Happy Reading!
"Ambil nafas dari perut!"
Haaaaaa
"Lagi!"
Haaaaaa haaaaa haaaaaaaa
"Bagus."
Sore itu, di ruang kesenian, lebih tepatnya ruangan khusus eskul vokal, kesembilan siswa-siswi tengah melakukan olah vokal yang di pimpin oleh Kak Nadia, salah satu siswi lulusan terbaik vokal grup di SMA Cakrawala.
Sebenarnya yang mengikuti eskul vokal mencapai dua puluh orang, hanya saja kelas sepuluh dan sebelas berbeda hari latihan. Karena katanya tingkatnya sudah beda.
"Karena waktu juga udah habis dan nafas kalian udah lumayan baik, saya perbolehkan kalian untuk pulang." Ujar Nadia.
Cantik. Putih. Rambut sebahu. Gigi gingsul. Dan suara indah. Ciptaan sang esa yang sempurna.
"Tapi sebelum pulang, saya punya kabar baik untuk kalian." Ujarnya lagi, menghentikkan gerakkan anggota yang akan memunguti tas mereka.
Tanpa banyak perintah, kesembilan anggota pun duduk lesehan di lantai, siap menunggu Nadia menyampaikan kabar baik.
Dari penglihatan Andini yang masih jernih, Nadia juga memiliki mata yang besar, bulu mata lentik. Membuat siapa saja akan kagus dan iri secara bersamaan.
"Ehem." Nadia berdeham sebagai pembukaan, "Satu bulan lagi akan diadakan FLS2N, dan sekolah kita akan mengirimkan satu peserta untuk menyanyi solo." Jelas Nadia. Ketika mulutnya akan berucap lagi, Robi, salah satu anggota vokal grup terlebih dulu memotong.
"Acaranya dimana, kak?"
"Ini saya mau jelasin. Jangan potong dulu."
Robi cengengesan mendapatkan pelototan kecil dari Nadia.
"Tempatnya masih belum di tentukan. Dan saya sudah berdiskusi degan pembina dan kepala sekolah, bahwa yang akan ikut serta dalam perlombaan harus melewati tahap seleksi."
Andini masih tidak berkedip, memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama apa yang Nadia sampaikan.
"Seleksi akan di adakan hari rabu. Kalian punya waktu satu minggu untuk latihan." Nadia menjeda ucapannya, mengambil nafas untuk melanjutkan penjelasan, "Tempat seleksi berlangsung yaitu di lapangan utama. Agar suara kalian bisa atau tidak jika di luar ruangan juga untuk melatih keberanian di depan banyak orang." Nadis memberi jeda lagi. Kali ini lebih panjang.
Tatapan matanya menjelajar di kesembilan anggota, "Kalianboleh pulang."
Karena sudah mendapatkan perintah, mereka pun berdiri, mendekat pada Nadia untuk sekedar berpamitan, lalu bergegas keluar.
Tidak terkecuali dengan Andini. Hanya saja, jika yang lainnya akan terus melangkah menuju gerbang, Andini memilih duduk di kursi panjang di depan ruangan yang tadi ia tempati.
Memainkan kedua kaki agar tidak bosan menunggu Sita yang ikut eskul kewirausahaan di hari pertama.
"Lho, belum pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [TAMAT]
Teen Fiction[Part lengkap dan belum revisi] Sita Larasati, gadis cantik yang mencintai apa adanya pemuda bernama Juan. Pria berkekurangan itu sanggup merubah prinsip hidup Sita yang monoton. Kisah sederhana dari pertemuan tak terduga menjadi kisah cinta pertama...