TIGA BELAS

154 14 0
                                    

Kamu hebat, bisa membuat aku menjadi orang yang perduli.

-singgah

Happy Reading!

Gadis berseragam putih abu itu berjalan memasuki gang-gang kecil, melewati jejeran rumah-rumah sederhana namun terkesan nyaman dan asri menuju tempat yang baru ia ketahui lewat laman internet.

Sebuah hunian berplang Pusbisindo Bunda sahara itu tepat di hadapan Sita, ia perlahan masuk dan setiap langkahnya selalu di sambut dengan sapaan orang-orang yang melihatnya.

Kepala Sita celingak-celinguk mencari seseorang yang bisa ia tanyakan, lalu pandangannya tertuju pada gadis kecil sedang bermain boneka seorang diri. Sita melangkah mendekati bocah kecil itu.

"Halo, adik cantik." Sita mulai menyapa dengan ceria, dia berjongkok agar sejajar dengan bocah itu.

Bocah yang sedang memainkan boneka beruang kecil itu tersenyum lebar, bahkan sampai tertawa kecil.

"Kami tahu Bunda Sahara ada dimana?"

Bocah itu mengangguk, "Boleh anterin kakak kesana?" Dia mengangguk lagi, meraih buah tangan Sita dan menariknya.

Langkah bocah gadis yang menarik lengan Sita itu cepat sekali, sampai Sita pun kuwalahan untuk menyeimbanginya. Tapi tak memungkirkan untuk Sita tersenyum.

"Disini?" Langkah keduanya terhenti di sebuah ruangan yang dapat Sita lihat lewat jendela kaca terdapat banyak remaja di dalamnya.

Bocah itu menunjuk wanita dewasa yang berada di depan, menjadi objek gerombolan mereka yang berada di dalam sana. Sita mulai menyimpulkan bahwa wanita berhijab hijau itu adalah pendiri komunitas Pusbisindo dan artinya dia adalah Bunda Sahara.

Sita tak langsung masuk, dia tahu batasan, tak mau jika kedatangannya mengganggu kegiatan di dalam. Alhasil Sita pun duduk di kursi panjang tepat di depan ruangan bersama dengan bocah kecil tadi.

"Nama kamu siapa?" Lama saling diam akhirnya Sita bertanya.

Bocah itu diam, sepertinya bingung harus menjawab bagaimana. Sita faham, segera diambilnya sebuah buku dan Ballpoint dari dalam ranselnya.

"Jawabnya pake ini." Ia menyerahkan bukunya dan bocah itu mulai menuliskan beberapa huruf di lembar putih itu.

"Sasha." Sita membaca apa yang bocah itu tuliskan, " Namanya cantik kayak orangnya."

Sasha tersenyum lagi dan menulis kalimat untuk ditanyakan pada gadis remaja di sampingnya.

Dengan gesit Sita mengurkan tangannya, "Saya Sita, salam kenal."

Keduanya saling bertukar cerita, sampai satu halaman buku penuh dengan pertanyaan dan cerita yang Sasha tuliskan.

Melihat Sasha yang sangat ceria, seolah dirinya tak memiliki celah, seolah mulut yang tak berkerja semestinya itu tak menjadi masalah. Membuat Sita bersyukur pada sang kuasa karna telah ia di lahirkan dengan badan yang sehat luar dalam.

Hingga teguran dari suara berasal dari ambang pintu mengalihkan atensi mereka. "Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Sahara disertai gerakkan isyarat yang tak di mengerti sama sekali oleh Sita.

Singgah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang