Chapter 40

117 39 0
                                    

JEDER!

Suara petir bergemuruh kencang memekik telinga disertai angin bertiup kencang menggoyang-goyangkan tirai kamar Alfia hingga dalam hitungan detik, hujan pun turun dengan derasnya tanpa permisi. Suasana bagai horor, ditambah Alfia yang tengah bercerita membuat Felina, Luna dan Gifta merinding. Bayangin kaki ketusuk kaca itu sakit banget, apalagi terkena kepala.

"Sebenarnya Mamanya Clarissa yang suruh begitu karena---karena apa ya--- Gue lupa jadinya."

"Sebelum dia ngeblock nomer gue, dia sempet bilang suatu hari nanti akan membalas dendam. Tapi yang gue bingungin, kenapa dia dendam sama gue? Emang gue salah apa?" Ujar Alfia ingin menangis sekarang juga.

"Menurut gue Lo gak salah. Tepatnya sedikit egois. Tapi gue gak tau alasannya apa gue nyebut Lo sedikit egois." Jawab Felina dengan bijak.

Alfia merenung, memikirkannya. "Gue pernah dapet kabar kalau Mamanya dia meninggal. Terus dia pindah ke Jerman dan tinggal selamanya disana sama Papanya."

"Lah, dia balik kesini lagi ngapain?" Tanya Gifta.

"Gue juga gak tau, walaupun dia belum dewasa, dia orangnya terlalu nekat." Alfia jadi bingung untuk menjawabnya.

"Kelas enam aja masalahnya rumit banget. Daripada gue pusing dengerin Alfia cerita, lebih baik main Free Fire." Sambung Luna, ternyata sudah memegang ponsel sedari tadi. Walaupun otaknya Luna gesrek, namun ia pro bermain game online. Kata Luna, easy.

"Gue boleh nanya gak?" Tanya Felina.

"Bo---leh sih." Alfia memandang keluar jendelanya, melihat rintikan air hujan yang turun. Lalu ia melanjutkan ucapannya lagi, "Emm-- kalian gak dimarahin sama orang tua kalian kalo pulang telat banget terus hujan lagi?" Tanya Alfia seakan khawatir dengan mereka.

Felina menjawabnya dengan nada santai. "Itu mah gampang." Lalu Felina berdehem sebelum bertanya banyak pertanyaan. "Ayah Lo tinggal di Jerman atau Indonesia setelah kejadian itu? Kenapa Lo bisa tau kalo buku rangkuman Lo diambil sama Clarissa? Kak Iva siapa? Anak perempuan yang ngasih bukti, Lo masih inget gak wajahnya gimana? Menurut Lo nih ya, Clarissa kenapa tau Lo sekolah di SMP Winanta? Dan pertanyaan utama gue, SIAPA YANG NARUH KERTAS DI BUKU DIARY GUE DAN DI LACI. EMANGNYA DIKIRA TEMPAT SAMPAH APA?" Akhir kalimatnya Felina cukup ngegas saat mengingat itu. Felina masih penasaran dengan pelaku yang menulis surat. Felina memilih banyak bertanya daripada nanya satu-satu dulu, mengikuti cara Hany.

"Busyet! Lo nanya banyak banget!" Sahut Gifta.

"Baik. Gue akan jawab semuanya tapi satu-satu dulu." Alfia membuang napas sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari Felina. "Ayah gue dari satu bulan yang lalu ke Jerman buat ngurus perusahaan utamanya disana dan akan pulang delapan bulan lagi." Alfia menjawab pertanyaan pertama dan didapatkan respon terkejut dari mereka.

"Gue yakin Clarissa yang ambil buku rangkuman gue soalnya ada Kak Iva yang ngasih tau. Dia ke sekolah buat ngambil ijazah, tapi berangkatnya kepagian. Katanya Kak Iva dia gak sengaja lihat Clarissa bawa buku dari kelas gue." Jawab Alfia pada pertanyaan dua.

"Kak Iva itu udah gue anggap sebagai kakak gue sendiri. Dulu dia pernah bilang tolong cari adiknya yang seumuran dengan gue sampai ketemu. Ya, gue gak tau sih nama adiknya siapa, karena udah telat juga." Jawab Alfia pada pertanyaan ketiga.

"Lho kok suruh nyari? Emang gak tinggal sama ortu dan adiknya?" Tanya Gifta mulai penasaran.

"Kalo gak salah dia tinggalnya kepisah sama adiknya dan papanya. Emm--dia tinggal sendiri di rumah neneknya di Jakarta." Jawab Alfia.

Gifta bertanya kembali, "Kalo boleh tau papanya dan adiknya tinggal dimana?"

"Bali---kayaknya. Tapi itu dulu, sekarang gue gak tau." Alfia menjawab dengan ragu.

Kami Sahabat Sejati [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang