Asyiela memandangi album foto miliknya yang mengabadikan beberapa momen dalam hidupnya. Membuka lembar demi lembar potret itu, ia tersenyum kecil mengingat semua kenangan dibaliknya. Sebuah foto favoritnya adalah foto selfie ketika sedang bersama Jungkook dan foto itu cukup menyita perhatiannya saat ini.
Ia jadi teringat cerita dibalik potret itu. Saat itu, Asyiela sedang merayakan pesta kelulusannya. Namun, bahkan sebelum pesta tersebut dimulai, Asyiela 'diculik' oleh Jungkook sehingga membuat seluruh anggota keluarga Asyiela kebingungan. Syukurlah Suga dapat mengatasi pertanyaan-pertanyaan dari para undangan yang menanyakan keberadaannya.
Ah, Suga.
Saudaranya itu telah berpulang, bersama orangtua dan anak sulungnya, Genie. Mengingatnya membuat Asyiela kembali menangis. Ia berusaha tetap tersenyum, namun nyatanya ia tak sanggup. Ia merindukan Ayah, Bundanya dan Ibu tirinya, serta saudara tirinya sendiri. Pelukan hangat mereka adalah favoritnya yang tak akan pernah ia rasakan lagi. Candaan mereka serta kebiasaan atau keunikan khas mereka adalah hal yang tak akan mungkin Asyiela jumpai lagi.
Kamar gelap tempatnya sekarang telah menjadi saksi bisu tentang bagaimana ia merindukan mereka yang ia sayangi. Tentang berapa banyak tangis yang ia tumpahkan sejak hari penguburan mereka. Jangan lupakan memori tentang mereka yang selalu terputar seakan memberikannya tawaran untuk berada di alam yang sama dengan mereka. Asyiela tak sanggup hidup seperti ini.
Ia mungkin tak akan berhenti menangis jika saja ia tak merasakan tendangan kecil dari dalam perutnya. Seakan memintanya untuk tak lagi menangis, bayinya mencoba memberitahu bahwa masih ada hal baik yang dapat disyukuri lewat tendangan kecilnya. Bayinya seakan meminta dirinya agar tak lagi berkeluh.
Jemari Asyiela mengusap perut buncitnya perlahan, mencoba merespon bayinya. Ia tersenyum kecil, lupa kalau dirinya sedang hamil. Kalau ia begini terus, mungkin bayinya juga bisa bermasalah. Ia berbisik lirih, "Maafin mama, sayang. Mama coba buat gak sedih lagi, kok. Maaf kalo kamu jadi ikut terganggu karena mama banyak pikiran. Tetap kuat ya, Nak."
Cklek
Pintu yang tadinya terkunci terbuka. Asyiela jelas tahu siapa yang datang. Jungkook masuk dan menutup kembali pintu itu. "Aku pulang," ujar Jungkook dengan nafas yang sedikit terengah karena berlari. "Kamu baik-baik aja, kan? Udah makan?" Lanjut pria itu sembari mengusap puncak kepala Asyiela. Asyiela tersenyum, mengangguk.
Sudah seminggu sejak hari kematian putri mereka dan inilah yang menjadi kebiasaan baru mereka. Setiap Jungkook berada di rumah, Asyiela akan melakukan rutinitasnya yang berada di luar ruangan kamar. Seperti memasak, membereskan rumah, menyapu halaman dan lain-lain. Sedangkan jika Jungkook sedang bekerja, Asyiela akan terkurung di dalam kamar menghabiskan waktu dengan beristirahat, menonton beberapa serial drama korea. Tentunya dengan makanan dan minuman yang tersedia di dalam kamar itu. Mereka sengaja membeli dispenser dan kulkas kecil untuk dipakai di kamar mereka, stok makanan dan minuman Asyiela.
Jungkook sendiri akan segera pulang ke rumah dan menemui istrinya. Tak lagi ingin pergi hangout dengan teman atau bahkan keluarganya sekalipun. Takut akan kehilangan Asyiela kalau-kalau pergi terlalu lama. Pria itu selalu tergesa-gesa untuk pulang karena rasa takutnya yang benar-benar tak mampu ia lawan. Begitupun Asyiela yang terlalu takut untuk keluar, terlebih setelah ia sempat bertemu preman-preman beberapa hari lalu.
Keduanya sama-sama terkurung dalam ketakutan yang sama. Kematian putri mereka cukup memukul mereka hingga merasa teramat takut. Seakan terjebak dalam sebuah ruang sempit yang jika salah langkah sedikit saja, akan membuat mereka hancur. Jika diibaratkan, mereka adalah semut yang terkurung dalam toples yang tak lain adalah ketakutan mereka sendiri. Toples itu terbuka, namun mereka terlalu takut untuk keluar. Takut akan kehilangan untuk yang kedua kalinya.
"Hari ini harus cek kandungan, kan?" Tanya Jungkook membuat Asyiela mengangguk terpatah. Wajahnya jelas terlihat takut. Melihat itu, Jungkook menghela nafas. Memilih memeluk istrinya itu untuk menyalurkan sedikit keberanian yang ia punya walau ia sendiri pun terlalu takut. "Tak apa. Aku bersamamu. Tak ada yang perlu ditakutkan, ya?"
Asyiela mengangguk, membalas pelukan itu. Sedikit lega karena tahu masih ada Jungkook yang akan menjaganya dan menyemangatinya.
Namun, bagaimana jika kelak Jungkook akan pergi seperti Genie meninggalkannya?
Air matanya meleleh, membuat Jungkook terkejut. Keadaan mereka yang sedang berpelukan jelas membuat Jungkook bisa menyadari dengan cepat tetesan hangat itu. "Sayang, kenapa?"
"Jangan pergi," lirihnya. Jungkook menyamakan posisi mereka, menatap manik itu lekat. "Aku gak akan pergi, Syiela." Asyiela menggeleng, "Ja-jangan pergi. Jangan tinggalin aku kayak Genie tinggalin aku. Kayak Bunda tinggalin aku. Kayak Ayah tinggalin aku ataupun kayak Suga dan Ibu. A-aku gak mau. Aku--"
"Sayang, aku disini." Ucap Jungkook mengusap air mata istrinya sebelum menarik tengkuk wanita itu untuk menciumnya dalam.
-Mama, Don't Cry-
Heyho!
Sejauh ini bagaimana pendapat kalian?
Makasih buat pembaca baru maupun yang dari cerita 'Roleplay : Take Me To Your Real Life' udah ikutin kisah Asyiela dan Jungkook
Aku selalu mencoba buat antimainstream, jadi sequel cerita ini aku jadiin agak dramatis dikit
'Jeon Ha Ram yang udah mati juga bakal muncul gak?'
Tentu!
Wkwkwk
Udah ah spoilernya
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama, Don't Cry (Completed)
Fanfic[ C o m p l e t e d ] Sequel of Roleplay : Take Me To Your Real Life Jeon Jungkook Fanfiction | Lizkook -Mama, Don't Cry- Start : 23 Januari 2020 Finish : 20 April 2020 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jungkook dan As...