"Aley, ada cogan nyariin kamu!"
Sorakan teman sekelasnya di ambang pintu itu membuat Aleyna menghembuskan nafas kasar. Ia jengah. Bosan dengan segala kepura-puraan yang ia hadapi di lingkungan sekolah. Kalaupun ada seseorang yang bisa ia percaya di sekolah ini, itu hanyalah Yoo Yewon, sahabatnya sejak kecil. Kalau dipikir lagi, berkat Yewonlah Aleyna bisa membuka mata dan mengetahui maksud buruk dari beberapa orang yang gemar menjahili atau sekedar memanfaatkannya. Mau bagaimana lagi, memiliki tiga oppa yang ketiganya merupakan public figure akan membuat beberapa orang memperlakukan dirimu dengan semaunya. Hampir setiap orang yang ia temui pasti memakai 'topeng' masing-masing, entah itu guru atau teman sekolah. Semuanya sama, kecuali Yewon.
Tapi, sudah tiga hari ini Yewon tidak masuk sekolah. Yewon hilang tanpa jejak. Bahkan ketika Aleyna mengirim pesan ke orangtua Yewon, orangtua Yewon justru berkata bahwa Yewon baik-baik saja dan tak perlu dijenguk. Ketika Aleyna mencoba menjenguk Yewon ke rumahnya, rumah sahabatnya itu justru tertutup rapat. Rumah tersebut benar-benar sunyi. Tidak ada satupun orang di dalamnya.
"Aleyna! Cepet sini!"
Sorakan teman sekelasnya itu membuat Aleyna tersentak. Ia jadi memikirkan Yewon. Baiklah, nanti dia akan mencoba ke rumah Yewon sekali lagi. Sekarang, Aleyna akan menghadapi cogan itu terlebih dahulu.
Sosok tinggi berumur beberapa tahun lebih tua darinya tampak. Temannya yang memanggilnya tadi tampak benar-benar mengagumi sosok jangkung di hadapannya ini. Berdecak, Aleyna menatap abang-abang yang menurut temannya cogan itu dari ujung kaki hingga ujung kepala sebelum akhirnya membuka suara.
"Siapa?"
"Kau tak mengenalku?" Tanyanya balik membuat Aleyna memutar bola matanya malas. Aleyna hendak berbalik meninggalkan pemuda itu namun pergerakannya terhenti karena tangannya di tahan. "Username instagramku---"
"Ada apa?" Tanya Aleyna dingin tanpa ekspresi. Aleyna jengah. Sungguh, username instagram pemuda dihadapannya ini tak penting. Ditanya apa, jawabnya apa. Mendapat respon seperti itu membuat pemuda tersebut terkekeh geli. "Ah, apa kau tak diajarkan sopan santun?" Aleyna berdecak sebelum mengulang pertanyaannya, "Ada apa?"
Ia tersenyum penuh arti, "Mau ikut denganku?" Pertanyaan itu jelas membuat Aleyna mengernyit. Oke. Dia memang cuma anak SMP. Tapi ia tak sebodoh itu untuk mau ikut dengan orang yang tidak dikenal, terlebih lagi baru pertama kali ia temui. "Gak." Jawabnya singkat.
"Baiklah. Aku pergi dulu." Pamit pemuda yang menurut Aleyna gila itu. Tapi sebelum beranjak, ia justru memperkenalkan dirinya lebih jauh. "Umurku dua puluh satu tahun. Aku kuliah di universitas yang tepat berada di seberang sekolah ini. Followersku---"
"Gak penting."
"Alamat---"
"Gak. Pen. Ting."
"Tepat di sebelah rumah salah satu oppa-mu."
Aleyna terdiam sejenak. Entah kenapa, ia punya firasat buruk tentang ini.
"Dan aku punya hubungan dengan Yewon."
Terkekeh, Aleyna menatap sinis pemuda di hadapannya. "Kau kira aku percaya? Dasar pedofil!" Balas Aleyna membuat pemuda itu terbahak, "Hubungan itu bisa berarti keluarga atau hal lainnya, kan?"
Tak acuh, Aleyna meninggalkan pemuda itu. Malas berinteraksi lebih lanjut dengan orang sok ganteng tak tahu umur yang tampaknya pedofil itu. Sedangkan disisi satunya, pemuda itu tersenyum miring.
Aku pasti mendapatkanmu.
-Mama, Don't Cry-
"Sayang, aku pengen."
Suara pacarnya yang begitu imut membuat Dei tak tahan. Tapi, Dei tentu tidak ingin langsung mengeksekusi pacarnya itu. Ia ingin menggodanya terlebih dahulu.
"Pengen apa?" Tanya Dei sok polos membuat Hara, pacarnya, memukul dada bidang itu kesal. "Ih, sayang!" Responnya kesal membuat Dei tersenyum. Tapi ia memiringkan kepalanya, masih ingin menjahili. "Apa sih sayang?" Tanyanya membuat gadis itu menggembungkan pipinya. Ia melipat tangannya di dada, mengalihkan pandangan dari Dei.
"Hara sayang," Panggil Dei lembut sembari mengarahkan wajah Hara untuk melihat ke arahnya. Hara masih cemberut dengan menggembungkan pipinya. Hal yang selalu berhasil membuat Dei gemas dan ingin mengeksekusi pacarnya ini secepatnya.
"Aku ngambek!" Seru sorak itu kembali mengalihkan pandangannya. Tapi itu tak berlangsung lama, karena selanjutnya Dei mulai menggoda Hara untuk melakukannya.
Melakukan apa?
Yah, melakukan apa yang tadi Hara minta, tentunya.
-Mama, Don't Cry-
Aku masih anak SMA
Ga mungkin banget membuat cerita yang mengandung unsur yadong atau mesum,
ecchi, hentai, dewasa, dan lainnya karena aku sendiri gak nyaman sama konten seperti itu.Dan aku belom cukup umur juga
Jadi di part lainnya pun, aku gak akan membuat alur cerita dimana ada adegan ena-ena, wik-wik, atau semacamnya seperti di nc maka di part setelah ini aku berusaha keras biar ceritanya tetap sesuai alur tapi ga ada ikeh ikeh kimochi nya
"Katanya ga suka konten gitu tapi kok tau ikeh ikeh kimochi? Yadong? Mesum? Hentai?"
Temen aku rata rata cowok dan ketika aku denger istilah kayak gitu dan nanya, mereka bakalan jelasin dengan satu kalimat singkat.
18+
Jadi di part selanjutnya, untuk kalian yang ga suka dan ga mau ternoda adegan 18+ kayak aku, tenang aja. Ga ada kok.
Tapi kalo di part selanjutnya kalian mikir aneh aneh dan bilang itu mesum, berarti pikiran kalian perlu di sucikan karena aku ga ada memperjelas adegan itu. Aku berusaha semaksimal mungkin biar kalian ngerti tapi ga mengotori pikiran kalian.
Udah ah bacotanku sudah banyak
Jangan lupa vote dan komennya!
See you♡
Say Hi To Hara a.k.a Dei's Girlfriend
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama, Don't Cry (Completed)
Fanfic[ C o m p l e t e d ] Sequel of Roleplay : Take Me To Your Real Life Jeon Jungkook Fanfiction | Lizkook -Mama, Don't Cry- Start : 23 Januari 2020 Finish : 20 April 2020 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jungkook dan As...