Sore ini sesuai janji waktu itu, secara bersamaan sepuluh orang menuju Restauran Akira Back dengan menaiki dua mobil Luna dan Hany. Lho kok sepuluh? Jadi begini, kan Hany pernah berjanji kalau kerjasamanya telah selesai, dia akan mengajak Raefal, Fahri, Davina dan Destria beserta sahabat-sahabatnya untuk kesini.
Dan mungkin ini sebagai tanda perpisahan Ajeng dan Hany yang akan ke Singapura untuk mengikuti pertukaran pelajar enam bulan lamanya. Tidak ada yang tahu bahwa empat hari lagi Ajeng dan Hany sudah tidak berada di Indonesia. Mereka masih berusaha mungkin untuk merahasiakan ini.
Sebenarnya sahabatnya pada kebingungan, kenapa Raefal dan yang lainnya diajak kesini, namun mereka hanya diam saja dan mengikuti arah jalan Hany yang memasuki restoran yang terkenal di Jakarta.
Restauran Akira Back yang terletak di Setia Budi, Jakarta selatan, merupakan restoran Jepang yang sudah mendapat banyak penghargaan baik secara nasional maupun internasional. Akira Back ini ada di gedung MD, jadi saat masuk gedungnya, bilang saja mau ke Akira Back, pasti nanti diarahkan untuk naik ke atas.
Semuanya memandang takjub melihat Restoran ini ini cukup luas, banyak nuansa kayunya. Sepertinya ini cocok dan enak gitu menjadi tempat untuk nongkrong maupun foto-foto karena backgroundnya yang cantik dan lighting-nya sangat tepat sekali.
Fahri membisiki Raefal dengan mata yang masih memandang sekitarnya, bola matanya berbinar. "Fal, ternyata Hany horkay ya, nraktir kita disini. Mana tempatnya bagus banget lagi. Gue baru pertama kali lho kesini." Ucapnya norak lalu Fahri mengeluarkan ponsel dan ia memotret sekitarnya yang menurutnya bagus.
Raefal mendengus, "Ah elah, biasa aja sih. Soalnya sering kita kumpul-kumpul keluarga disini. Jadi gak terlalu kaget juga sama tempatnya." Sahutnya sombong kemudian mengibaskan rambutnya.
"Ck. Sombong amat Lo." Fahri mengarahkan ponselnya memotret lampu dan berjalan duluan. Ya, namanya norak, semuanya difotoin. Ya gapapalah, Fahri juga baru pertama kali datang terus ditraktir lagi dan mungkin esoknya Fahri tidak akan bisa kesini.
Dan tiba-tiba saja Raefal mendapat pukulan. "Tau nih Kak Raefal emang sombong banget!" Ucapnya. Entah kenapa Davina selalu darah tinggi terus saat didekat Kakaknya sendiri, menurutnya itu Raefal menyebalkan. Apalagi waktu di rumah kadang-kadang suka rebutan piring buat makan.
"Kenapa sih Lo seneng banget nabok?" Tanya Raefal tak terima karena merasa dirinya tertindas.
"Karena Lo nyebelin."
Raefal mengalihkan pandangannya dan mengancam. "Oke. Semua piring gue sita, biar Lo gak bisa pake piring lagi buat makan."
"Yeuhhh anceman." Cibir Davina. "Pake kuali aja juga bisa."
"Yaudah gue bakar semua fasilitas Lo."
Davina meremehkan. "Nanti gue ngadu sama Mama, nama Lo pasti bakal dicoret dari Kartu keluarga." Jleb.
Ya memang, seorang kakak akan selalu kalah berdebat walaupun sekuat apapun dia mengancam dan seorang adik akan terus menang jika mengadu atau menyebut nama 'Mama'.
Namun tiba-tiba Raefal mengingat sesuatu. "Gue juga bakal ngadu sama Mama kalo elo pernah ngilangin Tupperware punya Mama kemaren. Gimana?" Raefal mengangkat salah satu alisnya.
"Ishh. JANGAN!" Sahut Davina kesal dan dia menghentak-hentakkan kakinya, tanda ia kesal. "Yaudah deh, mulai sekarang gue janji gak bakal nabok Lo lagi." Tapi nggak berlaku buat besok, hehe.
"Oke, Deal."
"Deal."
"Woi, Lo berdua sampai kapan berdiri disitu!" Omel Gifta dengan khas wajahnya yang judes. Ternyata dia dan yang lainnya sudah duduk di salah satu meja, bosan menunggu Raefal dan Davina yang sedari tadi berdiri disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kami Sahabat Sejati [COMPLETED]
Ficção Geral"Persahabatan sejati kami tidak akan mudah hancur bila tak ada satu pengkhianat." Berawal dari Hany, Felina, Ajeng, Alfia, Luna dan Gifta memasuki SMP Winanta. Mereka menjadi sebuah sahabat sejati dan berjanji akan saling menjaga satu sama lain. Ala...