54. Yang Ia Inginkan (2)

477 43 1
                                    

"Sayangnya hal terakhir yang ia inginkan belum bisa kita penuhi." Ungkap Jungkook membuat pergerakan tangan Asyiela di album tersebut terhenti. Jungkook mengambil album kedua, membuka isinya dan memberikannya lagi pada Asyiela. "Putri kita yang ceria. Putri kita yang pintar. Putri kita yang selalu bikin kita bangga. Putri kita yang disayangi dan dicintai banyak orang. Kita memberi semua cinta kita padanya walau akhirnya dia pergi lebih dulu pada kita."

Asyiela masih membalik lembaran di album itu walau dalam tempo yang lebih lambat. Sedangkan Jungkook kembali bicara, "Asyiela, kamu masih ingat permintaan terakhirnya, kan?"

"Ge-genie sudah tenang. Berbahagialah, hanya itu yang Genie inginkan." Ucap Asyiela sedikit terpatah. Ia jadi ingat ketika Genie menemui mereka di rumah sakit bukan lagi dalam wujud manusia. Putri manisnya itu... ah. Mengingatnya saja membuat Asyiela menangis.

"Aku masih ingat, ia mengucapkan berbahagialah hingga tiga kali." Ucap Jungkook dengan mata berkaca-kaca namun tetap terkekeh. "Dan kamu ingat apalagi yang ia katakan?"

Asyiela mencoba mengingat hingga ia akhirnya teringat pesan lainnya dari Genie saat terakhir kali bertemu di rumah sakit tepat ketika lembaran terakhir album tersebut dibuka. "Jangan jadikan kepergian Genie sebagai beban."


Jungkook mengacak rambut istrinya gemas dengan air mata yang mulai meleleh. "Nah, itu kamu tahu. Lihat? Kita tidak bisa memenuhi permintaan terakhirnya bahkan setelah empat tahun berlalu. Bukankah itu akan membuatnya sedih?"

Kembali terisak, Asyiela menyandarkan kepalanya pada dada Jungkook. Suaminya itu lagi-lagi mengacak rambutnya gemas. "Kamu tidak mau membuatnya sedih, kan?"

Asyiela menggeleng, "Tapi, aku takut aku gagal. Aku ga mau gagal untuk kedua kalinya." Jungkook menatap manik mata Asyiela lekat, "Memangnya, kapan kamu gagal?" Asyiela tercekat mendengarnya. "T-tapi--"

"Kematian Genie bukanlah kesalahanmu. Kematian Genie sudah ditakdirkan, tidak ada hubungannya dengan gagalnya kamu menjadi seorang ibu. Genie tahu, aku dan kamu pasti bakal menyalahkan diri sendiri. Maka dari itu dia minta buat kita tetap bahagia dan jangan jadikan dia beban pikiran. Bahkan Eunwoo sendiri pun ga mau tolak perintah kamu karena dia tahu apapun yang kamu suruh itu untuk kebaikan dia."

"Tapi karena aku dia menderita." Lirih Asyiela membuat Jungkook menghela nafas, "Maka dari itu ayo perbaiki kesalahan kita."

"Perbaiki?" Ulang Asyiela yang ditanggapi anggukan oleh Jungkook. "Berhenti buat dia terkurung. Izinkan dia bermain. Tapi, ingat ada batasannya."

Asyiela mengernyit, "Itu kesalahan aku. Tapi kenapa kamu bilang 'perbaiki kesalahan kita'?" Jungkook tersenyum, "Itu juga salahku karena aku kurang tegas. Andai aku bisa tegas ke kamu dari awal buat ga berlebihan ke dia, dia ga akan kayak gini."

Wanita itu menunduk, "Tetap aja awalnya ini kesalahan aku, kan?" Jungkook menangkup wajah istrinya, "Sayang. Ini kesalahan kita berdua. Kita larut dengan kepergian Genie dan akhirnya membuat Eunwoo seperti ini. Sekarang, ayo kita perbaiki sama-sama." Asyiela kembali menangis, "Jungkook, aku takut."

"Jangan takut. Kita hadapin ini sama-sama, Sayang. Kamu ga perlu takut." Ucap Jungkook membuat Asyiela luluh. Istrinya itu kembali memeluknya erat sebelum akhirnya kembali bertanya. "Jadi, apa langkah awal yang harus kita lakukan?"

"Kamu tahu apa yang ia inginkan?" Balas Jungkook bertanya membuat Asyiela menggeleng. "Dia ingin seperti Genie. Mendapat perhatian darimu, berfoto denganmu, dipuji olehmu. Bahkan selama melihat album foto itu, dia ga berhenti bilang kalau dia ingin jadi anak sebaik Genie biar bisa mendapat perhatian yang sama darimu. Dia butuh perhatianmu."

"Kook, apa kamu yakin ini bakal berhasil?" Tanya Asyiela lagi yang dibalas Jungkook dengan anggukan yakin. "Iya, Sayang. Kita coba mulai besok, ya."

Mama, Don't Cry (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang