"Aku 'pun tak tahu. Mengapa aku menjadi berbeda saat bersamamu. Aneh tapi aku suka."
-singgah
Happy Reading!
Beberapa hari ini, kehadiran Andini seolah tak terlihat oleh Sita. Gadis itu tak melirik keberadaan adiknya yang selalu setiap malam menemani di warung Kombi. Meski ada sesekali bertegur sapa, tapi tak sesering yang sudah-sudah.
Bukan karna kakak-adik itu sedang cekcok atau ribut karna masalah lainnya. Bukan. Tapi, keberadaan Juan-lah yang membuat Sita beralih lebih banyak bicara kepada lelaki yang mengklaim sebagai temannya itu.
Beruntung Andini memiliki prinsip 'tiada hari tanpa menonton drakor' jadi, dia tidak dibuat bosan kala sudah dicampakkan oleh Sita.
Sebenarnya disini ada yang aneh, Andini seperti mengenal sosok baru dalam diri kakaknya itu. Yang Andini tahu, Sita tak banyak bicara jika berkenalan dengan orang baru. Apa karna Juan itu tak bisa berbicara, hingga membuat Sita mau tak mau lebih banyak bicara?
Ah Andini 'pun tak ambil pusing. Setidaknya ada kemajuan dalam diri Sita. Yang semula tertutup, sekarang sedikit terbuka.
Bruk
"Ini koleksi buku-buku gue, gimana? Keren kan?" Tanya Sita. Ia duduk setelah menaruh beberapa novel serta komik yang gadis itu tunjukkan kepada Juan yang duduk di sebelahnya. "Gue punya impian jadi penulis tau."
Juan tersenyum, tangannya mengulur mengambil salah satu buku di atas meja. Tatapannya meneliksik ke arah buku yang sedang ia perhatikan itu seksama. Buku yang cukup tebal dengan halaman kurang lebih mencapai 200 lembar.
"Lo mau baca?" Lagi, Sita bertanya antusias.
Juan mengangguk, tapi tak langsung membacanya, pemuda itu memilih mengetikkan sebuah kalimat lewat draf pesan kepada Sita.
Setelah menunjukkan ponselnya, lantas Sita mengangguk, beranjak untuk memenuhi keinginan Juan.
Saat sedang menyiapkan makanan yang Juan pesan, dari tempatnya, terlihat pria itu mendapatkan panggilan suara. Sita menyerngit, heran mengapa air muka yang Juan tunjukkan kala mendengar suara dari sebrang teleponnya berubah menjadi menurun.
Masih dalam mengawasan Sita sembari menunggu mie instan yang ia masak, Juan memutuskan telepon dan beralih mengetikkan pesan, entah pada siapa. Yang Sita tahu, mie instannya sudah siap untuk diangkat.
Lima belas menit, Sita kembali ke tempat dimana Juan berada. Menyajikan apa yang sudah Juan pesan, satu piring mie instan goreng dan satu gelas teh hangat bertengger manis di atas meja.
"Jangan makan mie instan terus, gak baik buat badan." Sita memberi petuah. Juan tersenyum lagi, memberikan simbol 'ok' dari jarinya yang terangkat.
Sita hanya menggelengkan kepala saja, jika diberi nasihat, Juan selalu bertingkah begitu, tapi terus saja dilakukan.
Selama Sita mengenal sosok Juan, setiap malamnya, Juan akan meminta pada Sita untuk dibuatkan mie instan dan secangkir teh hangat. Sita jadi berfikir, apa dirumahnya tidak ada makanan kah, sampai-sampai Juan makan malam di warung sederhananya ini?
[][][][][]
Suara riuh yang dihasilkan dari para murid SMA Cakrawala yang berbondong-bondong keluar dari kawasan tempat menimba ilmu itu mendominasi sore yang berlangit mendung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [TAMAT]
Novela Juvenil[Part lengkap dan belum revisi] Sita Larasati, gadis cantik yang mencintai apa adanya pemuda bernama Juan. Pria berkekurangan itu sanggup merubah prinsip hidup Sita yang monoton. Kisah sederhana dari pertemuan tak terduga menjadi kisah cinta pertama...