Mama, Don't Cry (Completed)

25. Hancur

Kieu berjalan lemas ke kamarnya. Ia menjatuhkan diri di kasur, menenggelamkan wajahnya pada bantal.

Ia hamil. Entah anak siapa, ia tak tahu.

Bahkan ia tak tahu kapan ia melakukan percintaan.

Gadis SMA itu menatap kertas dari sang dokter serta obat-obatan dengan hampa. Air matanya kembali meleleh dan membasahi pipinya. Tidak. Ini semua pasti hanya mimpi. Ini tidak mungkin terjadi. Dia selalu berhasil menjalankan misinya. Dia tidak pernah gagal.

Ia mencubit tangannya sendiri dengan kuat. Sakit. Tak puas dengan itu, ia mengambil cutter dan mulai menyayat tangannya. Rasanya sakit, darah yang keluar pun hangat. Ah, ia jadi teringat bagaimana sensasi gel yang dipakai dokter untuk mengolesi perutnya tadi.

Ini semua... sungguhan?

Tangisan Kieu yang awalnya tak bersuara kini pecah. Ia melampiaskan perasaannya seiring dengan tangis yang jatuh. Rumah yang tadinya hening itu kini dipenuhi jeritan serta isakan Kieu. Dalam benak gadis itu, timbul beragam tanya. Siapa yang menghamilinya? Kapan ia disetubuhi? Apakah orang yang menghamilinya sudah sering melakukan itu padanya? Atau bahkan tubuhnya sudah dinikmati oleh sekumpulan laki-laki?

Tapi, kenapa ia bisa tidak sadar ketika mereka melakukan itu? Tidak ada bekas, bahkan selangkangannya tak pernah terasa perih.

Menatap langit-langit, matanya yang sudah terasa perih karena berjam-jam menangis perlahan terasa berat. Ia akhirnya memejamkan matanya, beristirahat.

Yah, walau ada harap dalam batinnya ketika ia terbangun, semua yang ia alami hanya mimpi.

-Mama, Don't Cry-

"Udah terbukti kan aku gak ada apa-apa sama perempuan itu?" Tanya Jungkook pada istrinya. Asyiela menoleh, mendapati Jungkook yang bertelanjang dada. "Kenapa gak pake baju?" Balas Asyiela dengan pertanyaan. Jungkook tersenyum miring, "Masa gak paham aku minta apa sih, Syiel."

Melihat itu, ada sebuah ide jahil melintas di benak Asyiela. Asyiela kembali melanjutkan aktivitasnya memotong sayur, tak menanggapi Jungkook. Jungkook menghampiri istrinya itu lalu memeluknya dari belakang. "Sayang, masa sayur terus yang diperhatiin?"

"Oh, jadi kamu juga mau?" Tanya Asyiela membuat Jungkook mengangguk semangat. "Yaudah sini duduk dulu di samping aku." Ujar Asyiela membuat Jungkook bingung namun tetap menurut. "Buka celananya coba." Perintah Asyiela yang lagi-lagi dituruti Jungkook.

Asyiela berjongkok, membuat darah Jungkook berdesir lebih cepat. Namun yang selanjutnya wanita itu lakukan membuat jantung Jungkook seakan berhenti berdetak.

Istrinya itu meraih pisau yang tadi dipakai memotong sayur, lalu mengarahkannya ke kemaluan Jungkook.

"Sayang!"

"Hm?"

Jungkook memandang pisau itu ngeri, membuat Asyiela terbahak. "Tadi katanya minta diperhatiin kayak sayur." Ledek Asyiela membuat Jungkook membuat ekspresi sedih seimut mungkin. "Bukan dipotong juga, Sayang." Cicit Jungkook membuat Asyiela seolah pura-pura muntah dan bergidik jijik. "Idih! Udah tua sok imut!" Seru Asyiela pada Jungkook membuat Jungkook meraih pisau di tangan Asyiela dan menaruhnya ke tengah meja. Kemudian, dengan gerakan cepat Jungkook mendorong kursi di belakang Asyiela lalu membuat Asyiela berbaring di bawahnya.

"Hayoloh udah gak bisa kemana-mana." Ledek Jungkook sebelum mencium bibir istrinya lembut. Baru saja Asyiela pasrah, suara anak mereka membuat mereka membatu di tempat.

"Papa Mama udah pulang?" Seru Eunwoo. Terdengar suara derap kaki bocah kecil itu. Baik Asyiela maupun Jungkook mencoba untuk bangkit dari posisi itu, namun yang terjadi justru Jungkook terjatuh dan kembali menimpa tubuh Asyiela, dalam kondisi ia tak memakai sehelai benang pun.

Eunwoo dengan senyum yang merekah tiba di ruang dapur itu kemudian menatap posisi Mama dan Papanya dengan bingung. Ia memiringkan kepalanya sembari bertanya, "Mama? Papa? Lagi ngapain? Kok Papa gak pake baju, Pa?"

Gimana jelasinnya ini?! Batin mereka berdua menjerit.