan saya, ada lagi satu orang yang diam-diam berkerja sama dengan dia dengan berpura-pura memasang topeng baik diwajahnya. Tapi saya bisa pastikan tidak lama lagi dia pasti akan ikut dikeluarkan dari sekolah ini." Jawabnya.

"Lalu bagaimana mencari bukti lagi? Sedangkan dia saja aktingnya lebih hebat dari yang pertama?"

Cewek itu perlahan memajukan langkahnya sambil berpikir, jadi posisinya tengah membelakangi cowok tersebut. "Itu yang paling saya khawatirkan. Satu orang sudah dipastikan kalah, namun masih ada satu orang lagi yang bermain pintar sehingga tidak ada jejak satu pun yang bisa saya foto atau video." Namun tiba-tiba saja muncul ide cemerlang di otaknya. "Aha! Saya punya ide." Ia berbalik badan dan menghampiri cowok itu yang tengah bersedekap dada.

"Apa?" Tanya cowok itu.

Dia menjawab, "Idenya sangat panjang. Jadi sore nanti temui saya di cafe Arborea dan ajak yang lainnya. Kita akan bicarakan bersama-sama. Saya yakin ini pasti berhasil, tapi mungkin membutuhkan waktu berminggu-minggu."

"Well. I accept this decision."

"Semoga nanti kalian bisa mudah memahami apa yang saya bicarakan."

"Tentu."

Cewek itu menatap jam tangannya. "Saya harus segera pergi dari sini, sebelum ada yang curiga kenapa saya tidak ada di kelas." Ujarnya. "Ingat! Sepulang eskul kita kesana, tapi berangkatnya sendiri-sendiri, agar tidak ada yang berhasil mengikuti kita!" Kemudian dia pergi dari sini dan tinggallah sendiri cowok tersebut.

Membalas dengan anggukan meskipun telat menjawab dan cowok itu juga menggumam, "Saya kagum sekali dengan dia yang sangat pintar mencari solusi." Lalu ia berkata lagi, "Gue pasti membantu Lo, meski Lo nya enggak minta dan mohon-mohon ke gue. Gue janji itu dan gue pastiin gak ada orang yang berhasil membongkar identitas Lo." Ucapnya dengan hati yang mantap dan sangat tulus.

Kami Sahabat Sejati [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang