Chapter 5

396 43 9
                                    

Kegiatan berikutnya, mereka akan menuju bioskop yang jaraknya tak jauh dari toko sepatu.

Mereka ingin menghabiskan waktu secara bersama-sama. Padahal, mereka baru saja saling mengenal dan bertemu. Tapi, entahlah suasana canggung tergantikan oleh suasana yang begitu akrab. Bahkan Luna terang-terangan melawak dari tadi pagi tanpa merasa malu sedikit pun.

Ah... Rasanya sudah seperti sahabat sejati. Sangat kompak dan terus bercanda sehingga terus tertawa melupakan bahwa mereka sedang berada di tempat umum. Tak peduli dengan semua tatapan orang-orang di sekitarnya.

Kini, mereka tengah menunggu Alfia yang sedang memesan tiket di loket. Hanya sedikit orang yang menunggu antrian disana.

Setelah memesan tiket Alfia menghampiri mereka dengan membawa enam tiket di tangannya. Ia berkata, "Filmnya dimulai jam lima kurang lima menit." Alfia menyerahkan tiket, perorangnya mendapatkan satu.

Mendadak wajah mereka menjadi lesu. Berarti menunggu waktu kurang lebih 30 menit lagi.

"Terus kita ngapain dulu?" Tanya Luna mengalihkan pandangan dari layar ponsel yang digenggamnya.

"Timezone aja yok!" Ajak Hany dengan wajah riangnya.

"Setuju." Respon Ajeng menyetujui usul Hany.

"Gue lupa letak timezone dimana." Jujur Felina sambil tertawa kecil di akhir kalimatnya.

"Katanya sering kesini. Kok gak tau sih!" Ujar Gifta dalam mode ketus.

"Sabar, Fel." Luna merangkul bahu Felina yang masih mengelus dadanya mencoba untuk sabar. "Orang sabar hidungnya makin lebar." Lanjut Luna.

Felina langsung mendorong Luna, menjauhkan dari sisi tubuhnya. Ia sangat kesal sampai ke ubun-ubun!

Luna tertawa terpingkal-pingkal menatap Felina yang dua langkah berada di didepannya. Menurutnya begitu lucu meledek seorang Felina. Urat malunya Luna sudah putus, jadi maklumi saja kelakuannya makin gesrek.

***

"Yang bener mainnya, Jeng. Kanan... Kanan Jeng... Ah elah gak percaya banget, gue bilang kanan ya kanan... Nah habis itu ke kiri... Kiri woy jangan pencet tombol itu dulu... Lo incer boneka itu aja jangan yang itu... AJENG JANGAN YANG ITU..." Greget Alfia karena melihat Ajeng yang sedari tadi memainkan capit boneka tapi tidak dapat-dapat pada percobaan delapan.

Alfia, Ajeng dan Luna mengincar boneka beruang berwarna cokelat selaras dengan pita yang mengikat cantik di leher boneka tersebut.

Ajeng bermain dengan pandangan yang sangat serius tanpa mendengar ocehan Alfia. Yakin bahwa boneka yang diincarnya dapat berhasil tercapit, ia sangat menginginkan boneka itu untuk dibawa pulang.

"Ayo-ayo hampir dapet... Fokus, Jeng... Dikit lagi itu... Mundur dikit... Nah terus ke kiri... TURUNIN CAPITNYA JENG... AYO PASTI DAPET... ANGKAT!!! YESSS KE ANGKAT... EH KOK JATUH LAGI SIH... YAH!!! PADAHAL KAN UDAH KECAPIT. GAGAL DEH... INI MESIN KAYAKNYA MINTA DIAJAK RIBUT DEH!! KESEL GUE!!!" Teriak Luna menggebu-gebu membuatnya menjadi perhatian para pengunjung.

Ajeng dan Alfia menahan malu sekaligus kesal karena mulut Luna yang tidak bisa dikecilkan volumenya. Padahal sedari tadi Ajeng yang bermain, tapi kok jadi Luna yang greget gitu.

Kami Sahabat Sejati [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang