18. Semoga

652 40 0
                                    

Yewonyet

Ale-ale!

Why yu ga want untuk intro with my abang sepupu?

Jahat ih

Chat yang masuk dari Yewon membuat Aleyna sedikit lega. Setidaknya, sahabatnya itu tidak apa-apa. Dengan cepat jemarinya mengetikkan balasan untuk sahabatnya itu.

Yewonyet

Yeu, dasar wonyet

Banyak yang mau kenalan sama gue yes

Ya kali achu langsung percaya

Lagian nih ya

Abang lo ga jelas

Tiba tiba bilang kalo dia punya
hubungan sama lo

Ya gue kira dia om om pedo lah

Dasar ale-ale

Gue lagi di apart dia nih

Kuy lah sini

_Yewonyet share a location_

Aleyna mengernyit, tak biasanya Yewon mau memakai istilah lo-gue. Terlebih lagi, selama ini Aleyna hanya memakai istilah lo-gue pada Yewon hanya sekedar untuk menggoda Yewon agar kesal saja. Biasanya, kalau Aleyna sudah berkata lo-gue entah itu via chat maupun langsung, Yewon akan berceloteh panjang lebar. Yewon tidak menyukai istilah itu. Terlalu aneh, katanya.

Ah, mungkin perasaan ku aja. Batin Aleyna mencoba menolak firasat buruk yang menghampirinya. Bisa saja sahabatnya itu sedang korslet atau mabuk kebanyakan minum air jadi seperti itu.

Aleyna membereskan tasnya, bergegas ke alamat yang diberikan Yewon via chatnya.

-Mama, Don't Cry-

"Hiks," ringis gadis itu. Entah sudah hari keberapa dan kali ke berapa ia mendapat perlakuan seperti tadi. Rasanya, matanya sudah terlalu perih karena terlalu banyak menangis. Belum lagi organ intimnya yang terasa begitu perih karena perlakuan pemuda itu.

Tubuhnya sudah benar-benar lemas. Ia tak sanggup melawan, terutama sejak awal tali yang ia ketahui sebagai tali yang biasanya dipakai untuk tarik tambang sudah mengikatnya ketika ia sadar. Pergelangan tangan dan kakinya ikut terasa perih, apalagi ketika pemuda itu melakulan hal tak senonoh padanya.

Ini semua berawal beberapa hari lalu, ketika ada seorang kakak yang terlihat begitu manis menanyakan alamat padanya. Ketika ia baru saja hendak menjelaskan, seseorang menepuk pundaknya dari belakang dan ia tiba-tiba tak sadarkan diri. Ketika ia mulai sadar, pemuda itu mengkungkungnya dengan tangan dan kaki yang sudah terikat serta bagian intinya yang sudah perih.

Suara pintu yang dibuka membuat Yewon tersadar dari lamunannya tadi. Pemuda yang sampai sekarang tidak ia ketahui namanya itu tersenyum miring, menatapnya dengan tatapan yang benar-benar tidak ia sukai.

"Jangan menatapku seperti itu. Kau terlihat seperti benar-benar membenciku, tahu?" Ujar pemuda itu santai membuat Yewon geram. Tentu aku membencimu, bodoh! Batinnya ingin berteriak namun apa daya suaranya telah habis karena pemuda itu.

Pemuda itu tampak mengutak-atik ponsel miliknya, kemudian menunjukkan serangkaian chat padanya.

Aleyna.

Yewon menatap pemuda itu dengan bengis. Itu membuat pemuda di hadapannya terbahak hingga terpingkal-pingkal sebelum akhirnya kembali memposisikan diri di atas tubuhnya yang tak memakai sehelai benang pun.

"Hhh.." Desah Yewon tertahan, membuat pemuda itu mendekatkan wajahnya. "Sebentar lagi, sahabat baikmu akan datang," Ucapnya menggantung. Jantung Yewon sudah tak karuan. Ia takut sahabatnya akan mengalami hal yang sama dengannya. Ia takut tak bisa kembali pulang, terlebih setelah pemuda dihadapannya ini menelepon orangtuanya untuk membicarakan negoisasi. Keluarga Yewon hanya keluarga dari golongan menengah ke bawah. Jelas tak bisa menebus harga yang diminta pemuda yang mengenalkan diri sebagai 'Delapan' itu.

Oke. Yewon tahu bahwa Aleyna dari keluarga orang berada. Keberadaan Aleyna pasti akan memudahkannya. Karena bagaimanapun juga, keluarga Aleyna pasti akan membayar tebusan yang diminta dan Yewon tahu Aleyna tak akan membiarkannya seperti ini. Tapi, Yewon jelas tak mau sahabatnya itu mengalami apa yang ia alami sekarang.

Mahkota paling berharganya telah direnggut. Walau ia dihipnotis oleh si Delapan ini, tetap saja harga dirinya sebagai perempuan tetap terluka. Ia tetap saja akan menjadi sampah masyarakat. Mengetahui keperawanannya
direnggut, jelas membuat hatinya terluka.

Yewon tak mau Aleyna merasakan hal yang sama.

"Engh... Le.. Lepaskan," Lirih Yewon seolah memohon. Pemuda dihadapannya menghentikan aksinya sejenak, "Aku sedang menikmati--"

"Aleyna. Lepaskan Aleyna." Pintanya dengan sangat yang ditanggapi si Delapan dengan santai. "Aku tak mengurungnya."

"Jangan buat ia sepertiku!" Serunya tak tahan lagi. Delapan mempercepat tempo membuat Yewon tak tahan tetapi tetap melanjutkan perkataannya. "Ja-jangan! Ku mohon! Jangan apa-apa kan dia! K-kau boleh melakukan apapun padaku tapi jangan lakukan apapun padanya!"

Merasa terusik, Delapan menghentikan aksinya. Ia bangkit berdiri, mengambil cambuk yang ada di meja, kemudian mengarahkannya ke Yewon. "Kau tau? Kau memang hanya pancingan agar ia kesini. Dia incaran utamaku. Aku tak memerlukanmu."

Cambukan demi cambukan dilayangkan membuat Yewon menjerit. Dalam hati, Yewon benar-benar berharap pada Tuhan.

Semoga Aleyna tidak datang kesini.

-Mama, Don't Cry-

Kalo ada part yang bikin aku bingung setengah mampus selain ketika part yang aku tulis ilang di cerita "Roleplay : Take Me To Your Real Life" kemaren, maka part ini dan satu part setelah ini adalah jawabannya.

Ga mau ini jadi cerita yadong tapi alur yang kepikiran yang begini

Herman akutu

Gimana menurut kalian part ini?

Apa mengandung unsur dewasa atau udah pas?

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa ☆ dan komentar yaaa

See you!

Mama, Don't Cry (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang