Chapter 42

114 36 0
                                    

Selama lima hari SMP Winanta mengadakan Penilaian Tengah Semester 1. Selama lima hari para murid mengerjakan soal dengan bersusah payah agar mendapatkan nilai diatas KKM. Selama lima hari juga Felina, Hany, Ajeng, Alfia, Luna dan Gifta tidak berkomunikasi untuk sementara waktu karena harus fokus belajar. Semoga saja harapan mereka dapat terwujud tanpa gangguan sama sekali.

Hingga seminggu kemudian, tepatnya hari Sabtu pengambilan rapot bayangan telah tiba. Keenam sahabat sejati tengah berduduk santai di pinggir lapangan sambil menonton murid lainnya bermain basket dan juga mengobrol-ngobrol ringan.

"Kok gue jadi deg-degan ya." Ucap Ajeng secara tiba-tiba, kedua telapak tangannya ditopangkan di dagu. Pandangannya terarah lurus ke tengah lapangan.

"Gue malah ragu." Sambung Felina, dia justru melamun.

Gifta ikut menimbrung, "Mana Ipa-nya susah banget lagi! Ada soal yang disuruh nyebutin takson!" Ia bersedekap dada dan memasang wajah cemberut. Gifta menghapalkan materi yang mana, eh tau-taunya keluarnya yang mana. Ditambah lagi duduknya di belakang, jadi gak bisa kontek-kontekan sama Luna seperti biasanya.

"Takson mah gampang, gue aja yang gak ngapalin, langsung bisa jawab." Luna berdiri dan menatap para sahabatnya. Luna tidak ambil pusing dengan yang sulit, isi aja soalnya yang sulit tanpa berpikir-pikir, yang penting selesai dan dapat nilai. Entahlah nilai IPA, Matematika terselamatkan atau tidak.

"Coba gue tanya, sebutin macam-macam takson." Alfia mencoba mengetes Luna, kali aja dia beneran bisa jawab, tak hanya asbun alias asal bunyi.

Luna menjawab, "Oryza Sativa, Phantera Leo, terussss Zea Mays dannn--"

"Bukan itu." Sambar Alfia, menghentikan omongan Luna.

"Emangnya apa?" Luna berjongkok lalu duduk di atas tanah, mengambil batu dan dilempar asal begitu saja.

Ajeng menjawabnya, menurut hapalannya dari buku paket IPA. "Regnum/Kingdom, Divisio/Fylum, Classis, Ordo, Familia, Genus dan Spesies. Kalo gue gitu jawabannya." Jelasnya.

"Yah, gue salah!" Ujar Gifta kesal.

"Yess, gue bener, yuhuuuu." Sorak Felina senang, diatas penderitaannya Gifta. Tidak sia-sia menghapalkan takson sama klarifikasinya.

"Haha, Gifta kayaknya kesel amat." Ajeng tertawa kemudian menengok ke arah Hany yang sedari tadi tidak mengeluarkan suaranya. Ajeng menyenggol lengan Hany supaya dia bersuara. "Han kenapa sih diem dari tadi?"

Akhirnya Hany bersuara, "Ini gak diem." Jawabnya begini.

"Sebentar lagi juga diem." Sindir Felina.

"Buat ngilangin bosen, gimana kalau kita main kena jaga?" Saran Alfia. Sambil menunggu orangtuanya mengambil rapot, mending main-main dulu disini daripada duduk diam, kalau tidak ya melamun.

"Ya!" Jawab Gifta singkat, masih saja sebal.

Luna kembali berdiri lagi dan mengomando, "Ayo guys berdiri."

Felina mengulurkan tangannya ke arah Luna karena ia mager untuk berdiri sendiri. "Tarikin tangan gue, Lun." Pinta Felina.

"Sini gue aja yang tarikin tangan Lo sampai patah!" Ucap Gifta judes.

"Gak jadi, gak jadi." Felina lebih memilih menolaknya daripada tangannya dipatahin.

Semuanya telah berdiri dan membentuk sebuah lingkaran kecil lalu mereka hompimpa untuk menentukan siapa yang kalah berarti dia yang ngejar. Dan ternyata Luna yang kalah. "Luna hitam, berarti Luna yang jaga." Ucap Ajeng lalu berlari diikutin yang lainnya.

Kami Sahabat Sejati [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang