TIGA PULUH LIMA

106 8 0
                                    

Jum'at barokah, publish Triple chapter. Yuhuuuuu

Happy Reading!

Pagi hari lapangan sudah terisi penuh dengan siswa-siswi SMA Cakrawala. Sama seperti sekolah-sekolah lainnya, bila ujian akhir semester usai di laksanakan, program pertandingan serta perlombaan antar kelas yang biasa di kenal dengan sebutan class meeting pun di lakukan.

Di bawah rimbunan pohon ambon terdapat Jojo yang sibuk mengabsen anggota kelasnya.

"Dopid mana nih dopid," suara Jojo masih sibuk dengan lembaran kertas di tangannya.

Sebuah tangan mengacung tinggi. "Gue di sini, mau apa lo?" Tanya pria yang ternyata Dopid tengah baringan di atas batang pohon.

"Ngapain lo di situ, Anjir. Turun lo," titah Jojo geram dengan tingkah temannya.

"Dopid lagi beradaptasi jadi monyet tuh," celetuk Alexa yang sedang di kuncirkan rambutnya oleh Rendi.

"Mulut lo, Lex, pengen gue cium aja rasanya," celetuk pemuda itu.

"PANGGILAN UNTUK SELURUH KETUA KELAS AGAR MENGUMPULKAN FORMULIR PERLOMBAAN SEKARANG JUGA."

Seruan yang berasal dari pengeras suara membuat Jojo misuh-misuh di ditempatnya.

"Shit. Masih banyak yang kosong," dengus Jojo kesal.

"Bukannya kemaren udah penuh ya, Jo?" Tanya Seni menimbrung.

"Itu mah kemaren, beda cerita lagi kalo udah ganti hari," balas cowok itu ketus.

Memang kemaren-kemaren kelas mereka sudah siap dengan atlet-atlet dari berbagai cabang perlombaan, namun entah mengapa saat hari di laksanakan program ini, lima anggota kelas secara bersamaan berhalangan hadir. Dimulai dari Rara, Rere dan Caca, tiga orang itu mengalami kecelakaan kendaraan saat sedang berbonceng tiga semalam, dilanjut dengan Robi si atlet basket itu tiba-tiba demam tinghi dan dilarikan ke rumah sakit kemaren sore dan terakhir Siti yang mengabsen karena mendadak pulang kampung. Kan Jojo jadi pusing.

Seni bangkit yang semula selonjoran bersama Sita dan Nina. "Cabang apa aja yang masih kurang?"

"Basket putri, futsal, balap karung putri sama goyang balon," jawabnya masih setia dengan nada ketus.

Meraih setumpuk kertas yang menjadi formulir, Seni membacanya seksama. Memang benar, disana terdapat beberapa kolom dari berbagai cabang yang kosong.

"Yang belum kebagian cabang siapa?" Tanya Seni mewakili Jojo yang menggebu menahan kesal.

"Gue udah nampung banyak."

"Gue apalagi, udah kayak nanggung beban idup."

"Lebay lo pada, gue yang megang cabang sekebon aja kagak ngeluh." Sahut Rendi ikut-ikutan.

"Gue udah, Sen."

"Gue juga."

Jojo semakin menggeram kesal. "Berisik lo pada. Futsal biar gue ikut masuk. Khusus buat cewek siapa yang bersedia ikut lomba?" Pada akhirnya Jojo sendiri lagi yang bertaruh jiwa.

Ziro yang asik menyenderkan punggungnya di tengkukkan kaki Juned meraih kerikil di tanah, tanpa rasa bersalahnya cowok itu melemparkannya hingga terkena wajah Sita.

"Apa sih, Ro," sentak Sita ketus.

"Noh, tuh bocah yang belum megang cabang," ujar Ziro santai.

"Lah iya, Sita yang pundaknya masih ringan nih," Nina ikut bersuara.

Singgah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang