"Dei! Dei!"
Seruan itu perlahan membuat Dei tersadar. Kepalanya terasa nyeri, namun ia merasa ia harus segera bangun. Perlahan ia membuka kedua kelopak matanya, mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya membuka matanya sepenuhnya. Hal yang ia lihat pertama kali adalah wajah panik Jaemin dan beberapa rekannya. "Lo kenapa?!" Seru Jaemin membuat Dei berdecak. Ia terlalu malas untuk berbicaea hingga akhirnya ia teringat tentang anak itu.
"Dimana dia?"
"Hah?"
"Mck, minggir!" Bentak Dei pada rekannya itu. Ia berusaha bangkit dari posisinya hingga akhirnya ia merasakan nyeri pada bagian kakinya. Setetes darah ikut menetes dari bagian pelipisnya, membuat Dei berusaha mengingat apa yang anak tadi lakukan padanya.
Apakah kamu sebenarnya ingin melakukan semua ini?
Kalimat terakhir dari bocah tadi terngiang kembali dalam pikirannya. Dei menyentuh pelipisnya yang berdarah, mengingat tindakan terakhir bocah itu padanya.
Bocah itu sempat memukulnya dengan benda tumpul.
Dei menatap sekeliling, mencari kayu tersebut dan benar saja ada sebuah kayu keras tergeletak di dekatnya. Tampaknya bocah itu mengambil kayu ini dari dekat lemari ketika ia sedang menunduk. Ia terkekeh, tak mengira ia akan selengah itu dan bodohnya bahkan tak mampu berucap sekedar untuk menghipnotis bocah itu.
Apa yang terjadi tadi bagai mimpi baginya.
"Dei, adek lo dateng." Ucap salag satu rekan mereka. Dei menyuruh rekannya itu untuk membukakan pintu namun respon selanjutnya jusrtru membuat Dei mematung. "Kan kuncinya sama lo. Gimana gue bukanya?"
"A-anak itu... dimana?"
"Kabur."
"Kalian gak tahan dia?" Tanya Dei dengan pandangan kosong. "Gimana mau nahan dia kalo kita gak tau dia kabur?"
Jaemin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Awalnya gue sama yang lain ngerasa aneh lo gak keliatan di ruang sebelah. Pas kita kemari, cuma ada lo disini."
Baru kali ini ia kalah telak dari seorang anak kecil. Salah satu rekannya memecah keheningan, "Jadi ini adek lo gimana?"
"Dobrak aja."
"Lah, orang pasti curiga lah kalo kita dobrak pintu dari dalam. Lo waras?" Timpal rekannya lagi membuat Dei tersenyum kecut. "Gue... gak tau. Gue pasrah."
Ia bangkit berdiri dengan pandangan yang kosong. Langkah kakinya membawanya ke kasur berdebu, tempat dimana ia meletakkan bocah itu tadi. Ia berbaring disana, membelakangi para rekannya.
Tidak hanya berjalan dengan tidak baik, misi kali ini benar-benar hancur.
-Mama, Don't Cry-
Asyiela merasa ada anak kecil yang memeluknya sekarang. Namun, karena terlalu malas membuka mata, ia tetap melanjutkan tidurnya.
"Mamaaaaa!"
Eunwoo? Batin Asyiela dalam hati. Perlahan ia membuka matanya dan apa yang ia lihat dihadapannya adalah senyum cerah suaminya beserta anaknya. Mata Asyiela melebar setelah Eunwoo memeluknya semakin erat. "Eunwoo pulang, Ma." Ucap bocah mungil itu riang. Asyiela mengucek matanya, mencubit pipinya sendiri dan memastikan bahwa ini bukanlah mimpi.
"Kamu tuh kenapa sih ga bisa bikin Mama ga khawatir?!" Bentak Asyiela pada Eunwoo. Air mata Asyiela kembali menetes, sedangkan Eunwoo sendiri merasa takut mendapat bentakan seperti itu dari Asyiela. Senyumnya sirna, bibirnya kini melenhkung ke bawah. Menunduk, bocah itu meminta maaf pada sang Mama. "Maaf, Ma." Cicit bocah itu membuat Asyiela sendiri merasa sesak. Segera ia memeluk putranya itu erat sambil menangis. "Kamu gak tahu Mama setakut apa kehilangan kamu? Kamu selalu aja bikin Mama khawatir! Mama sayang sama kamu, anak Mama tinggal kamu doang. Mama ga sanggup kalo harus kehilangan kamu."
Eunwoo tidak terlalu mengerti, namun karena bentakan tadi ia menahan tangisnya. Bocah itu menahannya mati-matian dan meminta maaf berkali-kali. Asyiela kembali meluapkan emosinya, "Kamu sayang Mama gak, sih? Jangan pergi jauh-jauh dari Mama, Mama takut!"
"Eunwoo sayang Mama. Eunwoo janji gak jauh-jauh dari Mama. Maaf Mama." Balas bocah itu mengeratkan peluknya. Ibu beranak itu terisak, sedangkan Jungkook sendiri menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalian tuh, ya. Nangis gak ngajak-ngajak!"
"Apaan sih, Kook? Bikin kesel aja tau, gak?!" Mendengar omelan itu justru membuat Jungkook terkekeh. Jungkook memeluk istri dan anaknya itu, kemudian berucap. "Yang penting kita semua utuh disini. Aku seneng banget."
Eunwoo memiringkan kepala bingung, "Maksudnya, Pa?" Asyiela mengelus puncak kepala putranya kemudian berbisik, "Papamu memang gitu. Gak jelas!"
"Gaje gini kalian sayang!" Balas Jungkook yang lagi-lagi mengundang rasa bingung Eunwoo. "Gaje itu apa?"
Jungkook memasang wajah misterius. "Cuma orang yang udah gede yang tau." Eunwoo mengangguk-angguk lalu membalas, "Oh, seperti bokep? Kata Leo hyung, hanya orang yang udah gede yang tau."
Baik Jungkook dan Asyiela saling bertukar tatap, sebelum akhirnya memutuskan satu hal.
Eunwoo tidak boleh bergaul dengan Leo.
-Mama, Don't Cry-
Hai hai
Duh semoga musibah Covid19 bisa cepat teratasi, ya. Jaga kebersihan buat jaga-jaga dan kuylah kita di rumah ae selama libur buat pencegahan. Buat yang menjadi korban musibah ini semoga segera lekas sembuh, ya. Semangat!
Ayo kita doakan biar semua kembali normal.Oke, seperti biasa tinggalkan jejak berupa vote dan komennya, ya.
See you♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama, Don't Cry (Completed)
Fanfiction[ C o m p l e t e d ] Sequel of Roleplay : Take Me To Your Real Life Jeon Jungkook Fanfiction | Lizkook -Mama, Don't Cry- Start : 23 Januari 2020 Finish : 20 April 2020 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jungkook dan As...