Eunwoo menatap semua peralatan sekolahnya dengan takjub. Iya, dia tahu. Ia akan mulai bersekolah dua bulan lagi. Tapi, saking semangatnya, ia langsung mendesak Papa dan Mamanya untuk membeli perlengkapan sekolah mulai dari sekarang.
Eunwoo membaringkan tubuhnya di kasur, memejamkan matanya sambil tersenyum.
"Hei, Eunwoo." Panggil sebuah suara. "Ya, Jeon? Ada apa?"
"Apa aku sudah berhasil membuatmu bersekolah?"
"Ya. Terimakasih, Jeon! Aku benar-benar berterimakasih padamu."
"Hm, aku ingin mengatakan sesuatu." Eunwoo mengernyit. Tumben Jeon berkata seperti ini terlebih dahulu. "Katakan saja. Ada apa?"
"Ketika aku bilang ingin bersekolah. Mama tampak tak setuju. Mama benar-benar aneh, ya." Ucap sosok Jeon membuat Eunwoo terdiam sejenak. "Erm, dia pasti punya alasan." Jeon terkekeh membuat Eunwoo bingung. "Ia tampak tak suka melihatmu bersosialisasi. Apakah benar dia adalah mama yang baik?"
Eunwoo jadi membuka matanya, menatap cermin yang ada di kamarnya. Sosok Jeon ada disana. Menatapnya dengan senyum yang membuat Eunwoo entah kenapa merasa ngeri.
"Eunwoo, aku sudah mengajarimu cara agar lebih berani kan?"
Eunwoo mengangguk membenarkan. Sosok itu keluar dari cermin, menghampirinya. "Gunakanlah keberanian itu untuk mengatakan pendapatmu padanya. Sebagai anak, kamu berhak mengatakan pendapatmu."
"Tapi---"
"Sampai kapan kamu mau diatur olehnya terus?"
"Dia itu Mamaku. Dia tidak akan membuatku terluka." Lirih Eunwoo membuat Jeon menaikkan sebelah alisnya. "Ya. Baiklah. Tapi setidaknya aku puas dengan perkembanganmu. Kamu tidak lagi seperti dulu."
"Seperti dulu?" Tanya Eunwoo membuat Jeon mengangguk. "Ya. Ketika kamu belum bertemu denganku."
Jeon duduk di sebelah Eunwoo, menatap langit-langit. Ia tersenyum kecil, kemudian kembali menatap Eunwoo. "Aku ingat ketika kamu merasa kesal karena Mamamu melarangmu main dengan Daniel hyung dan Leo hyung. Tapi, kamu tetap meminta maaf. Kamu meyakini bahwa kamu yang salah dan kamu patut dihukum. Padahal tidak sepenuhnya itu adalah salahmu."
Eunwoo menatap Jeon aneh, "Memang sudah seharusnya, kan? Akulah yang salah. Mama sudah melarangku. Tapi aku tetap pergi. Kalau diingat lagi, aku masih merasa bersalah. Mama sakit karena aku waktu itu."
Ya. Bocah kecil itu masih ingat bagaimana wajah Mamanya ketika ia baru kembali ke rumah. Ia masih ingat Mamanya sangat marah karena ia tak mematuhinya. Juga kata-kata sang mama yang sempat menyakitinya, membuat dadanya terasa sesak dan sakit.
Jeon menggenggam tangan Eunwoo. Tersenyum hangat, sebelum akhirnya berucap. "Aku adalah perwujudanmu yang lain."
"Aku adalah dirimu. Bagian dari dirimu, lebih tepatnya. Dirimu yang kesal karena tidak diperbolehkan keluar rumah. Dirimu yang ingin bermain dengan anak lainnya. Dirimu yang ingin diperlakukan sama seperti anak lainnya. Serta aku adalah salah satu bagian dari dirimu yang merasa sakit dengan perkataan Mama waktu itu. Kamu ingat perkenalanku padamu itu, kan?" Ucap Jeon membuat Eunwoo kembali mengingat momen pertama kali ia bertemu Jeon. Eunwoo tersenyum kecut mengingatnya. Saat itu, suasana hatinya benar-benar buruk karena perkataan Mama yang walau sebenarnya tidak terlalu ia mengerti, perkataan tersebut cukup untuk menyakiti hatinya.
"Aku tak akan tercipta tanpa adanya keinginanmu untuk bebas. Keinginanmu untuk berani melepas kekangan Mama." Tambah Jeon yang segera direspon gelengan Eunwoo. "Enggak. Eunwoo baik-baik aja. Mama gitu karena sayang Eunwoo."
Jeon jadi tersenyum licik, "Benarkah? Bukankah perkataan Mama sangat menyakitkan hingga kamu merasa benar-benar ingin bebas?" Eunwoo menggeleng kuat, menepis perkataan Jeon dari pikirannya. Namun, Jeon justru memperkuat ingatannya tentang kata-kata menyakitkan itu. "Apa kamu ingat? Ketika Mama marah di rumah sakit, ia sempat menyebutkan nama nuna loh."
Eunwoo terdiam, berusaha berhenti mengingat hingga akhirnya Jeon membuat perkataan jahat Mamanya ketika itu terulang kembali dalam pikirannya.
"Yang harusnya mati itu kamu, bukan Genie."
-Mama, Don't Cry-
Hai!
Apa kabar? Sehat, kan? Update covid-19 semalem bener-bener 'ngeri'. Tanggal 22 lalu masih 500-an semalam nyampe 800-an. Jaga kesehatan, ya. Jangan anggap sepele, ini bahaya banget:(
Oke. Cukup nasehatnya.
Ah, ya. Gimana part ini?
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen, ya.
Keep safe, stay at home♡
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama, Don't Cry (Completed)
Fanfiction[ C o m p l e t e d ] Sequel of Roleplay : Take Me To Your Real Life Jeon Jungkook Fanfiction | Lizkook -Mama, Don't Cry- Start : 23 Januari 2020 Finish : 20 April 2020 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jungkook dan As...