Mata Kieu membulat. Memang bukan hanya kali ini ia disebut sebagai jalang. Tapi, ia tak pernah menghadapi situasi seaneh ini. Harusnya, Asyiela marah sejak ia memeluk Jungkook. Harusnya, Asyiela mulai berpikir bahwa apa yang ia tuduhkan pada Jungkook mungkin benar adanya. Harusnya, ia sudah berhasil mencapai tujuannya.
"E-eh? Jangan samain aku sama jalang, ya! Aku tuh ga mau di jamah sama semua orang!" Balas Kieu yang tampak sedikit panik. Asyiela menaikkan sebelah alisnya, "Yakin?"
Mengeratkan rahangnya, Kieu tak mengira Asyiela adalah orang yang seperti ini. Asyiela sendiri tersenyum kecil melihat wajah panik Kieu yang tercetak jelas. "Berarti kamu apa dong? Bitch? Jalang pribadi? Sama aja, dong." Ledek Asyiela membuat wajah Kieu memerah. "A-aku gak peduli! Yang jelas, Jungkook harus tanggung jawab!"
"Tanggung jawab atas apa?"
"Aku hamil anaknya!"
"Oh, ya?"
Kieu yang mulai pucat menatap Jungkook yang tampak terbahak. Tawa Jungkook itu seolah mengejek posisinya sekarang. Tapi, ia tak akan kalah. Ia akan mencapai tujuannya. Sedikit lagi. Kieu hanya memerlukan sedikit celah untuk menghancurkan keluarga ini.
"Heh, jawab! Apa buktinya kalo kamu hamil anak dari suami saya?" Tanya Asyiela membuyarkan lamunan Kieu. Kieu menggigit bibir bawahnya. Jujur saja, ia sudah dalam posisi yang benar-benar tidak menguntungkan. Dia sudah terpojok. "Ayo ke dokter kandungan! Aku bakal buktiin kalo aku hamil anaknya Jungkook!" Seru Kieu membuat Asyiela sedikit tersentak. Kalau gadis ini berani sampai sejauh itu, maka ada kemungkinan bahwa anak dalam rahim gadis itu benar anak Jungkook.
Enggak. Aku enggak boleh lengah. Batin Asyiela mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Ia menatap Kieu tajam, "Oke. Ayo." Asyiela menghampiri putranya, "Eunwoo sayang, kamu tinggal di rumah dulu ya. Mama sama Papa pergi sebentar." Eunwoo yang masih menangis terisak, menatap Mamanya cemas. "Mama gak bakal kenapa-napa, kan?" Tanya bocah kecil itu membuat hati Asyiela terenyuh. "Gapapa, sayang. Kamu bisa jaga diri, kan?"
Eunwoo mengangguk, kemudian mengecup pipi Asyiela. "Eunwoo bakal tidur aja kok, Ma. Janji!" Asyiela mengusap-usap puncak kepala Eunwoo sedangkan Jungkook sudah bersiap.
"T-tunggu! Kita bakal pergi sekarang?!" Tanya Kieu yang melihat Asyiela pamit pada putranya. Pasangan suami-istri itu beralih menatapnya dan menjawab serentak. "Ya."
Kieu pikir, perkataannya tadi akan membuat Asyiela berpikir bahwa jika ia berani berkata seperti itu, maka tuduhan yang ia berikan benar. Kieu pikir, Asyiela hanya wanita bodoh yang sempat numpang tenar karena terciduk berpacaran dengan Jungkook seperti yang 'dia' katakan. Panik kembali menyerangnya. Baru kali ini ia kehabisan cara untuk hal seperti ini.
Asyiela menarik pergelangan tangan Kieu untuk mengikuti mereka ke mobil. Kieu memberontak, membuat Asyiela mengernyit. "Ada apa?" Tanya Asyiela membuat Kieu segera mencoba mencari alasan. "A-apa kita tak bisa mengecek kandungannya besok? Aku harus---"
"Kau takut?" Tanya Jungkook dingin membuat Kieu menelan ludahnya kasar. "Ten-tentu tidak. Ha-hanya saja a-aku, erm, ah, ya. Aku harus mengerjakan tugasku." Mendengar jawaban itu membuat Asyiela terkekeh. "Kau punya waktu untuk menuduh Jungkook tapi ketika kau akan membuktikan perkataanmu kau malah memikirkan pr-mu?"
Kieu sudah benar-benar terpojok. Jungkook mulai tersenyum miring. "Kau mau taruhan?" Ajaknya membuat Kieu mengernyit. "Kalau kau memang mengandung anakku, aku akan menikahimu. Tapi, jika tidak, kau harus mau membuat video klarifikasi."
"K-klarifikasi? Untuk apa?!"
"Yah, aku gak tahu siapa yang menyuruhmu dan aku juga gak mau ambil resiko kamu melakukan yang aneh-aneh ataupun memberi keterangan palsu pada media bahkan yang paling parah, bisa aja kamu sengaja menjebak kami dengan tujuan menghancurkan kami. Gimana?" Jelas Jungkook panjang lebar yang diangguki oleh istrinya. "Kami bukan orang bodoh, Kieu." Tambah Asyiela dengan tatapan yang menurut Kieu cukup mematikan.
Pertama, bersikap seolah biasa saja. Kedua, anggap dirimu memang benar. Ketiga, yakin kalau kamu lebih pintar dari mereka.
Kata-kata itu menguatkan tekad Kieu. Baiklah. Bagaimanapun, ia tak boleh gagal. Menolak tawaran untuk taruhan hanya akan membuatnya menunjukkan bahwa tuduhan yang ia layangkan memang bohong adanya. Hanya perlu satu cara untuk memenangkan situasi ini, namun Kieu tak yakin itu akan berhasil.
Seenggaknya, gue udah usaha. Batin Kieu menguatkan dirinya sendiri.
"Oke. Ayo." Finalnya membuat sepasang suami-istri itu tersenyum puas.
-Mama, Don't Cry-
Hai, hai!
Bagaimana kabar kalian?
Baik?
Ketika menulis part ini, author sedang dikejar deadline proposal dan tugas-tugas lainnya.
Oh, jangan lupakan ujian yang warbyasah banyaknya.
Aku kuad hiks.
Kalian gimana?
Lagi meratapi tugas atau meratapi doi yang tak kunjung peka?Hadeuh galau deh.
Jangan lupa tinggalkan jejaknya berupa vote ☆ dan komen. Tenang. Vote dan komen gak bakal bikin kalian misqueen koq.
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama, Don't Cry (Completed)
Fiksi Penggemar[ C o m p l e t e d ] Sequel of Roleplay : Take Me To Your Real Life Jeon Jungkook Fanfiction | Lizkook -Mama, Don't Cry- Start : 23 Januari 2020 Finish : 20 April 2020 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jungkook dan As...