TIGA PULUH

155 15 5
                                        

Happy Reading!

"Mau, ya, ya, yaaa."

Di sepasang stank motor, Sita dengan menumpu lengannya memohon pada pemuda yang sedari tadi menatapnya datar.

"Aku udah janji bakal ajak kamu buat ketemu dia." Sita masih memelas. Memanyunkan bibirnya agar lebih mudah di kasihani oleh Juan.

"Janji deh sebentar aja." Tidak mau menyerah, Sita enggan beranjak dan terus menghalangi motor Juan jika belum di beri kepastian, atau lebih tepatnya persetujuan.

Kembali Juan membuang mukanya, jika saja dirinya punya suara, ia akan bilang 'aku nggak mau, sayang. Karena aku cuma boleh di lihatin kamu aja.'

Wah, jika itu benar terjadi mungkin Sita akan terbang sampai langit ke tujuh karena saking tersanjung.

Sita dengan kedua telapak tangannya menangkup rahang tegas Juan agar menghadapnya. "Aku cuma minta buat temenin, emang nggak boleh?" Nada Sita makin layu.

Juan memperkuat pertahanannya agar tidak berbuai. Lagi-lagi cewek itu harus menghembuskan nafas kecewa, Juan dengan keras kepalanya terus menggelengkan kepala menolak ajakan Sita untuk menemui Maria.

Memangnya ada yang salah dengan permintaan Sita untuk mengajak pacarnya menemui seorang teman? Tidak 'kan? Bahkan itu masih sangat wajar.

Atauuu karena Juan takut jika nantinya Sita akan cemburu?

Oh, ayolah Juan, Sita bukan gadis seperti itu. Lagian Maria pun sudah memiliki suami, mana mungkin 'kan dia narsir cowoknya?

"Sekali ini aja kok, nggak lagi-lagi." Sita masih gentar membujuk Juan.

Memasang wajah melas sedemikian rupa agar Juan luluh itu hal yang sulit.

Sita jadi tahu satu hal dari Juan, kekasihnya ini keras kepala.

Karena mungkin lelah dan kesal telah di campakkan, Sita menegakkan tubuhnya, menjauh dari motor Juan. "Ya udah kalo nggak mau, aku nggak maksa." Ujarnya sengit.

Melihat gadisnya yang hendak beranjak, secepat kilat Juan turun dari atas motor, mencekal tangan Sita hingga membuat langkahnya terhenti.

Tanpa Juan sadari, senyum mengembang sempurna di wajah cantik gadisnya. Namun cepat meluruh kala Juan membalikan badan Sita hingga tubuh gadis itu membentur dada bidang yang di baluti kaos oblong putihnya.

Meraih dagu sang gadis, Juan membimbing Sita agar menatap mata tajam miliknya.

Entah ada apa di balik retina coklat mik Juan, Sita tidak mau repot-repot mencari tahu jawbaannya, yang pasti di dalam sana ada sesuatu yang sulit di jelaskan hingga Sita enggan memalingkan wajah.

Muka datar di depannya terlihat mengangguk, membuat Sita sontak memeluk tubuh tegap itu. Senangnya bukan main, karena ia bisa menepati janjinya pada Maria.

Mengurai pelukan, lantas Sita bergerak kikuk. Ragu akan melakukan sebagai bentuk terima kasih.

Cup..

Akhirnya setelah bergulat dengan gengsi, satu kecupan singkat berhasil Sita berikan pada pipi Juan yang tampak terkejut.

"Ketemu besok, bye-bye." Pamit gadis itu melambai.

Singgah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang