Happy Reading!
Malam itu, tidak biasanya Sita mengoleskan liptint di buah bibirnya. Setelah dua pekan menjalani pembelajaran bersama Bunda Sahara, Sita sudah mahir menggerakkan tangan dalam berbahasa isyarat.
Gadis itu tersenyum sendiri di depan pantulan cermin, membayangkan bagaimana reaksi Juan saat tahu dia sudah mahir berbahasa isyarat. Dan artinya, Juan tidak perlu repot-repot lagi untuk mengetik di layar ponselnya untuk sekedar berinteraksi dengan Sita.
Sita melirik arloji di pergelangan tangannya, satu jam lagi Juan beserta antek-anteknya akan mengunjungi lapangan futsal.
Secepat kilat, Sita menyambar ponselnya, keluar kamar karena Andini di luar sana sudah berteriak nyaring. Namun saat mencengkram knop pintu, di daun telinganya seperti ada yang membisikkan Sita.
Lo ngapain lakuin semua ini, Sita. Lo ngapain harus repot-repot belajar bahasa isyarat? Lo cinta Juan kah?
Tapi Sita tak menanggapi bisikan semilir angin yang berusaha ikut campur dalam tindakannya itu.
What ever.
Apapun akan Sita lakukan sesuai dengan kata hatinya.
[][][][][]
Di bawah meja itu ada sepasang ujung kaki yang dibaluti sandal mengetuk-ketuk lantai, tangan menopang dagu serta pandangan lurus menyorot segerombolan manusia berlarian di tengan lapangan.
Andini menghembuskan nafasnya panjang, dia bosan. Sepuluh menit lalu, Sita meninggalkan dirinya karena panggilan dari sang Ayah yang harus di penuhi.
Ingin menonton drama korea tapi serial yang sedang di ikutinya itu belum menayangkan episode lanjutannya.
"Lama banget sih, Aish."
Dengan rasa lelah menunggu padahal belum setengah jam berjaga sendirian, Andini memilih menenggelamkan kepala di antara lipatan tangan di atas meja. Berusaha memejamkan mata tapi suara bising dari para pemain futsal mengganggunya.
Dia jadi menyesal karena menyetujui ajakan Sita kala itu untuk menemaninya berjaga di rental milik kakak lelaki semata wayangnya.
Brak
Andini terjingkat, menegakkan tubuh dan tak lupa telapak tangan memegangi dada karena keterkejutan kala meja yang menjadi tumpuan kepala di gebrak oleh seseorang.
"Dih kaget." Cowok yang menjadi pelaku penggebrakkan itu terkikik kecil, ikut duduk di hadapan Andini yang melayangkan tatapan sinis.
"Yakan kaget juga karena di kagetin."
Panji hanya cengengesan saja. Andini mengedarkan pandangan karena seperti ada yang kurang.
"Bang panjul, yang lain kemana?" Karena kedatangan Panji yang seorang diri, Andini pun bertanya.
"Mampir ke rumah Anton dulu." Jawab Panji cepat, "Dan untuk sebutan buat lo, di larang panggil gue Panjul."
Andini mengangkat dua alisnya, "Lah, kenapa? Yang lain juga pada gitu kok."
"Khusus buat lo nggak boleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [TAMAT]
Teen Fiction[Part lengkap dan belum revisi] Sita Larasati, gadis cantik yang mencintai apa adanya pemuda bernama Juan. Pria berkekurangan itu sanggup merubah prinsip hidup Sita yang monoton. Kisah sederhana dari pertemuan tak terduga menjadi kisah cinta pertama...