"Pagi, Sayang." Sapa Jungkook begitu Asyiela membuka kelopak matanya perlahan. Mengerjap beberapa kali, Asyiela mengeratkan pelukannya pada Jungkook dan kembali memejamkan mata. Jujur saja, setelah menangis semalam, matanya terasa perih dan tampaknya perlu diistirahatkan lebih lama.
Jungkook membelai surai Asyiela lembut, membuat Asyiela semakin nyaman. "Sayang, kamu udah tahu bakal milih apa buat Eunwoo?"
Asyiela menggeleng, pasrah. Apapun yang terjadi, pasti Jungkook lagi-lagi sudah membuat keputusan. Atau minimal hanya ingin menjelaskan jika Eunwoo lebih aman di rumah seperti yang ia katakan dulu. Asyiela tak mau lagi memaksa Jungkook untuk bercerita. Sudah terlampau lelah meminta tanpa ditanggapi.
Ibarat fans yang berharap dinotis bias. Itu nyaris mustahil.
Eh, tapi dulu dia di notis Jungkook kan ya?
Melihat Asyiela yang tampak malas membahas hal tersebut membuat Jungkook menghela nafas berat. Sedikit banyak paham apa yang ada dalam pikiran wanitanya itu. "Sayang, aku mau cerita semuanya."
Asyiela menanggapi malas, "Hm, iya." Tetapi setelahnya ia mengerjap dengan kesadarannya yang tiba-tiba pulih menyimak kembali perkataan Jungkook. "Eh? Apa?"
Seperti biasanya, Jungkook terkekeh dan mengacak rambut Asyiela gemas. "Aku bakal cerita. Dengerin, ya." Asyiela mengangguk antusias. Sudah lama ia menantikan momen Jungkook akan berkeluh kesah padanya, seperti yang ia lakukan sedari dulu.
"Jujur, aku takut Eunwoo kenapa-napa. Dan kamu benar. Aku takut kalau aku cerita ke kamu bakal bikin kamu khawatir. Tapi, dengar kata-kata kamu semalam bikin aku agak tersindir. Aku gak anggap kamu gila atau sakit jiwa dan sejenisnya. Aku dari dulu cuma takut aku akan kehilangan sesuatu yang berharga lagi dalam hidupku, apalagi semenjak kepergian Genie. Ketika aku udah bisa tenangin diri, perasaan takut itu muncul lagi saat pertama kali Eunwoo diculik. Sama seperti kamu, aku trauma. Takut. Aku ga mau kehilangan darah dagingku lagi ataupun kamu."
Asyiela terkekeh, "Satu, aku memang sakit jiwa. Dua, setelah aku pikir lagi, memang akan tiba saatnya untuk kehilangan." Jungkook mengernyit, sedangkan Asyiela kembali menjelaskan. "Takut adalah hal yang wajar. Itu yang dibilang Penny ke aku tiap konsultasi. Dan seperti kata dokter kandunganku dulu, berkeluh kesah pada suami pun bisa membantuku sembuh. Alasan kenapa aku katanya 'ga separah' yang lainnya adalah karena aku cerita sama kamu. Ada tempat aku ngobrolin masalah aku."
"Dan maksud kamu tentang kehilangan?" Tanya Jungkook membuat Asyiela tersenyum tipis. "Kita punya waktu masing-masing di dunia, Kook. Kita hidup untuk mati."
Tersenyum kecut, Jungkook mengangguk. Ada benarnya. Jika pemikiran Asyiela sudah sampai sejauh itu, maka di keluarga ini berarti dia adalah orang yang paling lemah, ya. Eunwoo dan Asyiela menghadapi ketakutannya. Berbeda dengan Jungkook yang berusaha sedatar mungkin walau dalam raganya hancur lebur dan kacau.
Melihat ekspresi Jungkook membuat Asyiela menggenggam tangan suaminya itu dan mengusapnya dengan ibu jari. "Kalau kamu pikir aku kuat karena bisa ngomong itu, kamu salah." Jungkook menaikkan alisnya tak paham. Sedangkan Asyiela sudah memandang Eunwoo dari tempat mereka duduk. Lirih, Jungkook berucap, "Dia... yang bilang gitu ke kamu?"
Asyiela mengangguk dan tertawa kecil. "Waktu itu, dia masih kelas tiga SD. Aku lagi buka album Genie. Dia tiba-tiba muncul terus ikut lihat. Waktu aku nangis, kamu mau tahu dia bilang apa?" Menghirup nafas dalam, Asyiela melanjutkan perkataannya.
"Dia bilang, 'Mama, don't cry. Genie nuna udah tenang disana, dia bakal ikut nangis kalau Mama ikut nangis. Tuhan sudah atur semuanya. Kita semua punya waktu masing-masing di dunia dan hidup untuk mati. Kita harus isi hidup dengan kebahagiaan agar bisa meninggal tanpa penyesalan.' Sampai sekarang, aku ingat omongan dia itu." Jungkook menggelengkam kepala tak percaya. "Kelas tiga SD?"
Asyiela mengangguk. "Pas ditanya, katanya dia belajar ngomong Mama don't cry waktu pelajaran bahasa Inggris. Kalo tentang hidup mati dia belajar di buku cerita terus dia punya kesimpulan hidup untuk mati dan harus diisi kebahagiaan biar gak nyesal."
"Engh," lenguh Eunwoo dari kasurnya membuat Asyiela bangkit dari duduknya. "Tuh, anaknya udah bangun."
"Pagi, Sayang." Ucap Jungkook tersenyum diikuti Asyiela. Tetapi, bukan seperti biasanya, sosok itu justru berkata kasar.
"Apaan sih sok ramah gitu?"
-Mama, Don't Cry-
Entah aapaaaa yang merasuukiiimuuuu~~~~
Acie yang baca sambil nyanyi
WkwkSemoga kalian tetap sehat ya. Gimana nih? Udah mulai bosen ketemu tembok mulu? Sabar, corona pasti berlalu. Kita doakan semoga cepat kelarnya.
Keep safe, ya.
Oke, gimana part ini?
Jan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentar, ya.
See you!♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama, Don't Cry (Completed)
Fanfiction[ C o m p l e t e d ] Sequel of Roleplay : Take Me To Your Real Life Jeon Jungkook Fanfiction | Lizkook -Mama, Don't Cry- Start : 23 Januari 2020 Finish : 20 April 2020 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jungkook dan As...