"Ibu Asyiela dan Bapak Jungkook, benar?" Tanya dokter itu memastikan. Sepasang suami-istri itu mengangguk mengiyakan. Dokter itu terlihat sedikit cemas, membuat jantung keduanya berdegup kencang karena takut wajah cemas dokter itu merupakan pertanda bahwa terjadi sesuatu pada bayi mereka. "Apakah Ibu beberapa hari ini mengalami stres berat?" Tanya dokter itu membuat Asyiela mengangguk terpatah. Genggaman tangannya pada Jungkook mengerat, membuat Jungkook paham wanitanya kini gelisah. Jungkook mengusap genggaman tangan itu, berusaha mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
"Yah, saya mengerti. Kabar berita kematian putri Anda memang sudah saya ketahui. Wajar jika Ibu Asyiela merasa terpukul. Mungkin ini bukan saran yang tepat bagi kalian yang baru saja dirundung duka, namun semoga ini dapat membantu," ujar dokter itu sembari mengambil beberapa kertas yang tampak kilat. "Berliburlah. Mungkin itu dapat membantu," ucap dokter itu sembari mengulas senyum sebelum kembali melanjutkan, "Pantaskah kalian mendapat liburan padahal baru beberapa hari lalu putri kalian meninggal? Ya. Tak ada yang berhak melarang itu. Agar Ibu Asyiela tidak merasa terlalu larut dalam kesedihan, alangkah baiknya refreshing, membuang rasa duka itu. Ingatlah, saya pun yakin Genie murung di alam sana karena kalian yang terlalu tertekan setelah kepergiannya. Setidaknya lakukan itu dengan alasan untuk Genie, bahwa kalian ingin meyakinkan gadis itu jika kalian akan baik-baik saja. Jangan lupakan janin dalam rahim Anda, Ibu Asyiela. Ingatlah, ia ikut merasakan apa yang Anda rasakan."
"Apa terjadi sesuatu yang buruk pada bayinya?" Tanya Jungkook membuat dokter itu mencoba menjelaskan sebaik mungkin. Berdeham, dokter itu mulai menjelaskan. "Begini. Secara umum, janin yang dikandung oleh seorang ibu hamil yang sedang stres ataupun depresi dapat mengalami gangguan. Hormon yang ada ketika stres dapat memengaruhi dan berdampak pada janin. Pasokan oksigen untuk janin dalam kandungan istri Anda juga dapat menipis. Belum lagi risiko gangguan mental juga dapat terjadi pada janin tersebut di kemudian hari. Ada juga kemungkinan Ibu Asyiela akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah ataupun prematur. Penelitian juga menunjukkan adanya kaitan antara stres saat hamil dengan peningkatan resiko gangguan tumbuh kembang bayi, ADHD dan autisme, misalnya."
Penjelasan panjang itu membuat keduanya saling bertukar tatap, sebelum akhirnya Jungkook kembali menatap sang dokter. Sebaris kalimat dengan nada tak percaya dan lirih terlontar darinya. "Gangguan mental? Lahir prematur? Autisme?"
Asyiela menunduk semakin dalam, tak mampu mendengar lebih banyak lagi. Jemari Jungkook ia genggam semakin erat. Rasa bersalah wanita itu semakin kuat. Bayinya yang tak berdosa menjadi korban dari segala ketidakmampuannya menerima kenyataan bahwa putrinya telah tiada. Apabila benar anaknya kelak seperti itu karena dirinya, Asyiela sungguh tak akan sanggup menyatakan bahwa dirinya adalah seorang ibu.
"Saya sarankan kalian berdua berelaksasi bersama. Kalian sama-sama merasa terpuruk atas kepergian putri kalian. Tapi, selain itu, saya juga menyarankan untuk menjaga pola makan, beristirahat yang cukup, serta berolahraga teratur." Jelas dokter itu tenang, mencoba memberi kekuatan moral untuk keduanya. "Ah, ya. Jika memang ada yang mengganggu pikiran, saling bertukar pikiran adalah hal terbaik. Kalian ini suami-istri, loh. Saling curhat tentang keseharian kalian itu penting. Selain itu, curhat bisa mengurangi beban pikiran kalian, kan? Jadi, kalian bisa sama-sama saling memahami dan mempererat ikatan dan terlebih lagi, bisa melepaskan diri dari depresi," tutur dokter itu. Ia mengambil beberapa obat serta vitamin untuk Asyiela minum satu bulan ini dan seperti biasa mencantumkan dosisnya. "Memang akan berat awalnya. Sebagai seorang wanita dan orangtua, saya paham kepergian putri Anda memang berat. Sebagai seorang istri mungkin Anda tak mau membebani suami Anda. Begitupun Bapak Jungkook yang ingin selalu terlihat kuat dan tegar. Tapi, bukankah itu hanya akan membuat hubungan kalian semakin renggang? Kalian tidak memahami satu sama lain. Maka, curhat atau menceritakan keseharian masing-masing adalah jalan keluar untuk kalian. Tetaplah berpikir positif dan percaya semua akan baik-baik saja. Saling memberi semangat dan motivasi. Saya yakin, kalian pasti bisa menghadapi ini bersama," jelas dokter itu lagi dengan menggantung. Ia menatap Asyiela yang kebetulan baru saja hendak menatapnya juga. "Genie juga pasti ingin kalian tidak larut dalam kesedihan dan berbahagia."
Setelah mendengar itu, Asyiela merasa, kata-kata itu menembaknya tepat di hatinya selama beberapa detik.
-Mama, Don't Cry-
Heyho,
what's up guys?!Setelah searching-searching akhirnya jadilah part ini wkwk
Penjelasan tentang depresi ibu hamil itu aku kutip dari berbagai sumber yang ada di mbah gugel yang konon katanya serba tau, tapi pas aku tanyain 'siapa jodohku?' Dia gatau:(
Kalau ada kesalahan mengenai depresi itu tolong dimaafkan atau kalo mau dikoreksi, biar akunya juga nambah ilmu
Gimana part ini?
Jawab di komen dan jangan lupa ☆ nya ya sayang♡
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama, Don't Cry (Completed)
Fiksi Penggemar[ C o m p l e t e d ] Sequel of Roleplay : Take Me To Your Real Life Jeon Jungkook Fanfiction | Lizkook -Mama, Don't Cry- Start : 23 Januari 2020 Finish : 20 April 2020 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jungkook dan As...