EMPAT

296 35 11
                                    

Happy Reading!

Pagi buta sekali kedua bahu Sita yang masih memejamkan matanya itu diguncang keras.

"Sita bangun hiss" Andini terus saja mengguncang bahu Sita agar gadis yang menjabat sebagai kakaknya itu terbangun. "Ayo dong bangun."

Sita menggeliat, terganggu dengan pergerakkan yang semakin menguat. Kelopak mata ia buka meski masih terasa berat. Pandangan pertama yang ia lihat adalah wajah masam khas bangun tidur Andini.

"Apasih, Din. Masih ngantuk juga." Ucapnya berniat untuk tidur lagi dengan merubah posisi menjadi miring.

Tapi Andini tak membiarkannya, terlihat gadis itu menarik selimut tebal milik Sita. "Bangun dong, nanti kalo ama yang bangunin, gue juga yang kena semprot." Ujar Andini terdengar frustasi.

Mau tak mau Sita 'pun bangkit dari tempat ternyamannya. "Ada apa sih?" Sita mengucek-ngucek matanya guna memperjelas pandangan.

"Lo lupa kalo hari ini kita mulai sekolah."

Oh iya, Sita sampai lupa.

Dengan gerakkan cepat gadis yang mengenakan piyama itu menyambar handuk seraya bergegas masuk ke dalam bilik kamar mandi mendahulu Andini.

"Sita ngapain lo masuk dulu." Andini yang kecolongan misuh-misuh, menggedor pintu bilik yang tertutup dengan kuat. "Keluar lo Sita, gue mau mandi woi." Teriak Andini dengan handuk yang di selempangkan di bahu kanannya.

"Gue udah terlanjur buka baju, lo tunggu aja." Sahut Sita dari dalam.

"Awas kalo lama."

"Iya adek manis."

Bibir yang mengerucut dan lengan yang tersilang di bawah dada, Andini duduk di tepi ranjang.

[][][]

Jika subuh tadi Andini yang dibuat kesal oleh Sita, sekarang berganti Sita lah yang kesal, tapi bukan karna Andini. Dia kesal karna tak diperbolehkan mengendari kendaraan sendiri untuk berangkat sekolah.

"Jangan lah dek, besok-besok abang izinin kok. Lagian ama juga gak kasih izin 'kan?"

Bagas tak berhenti untuk memberi petuah pada Sita yang keras kepala meminta berangkat sekolah sendiri menggunakan sepada motor matic milik Bagas.

"Kamu baru kemaren pindah, belum hafal jalan. Abang takutnya kamu nanti nyasar."

"Google maps 'kan ada."

"Tetep aja Abang khawatir."

"Kau jangan keras kepala begitu Sita, sudah siang ini, kamu mau berangkat jam berapa, huh." Suara dari dalam menyahuti. Terlihat Sarwanti keluar rumah lengkap dengan daster motif bunga mawar.

"Udahlah, Ta. Dianter bang bagas aja, udah mau jam tujuh ini." Andini mulai bersuara.

"Mau ya dek?" Tanya Bagas lagi.

Sita menghembuskan nafas kasar, mengangguk dengan malas dan berjalan mendekat ke mobil hitam milih Ayahnya.

Dan saat ini kedua remaja yang memakai seragam putih abu lengkap itu berdiri di depan gerbang sekolah yang atasnya bertuliskan selamat datang di SMA Cakrawala.

Singgah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang