Di voteeees jangan lupa!
Happy Reading!
"Wortelnya di iris tipis aja, biar matengnya cepet." Intruksi Maria yang tengah bergelut dengan bumbu-bumbu dapur.
Seperti yang Maria katakan, ia akan memasakkan makanan untuk Sita, katanya sebagai sambutan dirinya yang mendapatkan teman baru.
Menu yang dua wanita itu buat hanya sayur sop, orak arik telur serta sambal matah yang siap menggiurkan lidah. Dengan Sita yang masih bergelut bersama pisau serta sayur-mayur yang siap untuk ia potong, sedangkan Maria tengah serius mengoseng telur di atas taplon.
"Lo kayak nyokap gue, kalo masak seriusnya kayak lagi UN hari terkahir." Gurau Sita di iringi tawa kecil.
"Aku suka banget masak. Malahan kalo nggak masak, berasa ada yang kurang gitu." Sahut Maria, menceritakan kebiasaannya, "masak udah sebagian dari diri aku, tahu."
Setelah memakan waktu tiga puluh menit lamanya, yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Sita dengan telaten menyidangkan masakan di meja makan.
"Segini cukup?" Tanya Sita yang menyendokkan nasi ke piring milik Maria. Yang di tanya mengangguk, lalu cewek itu berlanjut membantu teman barunya mengambil lauk-pauk.
Acara makan siang pun berlangsung, sesekali di selangi gurauan receh bahkan gosip-gosip tentang masa sma Maria dulu.
Di dalam acara makan dua perempuan itu, mata Sita menangkap pergerakan seseorang yang melintas naik ke atas tangga.
"Tadi ada cowok naik ke atas, siapa?" Tanya Sita karena tidak ingin merasa penasaran.
Maria mendongak mengikuti arah pandang Sita. "Suami aku udah pulang kayaknya."
"Suruh gabung aja. Mubazir kalo nggak habis." Saran cewek itu melihat lauk-pauk yang masih banyak yang tersisa.
Si gadis kulit yang kulitnya selalu pucat menggeleng, tanda tak setuju. "Dia nggak biasa makan kalo belum mandi."
Dan yang Sita lakukan hanya mengangguk saja, melanjutkan suapan. "Udah berapa lama kalian nikah?"
"Hampir enam bulan."
"Lumayan lama, ya." Sita kembali menyendokkan suapan, "pasti lo bahagia."
"Iya, dulu. Tapi nggak tahu sekarang, semoga masih."
Mendengar jawaban yang Maria beri, Sita menautkan alisnya. "Kalian ada masalah?" Tanya gadis itu ragu, "sorry" lanjutnya menambahkan.
Maria terkekeh. "Bukan hidup namanya kalo nggak ada masalah. Apalagi kalo yang udah nikah. Lampu tiba-tiba mati aja bisa jadi bahan buat ribut."
Sita ikut terkekeh bahkan sampai tertawa. "Jadi nikah itu ribet, 'kan?" Tebaknya menyimpulkan.
"Nggak akan ribet kalo kita mencintai keadaan itu, menikmati takdir yang tuhan kasih dan mensyukuri telah di berikan pasangan yang baik, lebih-lebih kalo bisa terima baik buruk kita."
Tercelos, itu yang Sita rasakan. "Emang yah orang kalo udah nikah ngomongnya bijak semua."
Obrolan masih berlanjut, sampai masing-masing sudah menyelesaikan makannya. Dengan perintah Maria, Sita dengan sigap mengambilkan sesuatu yang Maria minta di laci meja ruang tamu sana.
"Nih." Ucap Sita menyerahkan satu buah amplop berwarna coklat pada Maria.
Bukannya mengambil, Maria justru mendorongnya kembali. "Itu buat kamu." Katanya membuat Sita menyerngit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [TAMAT]
Teen Fiction[Part lengkap dan belum revisi] Sita Larasati, gadis cantik yang mencintai apa adanya pemuda bernama Juan. Pria berkekurangan itu sanggup merubah prinsip hidup Sita yang monoton. Kisah sederhana dari pertemuan tak terduga menjadi kisah cinta pertama...