Happy Reading!
Setelah membawa Sita keluar dari rumah sakit, Alif membawa tubuh lemah Sita untuk dibaringkan di kursi samping kemudi dengan sandaran yang sudah ia turunkan.
Alif mengulum bibir ke dalam, menarik nafas dalam-dalam lalu dikeluarkan secara berturut perlahan. Pemuda itu menyampingkan tubuhnya, ia tidak berniat untuk melajukan kendaraan dengan kondisi Sita begini.
Tangan Alif terulur untuk menyampingkan poni yang menutupi kening Sita guna ia bisa leluasa mengenyahkan buliran peluh yang bersarang di sana.
Kedua retina itu menyorot meneliksik bentuk wajah Sita yang damai. Rasa sesak kembali hinggap di dadanya, Alif tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia kembali berjauhan dengan Sita. Kembali membentangkan jarak tak kasat mata yang mampu memperoleh kerinduan yang terus bertambah.
Satu fikiran sempat terlintas untuk melanjutkan kuliahnya di tanah air saja, namun mengingat itu adalah salah satu dari sejuta impiannya, Alif tidak akan melakukannya. Pun dengan Sita, gadis itu tidak akan membiarkan Alif mengambil langkah tersebut.
"Eungh."
Lenguhan yang berasal dari Sita mengintrupsi keterdiaman Alif, sesegera mungkin beringsut agar lebih dekat dengan Sita.
"Alif," gumam Sita dengan suara serak khas orang habis menangis.
Alif sigap berada di Sisi tubuh Sita. "Iya, gue ada di sini."
Sita perlahan membuka kelopak mata yang berat karena sembab. "Alif," gumamnya lagi.
"Iya, ini gue," Alif semakin mendekatkan tubuhnya, bersiaga jika Sita menangis lagi.
"Aku tadi mimpi," ujarnya lirih, matanya menyorot Alif dengan tatapan yang tidak bisa Alif artikan.
Alif sempat tertegun kala mendengar Sita menggunakan pola 'aku' namun sesegera mungkin tersadar untuk menganggukkan kepala. "Mimpi apa?"
Sita mencoba menegakkan tubuhnya dan dengan sigap dibantu Alif. "Mimpinya serem, aku sampe takut," ceritanya bergidik ngeri.
Satu tarikan senyum di bibir Alif, merasa miris menyaksikan kondisi Sita seperti ini. Apalgi saat pandangannya tak sengaja turun melihat leher jenjang Sita yang terdapat lebam memerah.
"Masa Maria meninggal, kan gak masuk akal," lanjut Sita bercerita dan disertai kekehan geli. "Barusan kita jenguk dia, gak mungkin kan Maria meninggal."
Yang bisa Alif lakukan hanya mengangguk. Memilih meraih buah tangan Sita untuk ia genggam erat, mencoba memberi kehangatan.
"Terus Juan marah sama aku, dia bilang aku bunuh Maria," kini mata Sita mulai berembun. "Dia ngamuk kayak orang kerasukan. Kamu berantem sama dia karena gak mau aku kenapa-napa," tangan Sita bergerak naik ke lehernya. "Terus dia cekik... aku," selanjutnya ia mulai terisak.
Dan hal tersebut membuat Alif terkesiap untuk mendekap tubuh Sita, membawanya kepelukan paling hangat yang ia punya.
"Jadi itu bukan mimpi, itu bener nyata," gumam Sita lirih. "Juan beneran cekik aku dan artinya Maria bener-bener Meninggal," tangis Sita pecah.
Alif semakin mengeratkan pelukan, tangan satunya diletakkan di pinggang Sita dan tangan yang satunya lagi diletakkan di belakang kepala gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [TAMAT]
Teen Fiction[Part lengkap dan belum revisi] Sita Larasati, gadis cantik yang mencintai apa adanya pemuda bernama Juan. Pria berkekurangan itu sanggup merubah prinsip hidup Sita yang monoton. Kisah sederhana dari pertemuan tak terduga menjadi kisah cinta pertama...