56. Kembali Terulang

498 34 1
                                    

Sudah sembilan tahun berlalu. Eunwoo kini sudah menjadi seorang remaja yang baik dan disukai oleh banyak orang. Hubungan Eunwoo dan kedua orangtuanya pun baik. Semuanya benar-benar baik-baik saja.

"Woi, Eunwoo." Panggil salah seorang temannya membuat Eunwoo menoleh. "Lo dipanggil Bu Ani ke ruang BK."

Awalnya Eunwoo mengernyit. Namun ia jadi teringat pesan guru konseling tersebut ketika pelajaran tadi yang memintanya untuk membantu guru tersebut melakukan sesuatu setelah pulang dari kegiatan ekskul yang diikutinya.

Sesampainya di ruang konseling, Bu Ani tidak ada di ruangannya. Baru saja remaja itu akan berbalik, sebuah tongkat kayu akan menghantam kepalanya. Syukurnya ia dapat menahannya dengan cepat karena refleks yang ia miliki bagus. Pakaian serba hitam ini sedikit banyak membuatnya teringat pada kejadian sembilan tahun lalu ketika ia diculik.

"Eunwoo!" Seru Bu Ani tiba-tiba membuat konsentrasi Eunwoo terpecah. Naasnya, serangan orang berpakaian hitam ini menghantam kepalanya kuat hingga akhirnya ia kehilangan kesadaran.

-Mama, Don't Cry-

Seberkas cahaya mengenai pelupuk mata Eunwoo, membuat remaja itu terbangun. Ia mengerjap berkali-kali sebelum akhirnya berusaha mendudukkan dirinya. Cukup sulit, mengingat tangan dan kakinya terikat.

Eunwoo menatap sekeliling dan kembali teringat dengan gudang tempatnya diculik dulu. Setelah dilihat-lihat, ternyata tempat ini adalah tempat yang sama. Eunwoo jadi mulai berasumsi, dalang pelaku penculikannya saat ini pasti sama dengan dalang penculikannya sembilan tahun lalu.

"Sudah bangun?" Suara seorang pria dewasa membuat Eunwoo menoleh ke pintu. Seorang pria yang tak pernah ia lihat membuat Eunwoo bertanya-tanya, apa kira-kira tujuan pria tersebut menculiknya. Oh, mungkinkah ini Ayah Dei? Wajah mereka terlihat mirip.

"Panggil aku Mr. Cho. Dan kalau kau bisa menebak, aku adalah Ayah Dei, orang yang menculikmu sembilan tahun lalu. Apa kau mengingat wajah putraku dulu?" Ucap pria itu mengenalkan diri. Eunwoo menaikkan alis, "Anda tidak mirip dengan Kieu."

Mendengarnya membuat Mr. Cho terkekeh. "Tentu. Ia hanya anak angkatku. Beberapa kali menjadi budak seks ku dan Dei tanpa ia sadari." Eunwoo menatapnya bingung. Ada banyak hal yang ingin ditanyakannya namun tampaknya ia harus memiliki pertanyaan yang menjadi prioritas agar dapat melaporkan pak tua itu ke polisi.

"Apa sebenarnya tujuanmu menculikku?"

-Mama, Don't Cry-

Asyiela sedaritadi menonton televisi dengan sedikit perasaan gelisah menghantui dirinya. Ia khawatir karena sampai saat ini, Eunwoo belum pulang ke rumah padahal seharusnya putranya itu sudah pulang satu jam yang lalu.

Suara ketukan pintu membuat Asyiela menghembuskan nafas lega. Segera ia membuka pintu dengan terburu-buru. "Kamu itu darimana aj--- eh?"

"Ya dari tempat kerja, Sayang. Kan tadi ada syuting." Jawab Jungkook dengan kening berkerut. Asyiela menggigit bibir bagian bawahnya dan menahan air matanya. Kepanikan mulai menguasai dirinya.

Memang, dalam sembilan tahun ini hubungan ketiganya membaik dan Asyiela sebisa mungkin menjaga emosinya agar tidak seperti dulu. Tetapi, bukan berarti gangguan kecemasannya hilang begitu saja. Ia tetap merasa khawatir berlebihan pada sesuatu, terlebih jika itu menyangkut anaknya. Namun ia mencoba menekan rasa itu dan pergi konsultasi ke psikolog bersama Eunwoo yang juga mengalami gangguan kejiwaan.

"Sayang, ada apa?" Tanya Jungkook lembut membuat Asyiela menjawab ragu. "Eunwoo belum pulang. Erm, mungkin ada kegiatan kali, ya?"

"Mungkin?" Ulang Jungkook yang diangguki Asyiela. Menghela nafas, Jungkook kembali bertanya. "Memangnya dia ga kabarin kamu?"

Menunduk, Asyiela mengangguk pelan. Ia sendiri tidak yakin. Perasaannya mengatakan, sesuatu yang buruk terjadi. Namun, pemikirannya menolak itu karena merasa gangguan kecemasan mempengaruhi pikirannya tentang kemungkinan buruk yang sedang dihadapi putranya.

Terlalu memikirkannya membuat kepala Asyiela sakit. Ia tak dapat berpikir rasional karena gangguan kecemasan yang di deritanya. Tapi hatinya yakin ada hal buruk menimpa anaknya.

"Eunwoo bisa dihubungi, gak?" Tanya Jungkook lagi. Asyiela menggeleng, "Udah aku coba. Tapi ga bisa." Jungkook berpikir, mencoba memperhitungkan semua kemungkinan. "Dia ada kegiatan di sekolah?"

"Iya. Tapi harusnya udah selesai sejam yang lalu."

Jungkook tersenyum, memegang pundak Asyiela. "Kita tunggu ya, Sayang? Kalau memang ga pulang kita lapor keluarga terus ke polisi besok."


-Mama, Don't Cry-

Sorry karena ga bisa update semalem. Aku bakal double up nanti. Tugas ku semalem bener-bener ga bisa diabaikan mengingat gurunya killer semua dan ya gitu deh wkwk

Kenapa di culik?
Karena ada urusan yang belum selesai

Stop sampai di situ; ntar jadi spoiler kan ga kane

Bagaimana part ini?

Jangan lupa beri vote dan komen berupa kritik dan saran yups♡


See you!

Mama, Don't Cry (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang