05. Genie Eonni

1.4K 119 0
                                    

Rapmonster dan IU mengekori putrinya yang berjalan riang menuju pintu. Judy membuka pintu tersebut, tersenyum girang setelahnya. "Genie eonni! Ayo masuk!" Sorak gadis kecil itu riang sembari menarik pergelangan tangan Genie. Yah, setidaknya begitu dalam pandangan Judy. Apa yang Rapmonster lihat adalah putri kecilnya hanya menggenggam udara kosong. Tak ada Genie atau apapun yang digenggamnya.

"Oppa," cicit IU takut membuat Rapmonster memilih menggenggam tangan istrinya erat sembari mengikuti Judy dari belakang. Gadis kecil mereka mengambil beberapa mainan yang memang biasa gadis itu mainkan dengan Genie selama putri Jungkook dan Asyiela itu masih hidup. Judy mulai menata mainan masak-masakannya sedemikian rupa agar rapi. Tak lupa memakai celemek miliknya. Ia juga menyerahkannya pada Genie, namun Genie malah hanya memandangi celemek itu tanpa berniat memakainya.

"Eonni, hari ini kita akan menjual bakso. Ya, bakso!" Seru Judy sembari membentuk plastisinnya menjadi bulat. Tak lupa ia membuat plastisin berbentuk seperti mie. Tapi, lagi-lagi Genie hanya menatap Judy yang sedang bermain tanpa menyentuh mainan tersebut sedikit pun. Merasakan hal itu, Judy menatap Genie heran. Biasanya kakak sepupunya ini akan bermain bersamanya dengan riang. Judy memerhatikan Genie lekat dan sejenak berhenti melakukan kegiatannya tadi. Kalau diperhatikan, Genie benar-benar terlihat pucat. Pandangan mata Genie pun tak seperti biasanya. Bahkan bibir kakak sepupunya itu tak lagi merah, melainkan mulai membiru. Menyadari itu jelas membuat Judy panik.

"Eonni, apakah kau tak enak badan? Kau terlihat sangat pucat." Tanya Judy khawatir yang direspon oleh Genie dengan menggeleng. Mengerucutkan bibir, Judy kembali memotong plastisinnya dengan pisau mainan. Namun tak berlangsung lama karena ia kembali menatap Genie. "Kenapa kau sama sekali tak menyentuh alat masaknya? Pelanggan kita bisa kabur!" Kesal Judy pada Genie yang hanya diam, berusaha mengajak kakak sepupunya itu mengobrol. Genie tersenyum, "Aku harus pergi."

Judy menatapnya heran, memiringkan kepalanya. Jemari Genie sendiri telah tergerak untuk menyentuh puncak kepalanya, "Mintalah pada Mama Papamu untuk menjengukku. Aku merindukan mereka." Gadis kecil itu semakin heran, "Eonni sakit? Lalu kenapa eonni datang sendiri kesini kalau sakit? Apakah eonni kabur dari rumah sakit?"

Tertawa kecil, Genie menggeleng. "Aku tidak sakit. Tapi, tolong sampaikan itu pada Papa dan Mamamu. Kamu akan mengerti nanti." Judy menyentuh kembali pergelangan tangan Genie yang berada di puncak kepalanya. Ia cemas pada kakak sepupunya itu. "Pakailah jaketku, eonni. Kulitmu sangat dingin." Tawar Judy membuat Genie menggeleng. "Aku harus pergi."

Genie mulai melangkah menuju pintu keluar, tersenyum pada IU kemudian pamit. "Aku pulang dulu, Tante. Sampai jumpa."

IU menatap sosok Genie itu tanpa berkedip. Setetes air matanya turun begitu saja. Gemetar, ia berusaha menyentuhnya. Rapmonster yang melihat istrinya seperti itu hanya mengernyit tak paham. "A-apakah kau akan menemui mama papamu?"

Gadis kecil dengan kulit pucat tanpa rona itu menggeleng, masih saja tersenyum. "Tidak sekarang, Tante. Tapi mungkin nanti, ada waktunya."

IU memeluk sosok itu, kemudian menggapai tangannya. "Biarkan aku mengantarmu sampai pintu." Genie mengangguk mengiyakan.

Rapmonster memandang kepergian istrinya, sedikit banyak mulai paham. Judy sendiri kini telah berada disampingnya, memeluk kaki pria itu. "Papa, kenapa rasanya disini sangat dingin?"

"Hari sedang cerah, sayang. Apakah kau sakit?" Tanya Rapmonster sambil menyentuh kening putrinya. Panas. Masih dalam keadaan menggendong Judy, Rapmonster mulai mencari termometer untuk mengukur suhu tubuh putrinya. Saat membuka laci tempat obat berada, Rapmonster menemukan sebuah amplop berwarna merah muda dengan gambar bunga menjadi hiasannya. Sebaris tulisan disana cukup menyita perhatiannya.

Teruntuk Om Rapmonster, semoga dapat memahami surat ini dengan baik

Apakah ini dari keponakannya itu?

Rapmonster mengantongi surat tersebut, beralih mengambil termometer untuk mengukur suhu putrinya. Ternyata putrinya demam. Baru saja Rapmonster akan mengambil obat sirup untuk Judy, suara istrinya berhasil menghentikan pergerakannya itu.

"Oppa, kita harus bawa Judy ke tempat Mama sekarang."

-Mama, Don't Cry-

Heyho

Duh jangan tegang-tegang banget say

Santuy aja santuy

Gimana part ini?
Tenang, ga pindah genre ke horor kok bener deh


Jangan lupa ☆ dan komennya yak


See you!


Mama, Don't Cry (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang