14. Maaf, Mama

1K 83 3
                                    

"Syiela," Panggil Jungkook sembari mengetuk pintu kamarnya. Tetapi, tak ada jawaban dari Asyiela. Perlahan, Jungkook membuka pintu kamarnya tersebut dan menemukan Asyiela yang sedang tertunduk membelakanginya di kasur.

Jungkook tersenyum, mendekati istrinya itu dengan perlahan. Ia memeluk tubuh istrinya dari belakang, namun terkejut setelah menyadari sesuatu.

"Sa... yang?"

Darah berceceran di bagian lengan bawah Asyiela. Tampak goresan-goresan berwarna merah itu masih baru diciptakan. Segera Jungkook meraih cutter dalam genggaman Asyiela dan mencampakkannya ke lantai. Asyiela menatapnya kosong.

"Sayang, kamu kenapa?!" Tanya Jungkook yang lebih terdengar seperti seruan karena panik. Bibir Asyiela bergetar, tak mampu menjawab. Namun, tak sampai disana, pandangan Asyiela mengabur kembali. Jungkook yang melihat Asyiela pingsan segera meraih tubuh Asyiela yang akan jatuh agar tak mengenai sudut kasur. Segera ia menggendong Asyiela, melangkah cepat menuju lantai bawah.

"Ma---Pa?" Sorak Eunwoo yang tertunda karena bingung. Jungkook menatap Eunwoo, kemudian berseru pada putranya, "Simpan dulu kue-nya! Ayo kita ke rumah sakit!"

Bukannya menurut seperti biasa, Eunwoo justru mengambil kue itu dan menaruhnya kembali dalam bungkusnya, begitu pun pernak-pernik segera ia ambil. Secepat mungkin ia berlari ke teras depan rumahnya. Baru saja ia akan duduk di kursi tengah, namun dicegah Papanya.

"Astaga, Sayang. Sini biar Papa taruh di belakang. Kamu duduk di samping Papa, ya."

Mendengar itu, Eunwoo menurut. Setelahnya Jungkook mengunci pintu dan meletakkan barang yang dibawa Eunwoo di bagian belakang. Ia segera duduk di bangku kemudi dan mulai menghidupkan mesin.

"Maaf, Pa. Eunwoo malah membawanya."

"Tak apa, Eunwoo. Jika Papa jadi kamu, Papa pasti melakukan hal yang sama."

Setelah itu, Jungkook mulai melajukan mobilnya.

-Mama, Don't Cry-

Eunwoo memegangi tangan Asyiela yang sedang terbaring di kamar rumah sakit. Sedikit terisak, ia berdoa agar Mamanya itu segera sadar. Rasa menyesal menghinggapi hatinya, paham bahwa Mamanya sudah dua kali tak sadarkan diri karena dirinya hari ini. Luka-luka yang ada di tangan sang Mama pun Eunwoo yakini sebagai kesalahannya.

"Eunwoo?"

Bocah itu menoleh, mendapati sosok Papanya yang sudah kembali dari ruangan dokter. Ia segera memeluk Jungkook erat. Air matanya tak mampu ia tahan. Melihat itu Jungkook langsung menggendong putranya, menghapus jejak air mata itu. "Kenapa sayang?"

"Eunwoo merepotkan. Mama pingsan karena Eunwoo." Ucap bocah itu dengan tersedu. Melihat itu Jungkook mengecup pipi putranya, tersenyum kecil. "Mama gapapa, kok. Mama mungkin lagi banyak pikiran makanya begitu."

Sorot mata Eunwoo menatap Jungkook memelas, "Tapi itu karena Eunwoo, kan?" Jungkook menggeleng tegas, "Enggak, sayang."

"Ini di... rumah sakit?"

Mendengar suara wanita itu, baik Jungkook maupun Eunwoo langsung tersentak. Eunwoo menepuk pundak Jungkook, memberi isyarat bahwa ia ingin turun. Jungkook kemudian menurunkan putranya itu di tempat duduk yang tersedia di samping Asyiela, sedangkan ia sendiri sudah memeluk istrinya erat. "Jangan bikin aku takut, sayang." Lirih Jungkook tepat di telinga istrinya itu. Asyiela yang baru sadar hanya membalas pelukan suaminya itu tak kalah erat sembari mengelus punggungnya untuk memberikan ketenangan. Mata Asyiela menangkap sosok bocah yang tampak menangis.

"Mama, maaf!" Seru bocah yang berdiri di kursi itu sembari menangis kuat. Air matanya meleleh, badannya bergetar hebat. "Eunwoo nakal, Mama. Maaf." Ujar bocah itu lagi.

Asyiela melepas pelukan suaminya, mendorong tubuh Jungkook perlahan. Jungkook ikut melepas pelukannya, kemudian melihat apa yang Asyiela lakukan berikutnya.

Pandangan Asyiela terkunci pada Eunwoo. Sorot matanya kemudian penuh amarah. Ia meraih tubuh bocah itu, membawanya untuk duduk di atasnya. Eunwoo yang berada dalam pangkuan Asyiela segera memeluk wanita itu erat. Masih sambil menangis kencang, Eunwoo meminta maaf berkali-kali sembari mengaku menyesal karena sudah membuatnya khawatir. Namun, Asyiela justru menghempaskan tubuh bocah itu agar tak lagi memeluknya. Alhasil, Eunwoo sedikit terbanting ke belakang dan hampir jatuh andai saja Jungkook tak menahan tubuh bocah itu agar tetap di kasur yang ditempati Asyiela.

"Anak kurang ajar! Kamu gak tahu apa kalo Mama khawatir?! Mama udah larang kamu main keluar, kan?! Kenapa susah banget buat nurut?!" Seru Asyiela penuh amarah. Untuk saat ini, Asyiela terlihat seperti orang lain bagi Jungkook maupun Eunwoo. Bocah itu masih terisak, ia mencoba menghampiri Mamanya lagi namun Asyiela kembali menghempaskan tubuh bocah itu yang berhasil ditangkap Jungkook. "Harusnya aku gak lahirin kamu! Harusnya anak aku cuma Genie! Gak perlu ada kamu!"

"Syiela!" Bentak Jungkook tak tahan mendengar kemarahan Asyiela pada putranya. Bagaimanapun juga, itu sudah keterlaluan. Eunwoo masih kecil dan Jungkook juga yakin putranya itu menyesal. Tak perlu marah sampai segitunya pada Eunwoo yang memang belum mengerti apa-apa.

"Apa, Kook?! Apa?! Memang iya kok dia tuh gak seharusnya ada! Kenapa gak dia aja yang mati?! Genie tuh anaknya nurut gak kayak dia! Bandel! Masih kecil aja udah mulai melawan, gimana gedenya?! Memang yang paling bener tuh harusnya yang mati tuh dia aja jangan Genie!" Bentak Asyiela balik membuat Eunwoo semakin terisak. Ia memang belum terlalu mengerti, namun rasanya mendengar itu membuat sesuatu dalam dadanya terasa begitu perih. Ada rasa nyeri yang terasa ketika mendengar sang mama berbicara seperti itu.

"Eunwoo, kita pulang dulu ya?" Ajak Jungkook yang tak mau Eunwoo rusak karena perkataan istrinya yang sepertinya sedang benar-benar kacau. Eunwoo menatap Jungkook dengan sedikit rasa takut sedangkan Asyiela sendiri terkejut mendengar Jungkook yang hanya mengajak Eunwoo. "Kook?!"

Menghembuskan nafas berat, Jungkook berucap tegas. "Kamu disini dulu. Aku antar dia pulang dulu, baru nanti kita bicara lagi. Dia masih kecil dan ini udah jamnya dia tidur."

Setelah Jungkook menutup pintu kamar rawat Asyiela, hal yang tersisa hanya keheningan. Sesaat, Asyiela tersadar bahwa apa yang ia katakan tadi memang sudah keterlaluan.

-Mama, Don't Cry-

Hai!

Maybe Asyiela lagi kesambet.g

Mari kita nikmati chapter yang damai ini dengan secangkir teh di sore hari sembari menatap senja.

'Damai gundulmu, thor!'

//dilemparin granat
//rumah gue dibakar
//dijadiin tumbal

Wkwkwk

Seperti biasa,
menurut kalian gimana part ini?

Suka?

Silahkan beri tanggapan di kolom komentar juga jangan lupa tekan tombol ☆ di bagian pojok kiri.

See you!

Mama, Don't Cry (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang