72. Patrick

611 44 0
                                    

Mendengarnya langsung bersama dengan Jeon dan Patrick. Mama Papanya membelanya, mengatakan ia berharga dan meyakinkannya bahwa ia bisa menghapus keberadaan Jeon dan Patrick dari raganya.

"Aku harus segera menghapus kalian." Ucap Eunwoo tegas membuat Patrick terkekeh. "Ya. Kita sudah sepakat."

"Sialan!" Umpat Jeon begitu kembali. Ia menatap Eunwoo tak suka dan menghampirinya. "Jangan senang dulu! Orangtuamu hanya bersandiwara!"

"Jeon, hentikan." Ucap Patrick tegas membuat Jeon kembali mengumpat. "Apa, sialan?! Kau memang tak ingin hidup dari awal! Kau tak akan peduli tentang ini!" Patrick segera melepaskan rantai yang 'mengikat' jiwa Eunwoo sebelumnya. "Kita sudah sepakat akan lenyap setelah kesaksian orangtua mengenai berharganya Eunwoo bagi mereka atau tidak."

Berdecih, Jeon marah besar. "Aku tak mau 'pergi'! Jika aku pergi, maka kalian pun harus ikut!" Eunwoo mengernyit, "Apa maksudmu?"

"Bunuh diri?" Tebak Patrick tepat sasaran. Jeon yang baru saja akan mengambil alih kesadaran dicegat Patrick. "Eunwoo! Hapus keberadaan kami!"

"Caranya? Aku bahkan tak tahu bagaimana cara menciptakan kalian!" Balas Eunwoo panik. Ia belum mau mati sekarang walau harus ia akui waktu kecil dulu ia sudah bersikap sok keren pada sang Mama yang mengatakan bahwa hidup untuk mati serta semua orang akan mati. Andai saja sang Mama mengingatnya ia bisa malu.

Patrick berusaha untuk menjawab namun ia terlalu sibuk menghalangi Jeon agar tak membunuh raga ini.

Eunwoo! Kamu dengar, kan?! Kamu sudah berani! Kamu selalu mendapatkan kasih sayang kami! Kami tak membedakanmu dan namamu itu istimewa bagi kami!

Seruan Papanya tadi membuatnya tersadar. Jeon sejak awal selalu bilang kalau mereka terlahir dari keinginan Eunwoo. Eunwoo ingin menjadi berani dan menyampaikan segala perasaannya pada sang Mama. Ia ingin bisa berinteraksi dengan semua orang. Maka, untuk menghapusnya ia hanya perlu menghapus keinginannya itu karena sudah dapat dicapai oleh jiwanya sendiri.

"Kau lupa perkataan Hara, hah?!" Seru Jeon tiba-tiba membuat konsentrasi Eunwoo pecah. Kalimat menyakitkan dari Hara berputar membuat Eunwoo sulit untuk meyakinkan diri bahwa dirinya saja sudah cukup. Patrick berusaha mengembalikan fokus Eunwoo. "Fokuslah pada kata-kata Mamamu!"

Kata-kata Mama? Batinnya mengulang. Ia berusaha mecari memori yang baru saja terjadi beberapa waktu lalu. Namun rasanya sulit karena cibiran dari Hara merusak konsentrasinya.

"Putra kesayanganku, berjuanglah! Mama yakin kamu bisa menghapus sampah rongsokan yang gak kamu perlukan ini!"

Suara seorang gadis menginterupsi mereka. Seorang gadis kecil muncul tepat dihadapan Eunwoo yang frustasi. "Nuna yakin, kamu bisa mengingatnya. Dengarkan nuna." Setelahnya, gadis kecil itu berdeham dan berseru, "Putra kesayanganku, berjuanglah! Mama yakin kamu bisa menghapus sampah rongsokan yang gak kamu perlukan ini!"

"Mama yakin... aku bisa menghapus sampah itu. Aku bisa menghapus Jeon..." Lirihnya membuat gadis itu menyemangatinya, "Adikku, berjuanglah!"

Patrick yang beradu dengan Jeon kini tak perlu mengerahkan banyak tenaga karena keberhasilan Eunwoo mencoba menghapus Jeon. Perlahan namun pasti, sosok Jeon memudar dan menghilang. Tepat setelah Jeon menghilang sepenuhnya, Eunwoo terduduk. Ia merasa sesak, namun perlahan sesaknya mereda.

"Berhasil. Sekarang kamu tinggal menghapusku." Ucap Patrick membuat Eunwoo menggigit bibir. "Aku tak tahu apa dasar keinginanku membuatmu."

"Nuna tahu," balas gadis kecil yang tampak tak asing bagi Eunwoo. "Keinginanmu untuk bertukar nasib denganku. Kamu ingin jadi aku yang bagimu mendapat segalanya. Bahkan ketika mati pun Mama tetap cemas." Jawab gadis kecil itu membuat Patrick terkekeh. "Yah. Mungkin itu alasan kenapa aku tak terlalu ingin hidup."

"Genie... nuna?" Ucap Eunwoo baru sadar bahwa gadis itu adalah nunanya. Genie menggembungkan pipinya, "Padahal aku sudah bilang aku nunamu sejak tadi."

Patrick tergelak, sedangkan Eunwoo hanya terkekeh dan meminta maaf. "Cepat lakukan. Aku yakin Mama dan Papamu khawatir karena kau pingsan tiba-tiba. Walau mereka tahu itu Jeon, tetap saja ini tubuhmu."

Menghela nafas, Eunwoo mengangguk. Samar, Eunwoo berlirih terimakasih ketika sosok Patrick belum hilang sepenuhnya. Sosok itu tersenyum dan menutup matanya damai.

"Eunwoo," panggil Genie membuat Eunwoo berdeham menanggapinya. Genie tampak menatapnya sayu, memeluknya. "Maafkan nuna karena membuatmu tersiksa."

Tak mengerti, Eunwoo hanya membalas pelukan Genie. "Hong Eunwoo. Itu adalah nama yang aku berikan padamu sebagai kenang-kenangan pertama dan terakhirku. Tak ku sangka itu justru membebanimu."

Eunwoo mengangguk mengerti, paham kenapa nama itu berharga bagi orangtuanya dan tentunya untuknya. Oleh-oleh terakhir dari kakak sulungnya adalah namanya. Itu cukup membuatnya senang, karena nyatanya ia mendapat perhatian dari kakaknya walau kakaknya sudah tiada.

"Tidak apa-apa. Terimakasih sudah memberi kenang-kenangan yang unik." Balas Eunwoo. Genie melepas pelukannya, tersenyum. "Terimakasih sudah mengingatkan Mama untuk tidak menangis. Kalau bisa, lakukanlah itu setiap ia menangis."

Eunwoo mengangguk mantap, membuat Genie merasa lega. "Aku akan pergi. Kau pun seharusnya segera sadar agar Mama Papa tidak mengkhawatirkanmu." Lagi, Eunwoo mengangguk dan melambaikan tangannya pada Genie yang perlahan menghilang. "Sampai jumpa."

Terkekeh, Genie tersenyum sebelum benar-benar menghilang dan berucap.

"Sampai jumpa, adik kecilku." 



-Mama, Don't Cry-

Sunday funday!

Apa kabar semuanyaaaaaaaaa! Semoga baik-baik aja ya.

Besok sudah part terakhir. Gimana pendapatmu?

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentar, ya. See you♡♡♡

Mama, Don't Cry (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang